Alan Pardew: Dari Selebrasi ke Selebrasi

Backpass

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Alan Pardew: Dari Selebrasi ke Selebrasi

Sebelum menjamu Arsenal di Upton Park pada 5 November 2006, West Ham United telah menjalani 10 pertandingan di Liga Primer Inggris musim 2006/07. The Hammers hanya meraih dua kemenangan. Arsenal, sementara itu, baru menelan sekali kekalahan dari sembilan pertandingan yang sudah mereka jalani di musim yang sama.

Di hari pertandingan, jalannya laga antara kedua tim berlangsung alot. Tak ada sebiji gol pun yang tercipta hingga menit ke-80.

Ketika pertandingan dirasa akan berakhir imbang, sebuah gol dari penyerang West Ham, Marlon Anderson Harewood, mengubah segalanya. Harewood mencetak gol pada menit ke-88.

Perayaan emosional langsung dilakukannya di tengah gemuruh pendukung The Hammers yang menyambut gol itu. “Upton Park meledakkan kebahagiaan!” begitu yang diucapkan penyiar pertandingan.

Sementara itu di sisi lapangan, manajer West Ham, Alan Pardew, tak ingin luput dari euforia. Ia terlihat sangat emosional dalam merayakan gol Harewood. Tangannya berkali-kali ditinjukan ke udara.

Pardew melakukan selebrasi yang menggebu-gebu itu dalam jarak cukup dekat dengan manajer Arsenal, Arsene Wenger. Ternyata Wenger kurang berkenan dengan selebrasi Pardew tersebut.

Wenger langsung mendorong Pardew dengan cukup keras untuk menjauhkan darinya. Tak terima, Pardew naik pitam. Keduanya lalu terlibat cekcok sebelum akhirnya dipisahkan oleh asisten wasit yang berada di sisi lapangan.

Usai pertandingan, Pardew sempat mengulurkan tangan kepada Wenger. Akan tetapi Wenger bergeming.

“Aku minta maaf jika aku dianggap telah menyerang Arsene,” ujar Pardew usai pertandingan kepada BBC . “Tak ada masalah personal [yang mendasarinya], aku hanya merayakan gol. Arsene tampaknya tak berkenan akan hal itu. Mungkin disebabkan oleh rasa frustrasi. Sekali lagi, tak ada masalah personal yang mendasarinya.”

Di sisi lain, Wenger sempat tak memberikan respons terkait permintaan maaf Pardew selama satu minggu. Wenger baru memberikan tanggapannya seusai Arsenal menjalani pertandingan selanjutnya melawan Liverpool. Ia menyesali perbuatannya.

“Alan Pardew meminta maaf karena aku merasa tersinggung dengan caranya yang kurang sopan. Aku terima permintaan maafnya, dan hidup harus berlanjut,” kata Wenger.

Pardew barangkali tak menyangka kalau selebrasi atas kebahagiaan yang dirasakannya akan berujung tak menyenangkan karena melahirkan perseturuan. Beruntung Wenger mau memaafkannya.

Kejadian Serupa Satu Dekade Kemudian

Pada 21 Mei 2016, Pardew menukangi Crystal Palace dan sukses membawa timnya melenggang ke babak final Piala FA 2015/16. Lawan yang akan dihadapi Crystal Palace adalah tim kuat, Manchester United, yang dinakhodai Louis van Gaal.

Di bawah tatapan lebih dari 80 ribu pasang mata yang memadati Wembley Stadium, kedua tim mengakhiri babak pertama tanpa menciptakan satu gol pun. Kedua juru taktik pun mulai melakukan pergantian pemain. Pardew memasukkan Jason Puncheon untuk mengganti Yohan Cabaye. Van Gaal memasukkan Mateo Darmian menggantikan Marcos Rojo.

Pergantian yang dilakukan Pardew lebih manjur. Pada menit ke-78, Puncheon yang muncul dari lini kedua menerima umpan di kotak penalti United, berhasil mengonversinya menjadi gol.

Puncheon merayakan golnya dengan berlari tak tentu arah. Di bangku cadangan, Pardew tak bisa membendung kebahagiaannya. Sama seperti saat menyambut gol Harewood di pertandingan melawan Arsenal 10 tahun sebelumnya, perayaan yang dilakukan Pardew di pertandingan ini pun sama emosionalnya. Tanpa malu Pardew menari-nari di sisi lapangan merayakan gol Puncheon.

Akan tetapi berselang tiga menit usai gol itu, United langsung mampu membalasnya lewat gol Juan Mata. Jesse Lingard memastikan kemenangan United lewat gol yang dijaringkannya di babak tambahan.

Selebrasi emosional Pardew lagi-lagi berakhir tak menyenangkan. Jika 10 tahun lalu berujung perseturuan dengan Arsene Wenger, maka kali ini berujung dengan kekalahan dari United di babak final. Usai pertandingan, Pardew (lagi-lagi) memohon maaf atas selebrasi berlebihannya.

“Sebagai manajer di sebuah pertandingan final, sangat sulit untuk tidak menikmati momen [gol]. Kiranya Anda mau memaafkan saya atas tarian itu. Itu terjadi hanya karena aku menikmati suasana,” jelasnya dikutip dari ESPN.

Lebih menyedihkan bagi Pardew karena selang 7 bulan kemudian ia dibebastugaskan dari kursi kepelatihan Crystal Palace. Kekalahan berturut-turut yang diderita Palace menjadi penyebabnya.

***

Dua kali Pardew melakukan selebrasi besar di pertandingan, dua kali pula ia dikhianati oleh selebrasinya itu. Selebrasi yang satu berujung perseturuan, selebrasi yang lain berujung kekalahan menyakitkan dan kemudian pemecatan.

Selebrasi yang tak pernah mengkhianatinya barangkali adalah selebrasi atas hari ulang tahunnya sendiri. Rabu, 18 Juli 2018, umurnya bertambah menjadi 57 tahun. Umur yang panjang itu agaknya menjadi bukti bahwa perayaan atas ulang tahunnya di tahun-tahun yang lalu tak pernah (turut) berakhir menyedihkan. Selamat ulang tahun, Alan Pardew!

Komentar