Menjadi Legenda Ala Huckerby

Backpass

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menjadi Legenda Ala Huckerby

Dilabeli sebagai ”legenda Inggris” seharusnya adalah hal yang menyenangkan, tetapi jika label tersebut didasari oleh informasi yang salah maka perasaan senang itu pasti jauh berkurang—bahkan tak menutup kemungkinan terasa seperti sebuah hinaan. Situasi inilah yang dialami oleh Darren Huckerby ketika bergabung dengan klub Major League Soccer (MLS), San Jose Earthquakes.

Bintang Los Angeles Galaxy, David Beckham, hanya bisa tertunduk lemas ketika wasit meniupkan peluit panjang terakhir di Stadion Spartan pada Minggu siang menjelang sore tanggal 3 Mei 2008. Ia harus menerima nasib timnya kalah dengan skor 2-3 dalam laga bertajuk California Clasico melawan Earthquakes—yang sekaligus memperpanjang catatan tanpa kemenangan Galaxy menjadi tujuh pertandingan sekaligus mempersempit peluang mereka lolos ke play-off.

Sementara, di skuat Earthquakes, ada seorang Inggris lain yang berpesta. Ia adalah Huckerby. Dalam pertandingan ketiganya di MLS, ia langsung berhasil mencuri perhatian publik dengan menyumbangkan satu gol dan memiliki peran besar atas terciptanya dua gol Earthquakes yang lain.

Beberapa pekan sebelum pertandingan, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi KRON, Huckerby sempat dimintai pendapat mengenai Beckham, yang tiba di MLS setahun lebih cepat. Mereka berdua memang pernah saling berhadapan beberapa kali ketika masih sama-sama merumput di Premier League.

“Ia adalah salah satu pemain terbaik di dunia dalam 10 tahun terakhir. Meski sudah tidak sebaik sebelumnya, ia tetap pemain hebat,” ucap Huckerby yang juga merupakan mantan pemain Leeds United.

Wawancara itu sendiri menjadi legendaris di kalangan penggila sepakbola Amerika Serikat dan Inggris. Bukan karena Huckerby mengakui bahwa ia menyukai istri Beckham, Victoria, melainkan karena kesalahan pembawa berita Gary Radnich.

Entah siapa yang memberikan bahan riset kepada Radnich ketika itu. Di awal acara, ia langsung mengatakan kepada pemirsa bahwa Huckerby adalah seorang “legenda Inggris”. Kemudian, ia juga menampilkan salah satu gol Huckerby di Inggris melawan “Manchester”, menyebutnya sebagai “gol terbaik sepanjang masa”.

Radnich, sebagai seorang pembawa berita, telah melakukan kesalahan fatal karena langsung menggunakan informasi dari internet secara mentah tanpa proses verifikasi yang tepat. Sialnya, kesalahan jenis ini membudaya hingga sekarang.

Gol Huckerby yang dimaksud Radnich memang indah. Ia meliuk-liuk dari sisi kiri lapangan hingga ke sisi kanan, melewati empat-lima pemain. Tetapi, untuk dianggap sebagai yang terbaik rasanya berlebihan. Lagipula, gol itu bukan dicetak Huckerby ketika melawan Manchester, baik City maupun United, melainkan ketika menghadapi Birmingham (City).

Label legenda Inggris yang disematkan kepada Huckerby juga jelas tidak tepat. Ia tidak pernah sekali pun membela tim nasional. Namun, jika kata "legenda" itu berdiri sendiri, maka tidak sepenuhnya salah, terutama jika Anda bertanya kepada para suporter Norwich City.

Bagi publik Stadion Carrow Road, pemain kelahiran 23 April 1976 itu adalah sosok agung. Didatangkan dari Manchester City pada awal musim 2003/04, ia langsung bersumbangsih besar atas keberhasilan klub promosi ke Premier League, mencetak 14 gol dalam 36 pertandingan.

Di Premier League, Huckerby tetap menjadi andalan The Canaries meski harus bergeser dari posisinya sebagai penyerang menjadi pemain sayap. Dalam autobiografinya berjudul Hucks: Through Adversity To Great Heights, ia membeberkan sempat memiliki peluang bergabung dengan Liverpool atau Glasgow Celtic, tetapi memilih untuk tetap bertahan di Norwich. Ia pun mendapatkan gelar Player of The Year pilihan suporter musim 2004/05.

Di musim berikutnya, Huckerby hanya menjadi runner-up, kalah dari Gary Doherty. Namun, ia justru mendapatkan kehormatan masuk ke dalam daftar Norwich City Hall of Fame. Pada musim 2006/07, barulah ia kembali mendapatkan gelar Player of The Year.

Pun demikian, karier pria asal Nottingham itu bersama Norwich tidak berakhir secara manis. Manajer Glenn Roeder memutuskan tidak memperpanjang kontraknya di pengujung musim 2007/08 karena tidak bisa menjamin kesempatan bermain untuknya. Ia total tampil sebanyak 203 kali dan menyumbangkan 46 gol bersama Norwich, sebelum bergabung dengan Earthquakes.

Secara keseluruhan, Huckerby hanya mencetak 9 gol dalam 28 laga bersama Earthquakes. Ia bahkan langsung gantung sepatu di musim berikutnya. Bagaimana pun, Huckerby tetap memiliki tempat spesial di hati para suporter Earthquakes berkat penampilan dalam California Clasico pertamanya.

Kemenangan atas Galaxy ketika itu memang sangat penting bagi Earthquakes. Mereka bukan hanya mengakhiri rentetan delapan pertandingan tanpa kemenangan ketika itu, melainkan juga membuktikan bahwa mereka masih pantas dipandang sebagai rival Galaxy.

Maklum, sejak menjuarai MLS Cup pada 2003, prestasi Earthquakes terus merosot. Mereka bahkan sempat absen dalam kompetisi musim 2006 dan 2007 karena masalah kepemilikan klub sehingga harus bertransmigrasi ke Houston, Texas dan mengganti namanya menjadi Houston Dynamo.

Peran Huckerby dalam California Clasico sekitar satu dekade silam (dan kesalahan Radnich) membuktikan bahwa legenda bisa diciptakan.

Komentar