Pesepakbola Merangkap Mafia

Backpass

by redaksi

Pesepakbola Merangkap Mafia

Terjadi kekacauan pada pertandingan antara Genoa melawan Siena di Stadion Luigi Ferraris, kandang Genoa, pada April 2012. Saat itu, Genoa menyelesaikan babak pertama dengan kekalahan 4-0 dari Siena, membuat lapangan Luigi Ferraris dilempari kembang api dan suar (flare).

“Kami ingin kaus kakimu, kami ingin celana dalam milikmu!” kata sekitar 80 ultras yang merangsek masuk ke terowongan pemain.

Sebagian pemain takut jika tidak mematuhi teriakan itu, mereka akan dihajar. Bahkan ada beberapa pemain Genoa yang terlihat menangis. Perlakuan berbeda diberikan Ultras Genoa kepada para pemain Siena yang justru diberikan tepuk tangan dan dikawal ketika keluar lapangan.

Satu per satu, baju pun dilucuti sendiri dari tubuh setiap pemain Genoa, sesuai dengan apa yang diinginkan para ultrasnya. Para Ultras Genoa menganggap bahwa para pemain mereka tidak layak memakai seragam Genoa atas kekalahan 4-0 yang memalukan dari Siena di babak pertama. Situasi pun semakin mengeruh karena Genoa saat itu berada di jurang degradasi Serie A Italia.

Namun, ada satu pemain yang memberanikan diri tidak melepas seragam dari tubuhnya. Ia justru berjalan mendatangi pimpinan Ultras Genoa dengan masih mengenakan seragam kesebelasannya. Kemudian pemipin Ultras Genoa itu dirangkul pundaknya sambil bertatap muka dan berkata: “Aku tak akan menyerahkannya, ini (seragam) milikku.”

Pemain tersebut adalah Giuseppe Sculli.

Baca juga: Mengenal Sculli, Mafia yang Menyamar Jadi Pesepakbola

Hubungan Sculli dengan Mafioso di Italia

Kejadian di Stadion Luigi Ferraris di atas merupakan kejadian yang mengerikan sekaligus memilukan. Namun Sculli menghadapinya dengan keberanian. Pemain kelahiran 23 Maret 1981 itu membuat kekhawatiran serta tangis para pemain Genoa lainnya mereda.

Berbagai pertanyaan pun muncul, seperti dari manakah asalnya keberanian Sculli menghadapi Ultras Genoa yang dikenal ganas itu?

Jawabannya ada di dalam darah tubuhnya; di dalam tubuh Sculli mengalir darah Giuseppe Morabito, mantan pimpinan mafia ternama di Italia, `Ndrangheta.

Rupanya Sculli merupakan cucu kesayangan Morabito dari kawasan Pegunungan Calabria, area yang sering menjadi medan peperangan antar mafia. Mafia Morabito dikenal dengan julukan u tiradrittu (penembak jitu).

Daerah kekuasaan Morabito pun sampai pelabuhan Sisilia Messina sehingga berpengaruh besar terhadap situasi di otoritas pelabuhan kawasan tersebut. Ia juga terkenal dengan perdagangan narkobanya di mana ia mampu membangun jaringan besar antara mafia Italia dengan Balkan untuk menyelundupkan kokain, ganja, dan heroin dalam jumlah besar.

Bahkan Morabito juga mampu menengahi kesepakatan dalam pembangunan rute penyelundupan narkoba ke Argentina, Kolombia, Lebanon, Maroko, dan Venezuela dengan Cosa Nostra yang merupakan salah satu mafia yang ditakuti di Sisilia dan Italia. Pada penyelidikan 2013, `Ndrangheta dilaporkan bisa mendapatkan 24,2 miliar euro melalui penjualan narkotika.

Tidak cuma narkoba, kelompok mafia itu juga mencampuri urusan pembuangan sampah ilegal, bisnis simpan pinjam, pemerasan, perdagangan senjata, pemalsuan barang, penyelundupan manusia, dan penculikan, ditambah penebusan. Mungkin bisnis yang disebutkan terakhir itulah yang ditakutkan pimpinan Ultras Genoa jika berurusan dengan Sculli pada insiden April 2012.

Bisnis-bisnis kotor itulah yang membuat Morabito menjadi orang yang paling dicari pada 1992 dan melarikan diri meninggalkan Francesco yang merupakan ayah Sculli. Bahkan ayah Sculli menjadi pimpinan mafia Morabito secara de facto.

Memulai Hidup Baru di Turin

Sculli kemudian memutuskan meninggalkan Calabria dan meninggalkan keluarganya untuk memulai hidup di Turin. Salah satu tujuannya ke Turin adalah mengejar karier sepakbola dengan Juventus.

Karier Sculli pun tidaklah mudah. Ia masih ingat betul masa-masa sulit di dalam hidup dan sepakbolanya. Sculli menjelaskan bagaimana Turin menjadi kota yang keras (karena pembangunan Italia kawasan utara) dan merupakan daerah tertutup bagi anak-anak. Padahal sewaktu masih tinggal di Calabria, Sculli masih sering bermain dengan orang-orang seusianya dan ia begitu merindukan momen-momen tersebut.

Namun, Sculli kecil kadung pindah ke Turin dan bersiap masuk ke dalam tim muda Juventus. Apalagi bakat Sculli pada waktu itu terendus Tim Nasional Italia U-15. Kemampuannya yang terus berkembang membuatnya cukup menjanjikan untuk disodorkan kontrak profesionalnya dengan Juventus pada tiga tahun selanjutnya.

Sayangnya, Sculli terus dipinjamkan Juventus setelah dipromosikan ke skuat senior pada 1999. Awalnya, Sculli dipinjamkan ke Crotone selama dua musim sejak 2000. Penampilannya bersama Crotone membuatnya tetap dipanggil Italia U-21.

Hubungan Morabito dengan Sculli Begitu Kuat

Sejak memperkuat Italia U-21, Sculli digadang-gadang sebagai penyerang masa depan Italia; seorang wonderkid. Para pengamat sepakbola yakin bahwa sembilan gol dari 25 penampilan Sculli bersama Italia U-21 akan menjadi harapan bagi Italia senior.

Namun, kegemilangan Sculli pada periode 2001/02 justru menjadi bom waktu bagi dirinya sendiri. Ia terbukti terlibat dalam pengaturan skor ketika memperkuat Crotone menghadapi Messina pada Serie B 2001/02. Bahkan pengaturan skor pertandingan itu pun melibatkan sang kakek, yakni Morabito, yang sudah tidak terlihat sejak 1992.

Bukti-bukti yang menguatkan keterlibatannya dengan pengaturan skor itu membuat Sculli dihukum larangan tampil di kompetisi sepakbola Italia selama delapan bulan. Hukuman inilah yang menjadi vonis bagi Sculli, yang membuatnya dilupakan sebagai penyerang masa depan Italia.

Kendati demikian, Sculli tetap memuja sosok kakeknya tersebut ketika diwawancarai media Italia pada 2004. Ia mengatakan bahwa kakeknya itu baik dan selalu memberi perhatian serta memberi pelajaran. “Perilakunya dan memberikan penghormatan kepada orang lain, terutama untuk kekuasannya,” tutur Sculli.

Walau bagaimanapun, memang Sculli berterima kasih kepada kakenya itu. Morabito menjadi kekuatan pendorong di balik kesuksesan Sculli memenangkan medali perunggu Olimpiade U-16 di Athena, Yunani. Sculli pun mendedikasikan perunggunya itu untuk kakeknya. “Saya tahu bahwa saya adalah cucu kesayangannya. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya tolak,” sambungnya.

Rupanya, Morabito diam-diam sering menonton pertandingan langsung yang dilakoni Sculli. Tidak jarang juga Sculli makan malam dengan kakeknya itu saat sebelum maupun sesudah pertandingan. Bahkan, terkadang Morabito sampai mengundang rekan-rekan kesebelasan Sculli untuk acara makan malam yang mewah di Calabria.

Dari informasi-informasi itulah yang membuat kepolisian Italia percaya bahwa hubungan Morabito dengan Sculli begitu kuat. Diperkirakan bahwa Morabito akan hadir di stadion untuk menonton Sculli pun terbukti. Sampai pada akhirnya Morabito ditangkap pada 2004.

Baca juga: Tikus-tikus Sepakbola

Hal kontroversial pun kembali menimpa Sculli pada 2011 ketika memperkuat Genoa. Saat itu, yang menggemparkannya adalah ia terlibat pengaturan skor dengan Lazio dan Lecce. Beredar pula foto-foto keakraban Sculli dengan Safet Altic, kelompok kriminal Serbia yang sering terlibat pengaturan skor di sepakbola Eropa.

Tentu foto itu merepresentasikan turunan mafia yang didapatkan dari kakeknya untuk berealisasi dengan komplotan negara lain. Secara tidak langsung dan mau tak mau, gen mafia sudah mengalir di darah Sculli yang sempat meninggalkan keluarga mafianya dari Calabria.

***

Sampai sejauh 19 tahun karier sepakbolanya, Sculli, yang berulang tahun ke-37 hari ini (23/03/2018), sekarang bermain di Accademia Pavese dengan memakai nomor punggung 10. Pavese adalah kesebelasan amatir di Italia.

Di sisi lain, Sculli tetap menganggap bahwa Morabito adalah orang besar di Italia dan dihormati semua negara. Namun, Sculli beranggapan demikian bukan karena Morabito adalah mafia, melainkan karena kakeknya itu selalu baik kepada orang banyak.

Kemudian Sculli pun menirukan nasihat yang acapkali diberikan sang kakek tercinta kepadanya. “Pepe (panggilan Sculli), jika kau melakukan hal baik, kau akan selalu menerima kebaikan,” kenangnya.

Ah, entah apa kebaikan yang dimaksudkan kakek mafia itu kepada cucunya. Walau pelariannya adalah sepakbola, namun pengaturan skor tetaplah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan di Italia dan dunia.


Teks oleh: Randy Aprialdi.

Naskah ini pernah naik pada kolom About the Game di detikSport dengan judul “Gen Mafia di Dalam Tubuh Giuseppe Sculli, Mantan Wonderkid Italia”. Dilakukan perubahan seperlunya.

Komentar