Protes Suporter Terhadap Larangan Datang ke Laga Tandang

Nasional

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Protes Suporter Terhadap Larangan Datang ke Laga Tandang

Bersamaan dengan dirilisnya jadwal Liga 1 2023/2024 kepada klub, PT Liga Indonesia Baru (LIB) juga menyampaikan persyaratan bahwa suporter tim tamu dilarang hadir di stadion.

Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus mengatakan kebijakan itu merupakan kesepakatan bersama yang diambil bersama seluruh pemilik klub.

"Kebijakan tersebut kami sepakati untuk memuluskan perizinan dari pihak yang berwenang. Kami mempertimbangkan pelaksanaan BRI Liga 1 2023/24 bersamaan dengan tahun politik,” kata Ferry dilansir dari situs resmi PT LIB.

Alasan lain adalah tahun ini merupakan tahun politik sehingga akan banyak kegiatan kampanye di berbagai wilayah.

“Semua kami lakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama, mengingat kemungkinan itu bisa muncul karena waktunya yang berdekatan atau berpapasan dengan kegiatan kampanye," lanjut Ferry.

Diprotes Suporter

Kebijakan ini diprotes oleh banyak suporter. Presiden Pasoepati Agos Warsoep menilai kebijakan PT LIB merupakan kebijakan yang konyol karena harapannya suporter tim tamu tetap bisa datang.

"Kan kebijakannya itu kalau dibilang demi keamanan, tapi sebenarnya konyol juga dengan cara yang seperti itu menurut kita," kata Agos kepada Panditfootball, Senin (5/6/2023).

Agos menegaskan lagi-lagi suporter yang menjadi korban, padahal seharusnya pihak keamanan bisa mengamankan jalannya pertandingan. Ia pun menganggap kalau laga tandang sekaligus menjadi ajang menjalin silaturahmi dengan suporter yang ada di kota tempat di mana laga kandang dimainkan.

Selain itu, Agos juga menganggap bahwa datang ke laga tandang bisa menjadi sarana untuk mengakrabkan dua kelompok suporter yang tidak akur. Katau tidak pernah bertemu, kata Agos, maka tidak akan pernah akur.

Dia juga menilai hadirnya suporter tamu di stadion bisa mempersatukan masyarakat kota asal yang berdomisili di tempat laga kandang dipertandingkan.

"Sebenarnya efeknya luas banget, cuma lagi-lagi kita yang jadi korban, yang harusnya kita cuma bisa menikmati bola itu, tapi jadi kebawa-bawa," tutupnya.

Senada dengan Agos, koordinator Bonek Green Nord, Husin Ghozali pun menganggap kebijakan ini sangat mengecewakan suporter.

Pria yang akrab disapa Cak Cong itu mengatakan sepakbola adalah alat mempersatukan suporter dengan saling mengunjungi, dan keputusan LIB sangat merugikan suporter. Bagaimanapun, kata Cak Cong, klub ingin didukung suporternya meski di laga tandang.

"Keputusan ini memberatkan baik untuk klub atau suporter. Saya kira alasan LIB atau federasi ini hasil kesepakatan klub saya kira bukan, saya nggak percaya. Ini mungkin kesepakatan beberapa pihak saja. Atau ini cari aman di tahun politik saja dari federasi," tegas Husin kepada Panditfootball, Selasa (6/6/2023).

Husin mengatakan pihaknya telah mengonfirmasi ke pihak klub dan menurut pihak klub tidak ada kesepakatan bahwa suporter tamu dilarang hadir.

"Kita kaya kemarin [Liga 1 2022/2023] Persija dan Surabaya [Persebaya], bisnya dikawal. Waktu kita away ke Jakarta lawan Arema di PTIK, kita dikawal oleh teman-teman Jakmania. Artinya ini membuka ruang silaturahmi karena lama tidak berjumpa atau ada masalah dicairkan masalahnya," kata Husin.

Husin pun mempertanyakan kebijakan ini yang berpotensi merusak komunikasi antar suporter, padahal dengan saling mengunjungi merupakan momentum menyatukan suporter setelah terjadinya Tragedi Kanjuruhan.

Senada dengan Agos dan Husin, Ketua Umum Viking Persib Club, Tobias Ginanjar Sayidina pun menyayangkan dan tidak menyetujui kebijakan itu.

Menurut pria yang akrab disapa Tobi itu suporter jangan selalu dianggap sebagai biang rusuh dan pelan-pelan harus diberi kepercayaan dan pengamanan yang lebih baik sehingga suporter bisa menyaksikan timnya berlaga di manapun.

Tobi pun menganggap seandainya suporter lawan diizinkan hadir, justru akan lebih memudahkan koordinasi.

"Justru kalau dibolehkan hadir itu jelas koordinasinya dengan pihak keamanan seperti apa, dengan suporter lawan seperti apa, pemberangkatannya seperti apa, jadi lebih jelas daripada diam-diam justru menjadi masalah," kata Pria yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Jawa Barat itu kepada Panditfootball, Selasa (6/6/2023).

Tobi menjelaskan, selain menonton pertandingan, suporter yang datang ke laga tandang juga berwisata dan menjalin silaturahmi dengan suporter tuan rumah dan akan semakin baik jika ditata dan diamankan dengan baik. Pelarangan ini, menurut Tobi, berpotensi menghilangkan momentum.

"Sekarang hubungan Bandung dengan Jakarta sudah enak. Justru ini momentum yang enak nih tahun ini kita saling mengunjungi. Kalau dilarang-larang gini nanti momentumnya lewat dan nanti malah jadi timbul permasalahan lagi, jadi saya sih menyayangkan ya," katanya.

Tobi juga mengingatkan pentingnya evaluasi dari Tragedi Kanjuruhan yang seharusnya bisa meningkatkan keamanan di dalam stadion tanpa melarang suporter untuk hadir.

Diky Sumarno, Ketua Umum The Jakmania, menganggap kebijakan suporter tim tamu tak boleh datang merupakan sebuah kebijakan yang merugikan karena suporter tidak bisa menyaksikan secara langsung timnya bertanding.

Pria yang terpilih kembali menjadi Ketum The Jakmania pada Maret 2023 lalu lebih menyoroti langkah apa yang akan dilakukan PSSI serta PT LIB setelah mengeluarkan kebijakan ini.

"Karena suporter tidak boleh away makan akan dibenahi masalah away, regulasinya seperti A B C D, misalnya. Apakah yang menjadi standar jika nanti suporter boleh away lagi? Apakah mau dilihat lima pertandingan awal, atau sepuluh pertandingan, atau jika suporter yang sudah A B C D E maka ia boleh away segala macam nah itu kan yang sampai saat ini belum terinformasikan secara jelas," kata Diky kepada Panditfootball (6/6/2023).

Di sisi lain, Diky juga menganggap momentum pertemuan antarsuporter merupakan momen yang bisa diciptakan. Ia menyoroti bagaimana langkah federasi menciptakan momentum itu.

"Saya yakin yang namanya perdamaian atau sinergitas itu kan butuh proses ya. Butuh langkah-langkah yang dilakukan dan tidak boleh ada langkah yang dilompati," katanya.

Di sisi lain, anggota Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga mengatakan pelarangan ini merupakan bagian dari transisi yang sudah disepakati dengan pihak kepolisian. Ia pun menambahkan bahwa secara bertahap suporter tim lawan akan diizinkan datang kembali.

"Nanti ke depannya secara bertahap akan mulai ada penonton yang dari tim yang datang (tim tandang), tapi untuk saat ini memang sudah begitu keputusannya," kata pria yang juga menjabat staf khusus Menteri BUMN itu.

Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sekaligus peneliti kultur fans sepakbola Fajar Junaedi mengatakan selain suporter tidak bisa lagi mendukung klubnya saat away, kebijakan itu membuat dukungan di stadion menjadi hanya dari satu arah, bukan lagi datang dari dua arah dan euforia stadion menjadi berbeda.

"Problem yang terus terjadi adalah penanganan massa dan mitigasi. Dua hal ini yang perlu diberi perhatian oleh federasi, operator, panpel dan aparat keamanan," kata penulis buku `Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas dan Media` itu kepada Panditfootball, Selasa (6/6/2023).

Fajar pun menitikberatkan perlunya kompetensi yang layak dari pihak federasi, operator, panpel, dan aparat keamanan dalam melakukan memitigasi.

"Perlu ada kompetensi yang layak dari pihak-pihak di atas dalam mitigasi, sehingga risiko buruk mengarah bencana bisa diminimalisir," tutup Fajar.

Komentar