Antara Pertandingan Sepakbola atau Salat Magrib

Editorial

by Dex Glenniza 119609

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Antara Pertandingan Sepakbola atau Salat Magrib

Sepakbola dan salat adalah dua kegiatan yang sangat berbeda. Bagi pemeluk agama Islam, salat adalah ibadah, dan salat wajib lima waktu adalah kewajiban; sementara menonton atau bermain sepakbola... apa, ya, hukumnya? Yang jelas tidak wajib.

Salat magrib adalah salah satu ibadah salat yang wajib. Dibanding dengan waktu lainnya, magrib menjadi waktu yang paling sempit, kira-kira 75 menit, sebelum akhirnya masuk ke waktu isya. Pada saat masih anak-anak, kita mungkin teringat kalau azan magrib terdengar seperti peluit panjang yang menyudahi pertandingan sepakbola kita.

Pada waktu ini (biasanya sesuai dengan Waktu Indonesia Barat), televisi-televisi di Indonesia umumnya menyiarkan kumandang azan magrib. Hal yang sama juga dilakukan pada azan subuh.

Indonesia memang bukan negara Islam. Tapi Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim, yaitu 87,2% dari seluruh penduduknya, atau sekitar 205 juta jiwa. Dengan angka ini, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Kemudian sebenarnya, apa hubungannya antara sepakbola dengan waktu magrib?

Pada pertandingan perempat-final Piala Presiden 2017, sebuah turnamen “pra-musim” di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, terdapat dua pertandingan yang berbentrokan dengan waktu magrib ini, yaitu pertandingan antara Persib Bandung melawan Mitra Kutai Kartanegara (3-2) dan Arema FC melawan Sriwijaya FC (1-0). Kedua pertandingan ini dilangsungkan di Stadion Manahan, Solo.

Kedua pertandingan ini memiliki waktu sepak mula (kick-off) pukul 18:00 WIB, sementara waktu azan magrib di Solo pada hari tersebut adalah pukul 18:06 WIB atau enam menit setelah wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan.

Secara matematis, seluruh pemain, ofisial, dan penonton (sampai penonton layar kaca) sebenarnya memiliki cukup waktu untuk melakukan ibadah salat magrib (bagi yang melakukannya), terutama ketika jeda turun minum yang jatuh pada kira-kira pukul 18:45 WIB.

Masih tersisa 31 menit lagi sejak waktu tersebut untuk masuk ke waktu isya di Solo (19:16 WIB), sementara waktu jeda turun minum adalah tidak lebih dari 15 menit, menurut peraturan FIFA.

Namun, yang dipermasalahkan oleh banyak orang sebenarnya bukan salat atau tidak salatnya para pemain, ofisial, dan penonton sepakbola, melainkan karena berbentrokannya waktu pertandingan ini kepada waktu magrib.

Mengambil contoh kasus di Indonesia, Piala Presiden sebenarnya baru dua kali dari total 34 pertandingan sebelum semi-final, yang memiliki waktu berbentrokan dengan magrib. Kedua kejadian terjadi pada perempat-final di Solo.

Bentrokan waktu sepakbola dengan magrib ini akan terjadi dua kali lagi di Piala Presiden nanti, yaitu pada semi-final leg kedua antara Persib melawan Pusamania Borneo FC (sepak mula tanggal 5 Maret pukul 18:00 WIB di Bandung) dan pertandingan perebutan tempat ketiga (sepak mula tanggal 12 Maret pukul 18:00 WIB di Pakansari).

Sementara pada semi-final leg pertama antara Pusamania melawan Persib hari ini (02/03), tidak akan terjadi bentrokan dengan magrib karena meskipun pertandingan akan dimulai pada pukul 18:00 WIB, tapi pertandingan tersebut baru akan dimulai pada pukul 19:00 WITA karena dilangsungkan di Samarinda yang memiliki perbedaan waktu satu jam lebih cepat daripada WIB.

Hal ini akan membuat pertandingan hanya bentrok dengan magrib bagi penonton layar kaca yang berada di Indonesia bagian barat. Sementara bagi pemain, ofisial, dan penonton yang terlibat langsung di Stadion Segiri tidak akan berbentrokan karena magrib sudah terlebih dulu datang, yaitu pada 18:37 WITA, atau kira-kira 23 menit sebelum sepak mula.

Meskipun seringnya kita harus datang satu jam atau bahkan lebih dari sebelum sepak mula, rasa-rasanya pemain, ofisial, dan penonton di Samarinda memiliki waktu yang cukup untuk melakukan ibadah tersebut.

Kasus yang lebih banyak pada ISC

Jika Piala Presiden masih memiliki “PR” di dua pertandingan ke depan yang berbentrokan dengan magrib, kita bisa mengambil contoh kasus yang lebih panjang untuk Indonesia, yaitu pada penyelenggaraan ISC A musim lalu.

Sepanjang musim lalu, tercatat ada 53 pertandingan ISC A yang berbentrokan dengan waktu magrib. 50 pertandingan terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah (saya memasukkan Madura ke wilayah ini dengan penjelasan di paragraf selanjutnya), dua pertandingan pada Indonesia bagian barat, sementara satu sisanya terjadi di wilayah Indonesia bagian timur.

Madura United, sebuah kesebelasan dari Madura (wilayah Indonesia bagian barat), pernah mengajukan permintaan pergeseran waktu sepak mula pertandingan ISC A karena bentrok dengan waktu magrib.

Sepanjang musim lalu, pihak PT Gelora Trisula (PT GTS) selaku operator kompetisi menetapkan waktu sepak mula pertandingan sore pada pukul 16:00 WIB, yang sebenarnya tidak langsung mengganggu untuk kasus wilayah Indonesia barat.

Dengan asumsi pertandingan memakan waktu dua jam atau 120 menit (2 x 45 menit, jeda 15 menit, dan 15 menit sisanya adalah waktu persiapan lainnya) maka pertandingan akan berakhir pada pukul 18:00 WIB. Tapi ternyata, waktu magrib di Madura pada saat itu adalah pukul 17:30 WIB.

“Kami berharap GTS bisa menyesuaikan jadwal pertandingan dengan mempertimbangkan kearifan lokal. Pertandingan di Madura dengan jam kick-off pukul 16:00 bisa berakibat ekses kurang baik,” kata Achsanul Qosasi, Presiden Madura United, seperti yang dikutip dari Juara.

“Pertandingan di Madura, utamanya pada babak kedua, bersamaan dengan azan magrib dan selesai beberapa menit sebelum azan Isya. azan magrib di Madura pukul 17:26 WIB. Sementara, pertandingan selesai pukul 17:55 WIB atau kadang 18:00 WIB,” lanjutnya.

Warga di Madura selama ini sangat kental dengan budaya Islam mereka. Achsanul tidak ingin mereka yang datang ke stadion terpaksa harus meninggalkan kewajiban menjalankan salat. Achsanul sendiri kemudian meminta PT GTS untuk memajukan waktu sepak mula 30 menit lebih awal, atau bahkan memundurkannya menjadi pukul 19:00 WIB.

“Hal ini semata-mata agar semua pihak bisa menghormati kearifan lokal,” katanya.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Komentar