Keinginan Jokowi, Keinginan Kita Semua

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Keinginan Jokowi, Keinginan Kita Semua

Halaman kedua...

Dalam memperbaiki kompetisi, sepakbola Indonesia memang membutuhkan piramida kompetisi yang terstruktur. PSSI sendiri sudah membentuk Liga 1, Liga 2, dan Liga 3, sebagai nama lain dari Indonesia Super League, Divisi Utama dan Liga Nusantara. Namun itu tentu belum cukup, apalagi dengan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, yang harusnya memiliki pesepakbola yang lebih banyak juga.

Thailand saja yang memiliki 66 juta penduduk atau seperempat jumlah penduduk Indonesia, memiliki lima divisi untuk memberdayakan pesepakbola mereka. Pada 2016 mereka baru saja membentuk divisi lima yang diisi oleh kesebelasan amatir yang nantinya akan promosi ke divisi empat. Padahal sepakbola Thailand sendiri sudah unggul jauh dari sepakbola Indonesia.

Sementara itu tata kelola kompetisi ini sudah barang tentu akan berkaitan dengan perbaikan manajemen klub. Ya, setiap klub di Indonesia jelas akan menjadi kaki-kaki dari rencana percepatan pembangunan sepakbola Indonesia ini. PSSI tentu perlu membenahi regulasi klub yang berhak berlaga pada kompetisi Indonesia.

“Yang ketiga, pembenahan manajemen klub harus menjadi perhatian kita semua.”

Selama ini, manajemen klub seringkali menimbulkan banyak masalah bagi sepakbola Indonesia itu sendiri. Dimulai dari dualisme klub, gaji pemain dan pelatih yang tidak lancar bahkan tidak dibayarkan, pelatih yang tidak memenuhi syarat wajib lisensi, pengakusisian klub yang cenderung menimbulkan masalah, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Berkaca Pada Sepakbola Vietnam

Hal itu tentu tidak perlu terjadi kembali di masa yang akan datang. Salah satu bentuk pencegahannya adalah diperlukannya standarisasi terhadap klub untuk lebih profesional dari segi organisasi, finansial, hingga infrastruktur. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki pengurus sepakbola yang berintegritas, hak-hak pemain dan pelatih akan terjamin, transparansi keuangan, dan yang terpenting sepakbola Indonesia memiliki organisasi yang baik sejak dari akarnya.

Jepang lagi-lagi memberikan contoh nyata keberhasilan pentingnya manajemen klub yang baik. Bahkan Jepang mendahulukan profesionalisme klub sebelum memikirkan bagaimana caranya melahirkan talenta-talenta berbakat. Klub memang memegang peranan yang teramat penting dalam dalam hal ini, sementara di Indonesia masih cenderung terabaikan.

Baca juga: Sepakbola Profesional a la Jepang: Mapan Dulu, Jago Belakangan

Dan yang terakhir, Jokowi menginginkan sepakbola benar-benar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Jokowi ingin infrastruktur ditingkatkan, bahkan tidak hanya untuk klub, tapi juga untuk masyarakat. Jokowi ingin lapangan sepakbola di daerah-daerah tetap ada, diperbaiki, diperbanyak dan tidak dialihfungsikan.

“Saya sudah minta ke Menpora agar lapangan sepakbola di kampung-kampung dan di desa-desa agar diperbaiki, dijaga dan dipertahankan sebagai ruang publik masyarakat. Jangan sampai lapangan bola tersebut dialihfungsikan untuk kepentingan lain apalagi untuk kepentingan komersial,” tutur Jokowi.

Saat ini, masyarakat Indonesia memang cukup kesulitan untuk bisa bermain sepakbola secara bebas. Lapangan-lapangan sudah berubah menjadi perumahan. Bahkan untuk bermain sepakbola saat ini harus menyewa lapangan yang dikelola oleh swasta dengan biaya yang cukup mahal. Futsal, yang cukup berbeda dengan sepakbola, akhirnya menjadi pilihan.

Untuk memperbaiki sepakbola dari akarnya, partisipasi publik memang perlu diperhatikan. Sepakbola harus bisa dijangkau oleh siapa saja, bukan hanya untuk golongan tertentu. Dengan begitu, setiap masyarakat Indonesia memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk bisa bermain sepakbola dengan fasilitas yang sebaik-baiknya.

Titah presiden ini menjadi wujud nyata pemerintah untuk memperbaiki dan membenahi sepakbola nasional. Saat ini memang merupakan momen yang tepat, selain karena Indonesia baru kembali pulih setelah vakum, juga karena Indonesia baru memiliki Ketua Umum PSSI yang baru. Sinergi ini bisa menjadi tonggak awal kebangkitan sepakbola Indonesia.

Dengan diundangnya Ketum PSSI pada Rapat Terbatas ini, apalagi terlihat bahwa tidak adanya lagi gesekan antara Ketum PSSI dan Menpora seperti dalam beberapa tahun terakhir, ini menjadi sinyal positif bagi sepakbola Indonesia. PSSI dan pemerintah bergandengan bersama-sama untuk memajukan sepakbola Indonesia.

Pemerintah turut terlibat dalam pembangunan sepakbola pun sudah bukan hal yang aneh lagi di masa sekarang. Bergeliatnya sepakbola Tiongkok saat ini merupakan buah dari keinginan dan rencana Presiden Tiongkok, Xi Jinping, untuk memajukan sepakbola Tiongkok. Selain itu, Presiden Uzbekistan, Islam Karimov, membangun komplek olahraga untuk menunjang sarana olahraga, khususnya sepakbola, di salah satu kota Uzbekistan. Meningkatnya prestasi Islandia pun tak lepas dari kerjasama antara pemerintah dan federasi. Masih banyak lagi contoh lain kerjasama pemerintah dan federasi sepakbolanya.

Oleh karena itu, keinginan Jokowi ini perlu diejawantahkan oleh seluruh pihak, khususnya dari PSSI dan para pemegang stakeholder sepakbola Indonesia. Semuanya harus berjalan seirama dan satu tujuan. Tak ada lagi permisif jika ada pelanggaran. Jangan ada lagi perseteruan antara pemerintah dan federasi. Dengan begitu, percepatan pembangunan sepakbola nasional ini bisa benar-benar diwujudkan karena langkah dan keinginan Jokowi ini, keinginan kita semua, akan menjadi suatu mimpi dan tujuan yang sangat bisa kita wujudkan.

Komentar