Persib Bergaya Heavy Metal à la Dejan Antoni?

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Persib Bergaya Heavy Metal à la Dejan Antoni?

Dejan Antonic menggantikan Djajang Nurjaman sebagai pelatih Persib Bandung dengan lubang yang begitu menganga. Sejumlah pemain andalan Persib era coach Janur hengkang, yang jika ditotal mencapai 10 pemain.

Dejan lantas seolah membangun kembali Persib dari nol. Kemudian membayangkan Persib dengan cita rasa PBR, kesebelasan yang ditangani Dejan sebelumnya, semakin memungkinkan dengan kedatangan sejumlah pemain anyar yang merupakan mantan anak asuhnya seperti Kim Jeffrey Kurniawan, Rachmat Hidayat, Hermawan dan David Laly, serta Dias Angga Putra yang juga sebelumnya menjadi bagian dari skuat PBR asuhan Dejan.

Dengan sejumlah mantan pemain PBR yang kini menghuni skuat Persib ini, bukan hal yang aneh jika nantinya Persib bermain seperti PBR. Tak seperti Persib a la Janur yang memainkan sepakbola menyerang dengan formasi 4-2-3-1 nya, PBR pada ISL 2014 bermain dengan formasi 4-4-2 (dan juga 4-2-3-1) dengan memfokuskan untuk memperkuat lini pertahanan.

Laga uji tanding pertama Persib (dengan skala yang lebih luas) akhirnya digelar pada Sabtu kemarin (13/2) dengan menghadapi Bali United. Dan dari laga yang menghasilkan skor 3-0 untuk kemenangan Persib ini akhirnya diketahui, bahwa Dejan tak akan membuat Persib bermain seperti PBR. Justru sebaliknya, Dejan berusaha menampilkan permainan Persib dengan gaya heavy metal.

Menekankan Pressing di Lini Pertahanan Lawan

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, pernah mengatakan bahwa ia tak menyukai permainan umpan-umpan pendek yang diperagakan Arsenal karena hal itu seperti alunan musik orkestra. Ia sendiri lebih menyukai permainan cepat dengan pressing agresif di mana ia menyebutnya seperti musik heavy metal.

Hal inilah yang coba diperagakan Dejan Antonic bersama Persib. Pada laga melawan Bali United, sejak babak pertama dimulai, pelatih yang juga berkarier di Indonesia sebagai pemain ini begitu menekankan pressing agresif. Bahkan seperti taktik Klopp yang dikenal dengan gegenpressing, Dejan pun menginginkan anak asuhnya menekan secara agresif pemain lawan yang menguasai bola sejak di lini pertahanan mereka.

Tapi Dejan frustrasi selama babak pertama. Para pemainnya terlihat belum terlalu paham dan fasih memainkan apa yang diingkan pelatih berusia 47 tahun tersebut. Penulis yang berada di samping bench Persib pada laga ini, menyaksikan dengan seksama bagaimana Dejan begitu kesal sepanjang babak pertama (ya, bahkan meski Persib unggul 1-0).

Dejan kerap kali terlihat kesal ketika para pemainnya tak secara unit atau tak bersamaan kala melakukan pressing di lini pertahanan lawan. Bahkan ada suatu momen di mana Dejan sampai menendang botol minuman yang ada di dekatnya hanya karena Aron Da Silva tak melakukan pressing seperti yang ia inginkan.

Namun tak hanya Aron, mayoritas para pemain Persib lainnya tampak tak terbiasa dengan gaya menekan seperti ini. Dalam pandangan penulis, hanya Tantan yang sering mendapatkan tepuk tangan dari Dejan ketika Persib melakukan pressing. Sedangkan pemain lainnya, lebih sering mendapatkan umpatan dengan bahasa Serbia dari Dejan.

Pada babak kedua, ketika bench Persib menyerang ke arah selatan, yang artinya Dejan lebih dekat ke lini pertahanan Persib, semakin terlihat bahwa Dejan ingin menekankan pressing agresif. Hermawan dan Vladimir Vujovic terus diinstruksikan untuk menaikkan garis pertahanan. Garis pertahanan yang naik tentunya akan berpengaruh pada space antar lini yang terminimalisasi.

Pada kesempatan ini juga memperlihatkan bahwa Vujovic, Tony Sucipto, dan Dias Angga, seringkali mendapatkan teriakan dari Dejan karena kebiasaan mereka yang langsung menurunkan garis pertahanan usai serangan Persib gagal. Sementara Dejan menginginkan garis pertahanan tinggi dengan pressing agresif agar tempo permainan semakin cepat bahkan ketika serangan Persib gagal.

Dias Angga sendiri tampaknya mendapatkan sorotan tajam dari Dejan pada laga ini. Permainan tempo cepat Dejan ini mengharapkan kedua full-back sering overlap (Tony sudah terlihat cukup baik memerankannya). Bukan tak mungkin posisi Dias Angga akan tergeser posisinya, seperti oleh Jajang Sukmara, Agung Pribadi, atau bahkan Hermawan jika nantinya Persib mendapatkan pemain anyar di posisi bek tengah.

Tempo cepat yang Dejan inginkan juga termasuk upaya-upaya dari tembakan jarak jauh. Pada babak pertama, Rachmat Hidayat dan Hariono mendapatkan teriakan dari Dejan karena lebih memilih mengoper bola ke sayap ketimbang menembak dari luar kotak penalti meski mendapatkan momen yang ideal.

Dan tampaknya Dejan baru bisa menjelaskan apa yang ia inginkan lewat teamtalk di ruang ganti saat jeda turun minum. Hal ini dapat dilihat pada babak kedua di mana dua gol tambahan Persib tercipta dari tembakan jarak jauh yang dilepas Aron dan Rachmat (jangan lupakan juga Hariono yang tembakannya berhasil diblok lawan).

Bertumpu Pada Pemain di Belakang Penyerang

Jika melihat susunan pemain yang diturunkan Dejan pada laga melawan Bali United, pada dasarnya ia sama seperti Janur dengan menggunakan formasi dasar 4-2-3-1. Hanya saja pendekatan strategi yang jauh berbeda diperlihatkan Persib asuhan Dejan ini.

Jika skema di atas menceritakan bagaimana pendekatan strategi Persib kala tak menguasai bola, bagaimana dengan skema Persib ketika membangun serangan dari bawah?

Yang kita tahu dari Persib era Janur, bola dari kiper akan digulirkan ke bek tengah, lalu didistribusikan ke sayap. Bahkan lebih spesifisik, Persib biasanya akan mengandalkan serangan dari sisi kanan dengan kombinasi Supardi – M. Ridwan untuk memasuki sepertiga akhir.

Namun berbeda dengan taktik Dejan, Persib selalu mengirim bola lewat tengah. Namun bukan Kim Jeffrey Kurniawan atau Hariono yang akan terlihat sibuk, melainkan pemain di belakang penyerang, Rachmat Hidayat.

Rachmat memiliki kecepatan. Ini mengimbangi Kim dan Hariono yang terbilang bukan tipe pemain yang mengandalkan kecepatan. Karenanya ia menjadi pemain penting di lini tengah Persib untuk mengirimkan bola ke sepertiga akhir.

Perannya memang kurang lebih sama dengan Makan Konate. Namun Rachmat tak hanya berfungsi sebagai pembagi bola, melainkan sebagai pembuka ruang juga perebut bola di sepertiga akhir. Kelemahannya mungkin Persib asuhan Dejan akan minim umpan-umpan panjang khas Dedi Kusnandar atau Firman Utina.

Sementara itu pada skema penyerangan Dejan, perubahan posisi antara Rachmat, Atep (sayap kiri), dan Tantan (sayap kanan) begitu cair. Sementara pada skema penyerangan Janur, hanya Atep (sayap kiri) dan Tantan (atau M. Ridwan) yang sering bertukar tempat. Maka tak heran Rachmat cukup menonjol pada laga melawan Bali United.

Halaman berikutnya, Variasi Taktikal dan Kesimpulan

Komentar