4 Aspek Taktik yang Membuat Timnas U-19 Layak Tersingkir

Editorial

by Zen RS

Zen RS

Board of director | Panditfootball.com

4 Aspek Taktik yang Membuat Timnas U-19 Layak Tersingkir

Cara Menyerang yang Monoton

Salah satu kekuatan timnas U-19 yang membuat mereka berhasil menggondol trofi Piala AFF U-19 pada 2013 lalu dan menjadi juara grup babak kualifikasi Piala Asia U-19 (mengungguli Korea Selatan) adalah dua flank yang begitu agresif membongkar pertahanan lawan.

Duat Ilham Udin Armayn di kiri dan Maldini Pali di kanan, pada dua ajang yang berlangsung pada 2013 itu, begitu meneror pertahanan lawan. Kecepatan mereka, dribling, juga keberanian menusuk pertahanan lawan -- meneguhkan apa yang sejak dulu sudah diyakini oleh Will Coerver: Indonesia punya kekuatan alami dalam permainan sayap.

Sesekali kekuatan permainan sayap ini sempat terlihat di Piala Asia U-19 ini. Seperti terlihat kemarin di laga vs Australia, saat Ilham yang berpindah ke sisi kanan, sanggup membongkar pertahanan lawan sendirian dengan kecepatannya menggiring bola.

Dalam skema penyerangan dari sayap ini, penyerang yang diturunkan (di dua laga Dinan Javier yang dipercaya sebagai target man) punya peran untuk memancing bek tengah lawan untuk bermain ke dalam, agar mereka terpatok di dalam kotak penalti, guna menciptakan gap antara lini pertahanan dan lini tengah. Jika skema ini berjalan, flank yang sedang membawa bola (biasanya) akan mengirimkan umpan tarik ke arah belakang (cut back) yang akan disambut oleh salah satu dari trio gelandang Indonesia.

Cara menyerang ini tidak berjalan. Uzbekistan dan Australia agaknya sudah membaca skema yang sudah menjadi pakem ini. Saat Ilham atau Maldini menguasai bola, mereka tidak segera "mengambil sekali", tapi membiarkannya terus membawa bola, dengan dikawal minimal dua pemain.

Pada saat yang sama, lini belakang Uzbekistan atau Australia juga tidak berhasil dipancing oleh Dinan Javier untuk bermain lebih ke dalam. Salah satu dari bek tengah akan mengawal Dinan, satu pemain lainnya berposisi bebas dan cenderung naik ke atas. Ini dibantu oleh salah satu gelandang lawan yang dengan cepat turun ke bawah tapi tidak sejajar dengan bek tengah.

Dengan cara ini, siapa pun pemain Indonesia yang masuk dari lini kedua untuk mengeksekusi umpan tarik cut back tak pernah mendapatkan ruang yang memadai untuk melakukan percobaan mencetak gol. Berkali-kali, baik di laga melawan Uzbekistan maupun Australia, Evan Dimas selalu berhasil diblok oleh pemain lawan tiap kali menerima bola yang dikirim dari sayap.

Halaman Berikutnya: Lini Tengah yang Minim Variasi

Komentar