Bursa Transfer, Bom Waktu yang Menghancurkan Serie A

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Bursa Transfer, Bom Waktu yang Menghancurkan Serie A

Biasanya, bursa transfer sangat dinanti-nanti setiap pendukung sepakbola. Mereka terus menantikan, siapa pemain anyar yang didatangkan untuk memperkuat tim yang didukungnya.

Namun hal itu tampaknya tak berlaku bagi para tifosi liga Italia saat ini. Ketika bursa transfer datang, mereka mulai cemas. Mereka tengah menunggu apakah pemain bintang di timnya akan dilego atau tidak.

Ya, bursa transfer adalah suatu hal yang cukup ditakuti bagi para pendukung klub-klub Italia.  Ketakutan para tifosi Italia ini cukup beralasan. Karena bagi mereka, bursa transfer bisa diibaratkan sebuah bom waktu, yang ketika waktu untuk meledak telah tiba, bom tersebut bisa meluluh lantahkan tim yang didukungnya.

Bukti sahih dari teror bom bernama ‘bursa transfer’ ini adalah AC Milan. Saat ini Milan terpuruk dan sedang berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya pada dunia. Hal tersebut merupakan ‘ulah’ dari bom yang meledak pada 2012, di mana Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva menjadi korbannya.

Klub-klub lain pun merasakan apa yang Milanisti rasakan. Philippe Coutinho (Inter), Edinson Cavani (Napoli), Marquinhos (Roma), Alexis Sanchez (Udinese), dan beberapa bintang lainnya secara bergiliran menjadi korban dan berbondong-bondong meninggalkan Serie A.

Itu pun yang terjadi pada bursa transfer musim panas ini. Serie A kembali harus kehilangan bintang-bintangnya. Dimulai dari kepergian top skorer musim lalu, Ciro Immobile, yang hijrah ke Dortmund. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh pemain muda berbakat asal Sampdoria, Skhordan Mustafi, yang dipinang Valencia. Lalu yang terbaru, bek AS Roma, Mehdi Benatia kepincut untuk bermain bersama jawara Bundesliga, Bayern Munich.

Ya, di tengah liga Italia yang kian terpuruk, beberapa pemainnya memang masih bisa bersinar dan menjadi daya tarik klub-klub Eropa.

Misalnya Benatia yang musim lalu ditasbihkan sebagai bek terbaik Serie A. Didatangkan dari Udinese yang bermain dengan skema tiga bek, pemain tim nasional Maroko ini langsung nyetel dengan pola empat bek ala Rudi Garcia, pelatih AS Roma. Positioning yang bagus dan kemampuannya membaca arah bola menjadi kelebihan tersendiri pemain berusia 27 tahun ini.

Kepergian Benatia sendiri memang sudah diprediksi sejak Mei lalu. Ketika itu, Benatia mengatakan ketidakpuasan atas gajinya yang rendah pada salah satu media Italia.

Mendengar hal itu, Direktur Olahraga Roma, Walter Sabatini, langsung mengambil tindakan dengan mengatakan pada media bahwa Benatia tidak profesional. Banderol 61 juta euro pun dipatok manajemen Roma sebagai harga untuk mendapatkan Benatia.

Mahal? Ya, tapi Roma memiliki rekor bagus dalam hal penjualan pemain. Misalnya saja ketika ‘serigala ibu kota’ ini melepas Pablo Osvaldo, Marquinhos, dan Erik Lamela dengan harga yang tinggi.

Indikasi akan hengkangnya Benatia semakin menguat ketika Roma mendatangkan Davide Astori dari Cagliari. Tak sampai disitu, Giallorosso terus mengejar bek tim nasional Yunani, Kostas Manolas, agar tak meninggalkan celah di lini belakang setelah menjual Benatia.

Lalu apakah Benatia menjadi pemain terakhir yang meninggalkan Italia pada bursa transfer musim panas ini? Walaupun saya ingin sekali menjawab ya, nyatanya masih ada teror yang menghantui sebelum waktunya benar-benar berhenti pada tanggal 1 September nanti.

Bintang pertama yang masih mungkin akan meninggalkan Italia adalah gelandang Juventus, Arturo Vidal. Santer dikabarkan kini Vidal menjadi target utama raksasa Inggris, Manchester United. Spekulasi tentang transfer ini terus merebak dan pasti tak akan reda hingga awal September nanti.

Komentar