Bagaimana Bundesliga Produktif Menghasilkan Bintang Muda?

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bagaimana Bundesliga Produktif Menghasilkan Bintang Muda?

Kompetisi sepakbola di Eropa menjadi besar karena faktor berlimpahnya bintang lapangan dengan nama beken. Selain itu, duel antara dua klub yang menjadi rival abadi sehingga dinantikan oleh banyak orang. Adapun atmosfer pertandingan hingga panasnya persaingan di bursa transfer menjadi hal yang setidaknya dimiliki oleh lima liga top Eropa saat ini.

Hal tersebut membuat banyak yang melupakan seperti apa lahirnya talenta sebelum menjadi pemain dengan price tag selangit. Bagaimana gairah pendatang baru di lapangan hijau yang dengan tulus menunjukkan performanya demi mendapat tempat di skuad utama. Tanpa disadari, kompetisi terbaik untuk bisa menikmati hal tersebut adalah Bundesliga.

Faktanya, kompetisi sepakbola Jerman adalah sekolah terbaik untuk mengembangkan pemain sebelum diekspor ke liga lain dengan profit yang tidak main-main. Suka atau tidak, itulah sesuatu yang secara tidak langsung paling dimanfaatkan oleh Bundesliga.

Keuntungan finansial Bundesliga terus meningkat dalam 15 tahun berturut-turut. Pada musim 2018/19, pendapatan yang dihasilkan oleh 18 klub Bundesliga melebihi 4 miliar euro untuk pertama kalinya. Pendapatan tersebut berdasarkan peningkatan 5,4 persen pada musim sebelumnya. Pendapatan melalui bursa transfer menyumbang 16,8% pemasukan dan menjadi yang tertinggi ketiga setelah pendapatan media dan iklan.

Pendapatan transfer mengalami peningkatan, variabel yang secara tradisional mudah berubah, karena bergantung pada jumlah transfer pemain dalam satu musim dan biaya yang terlibat. Pada 2018/19, pendapatan transfer naik 4,5% dari musim sebelumnya ke angka rekor sekitar 675 juta euro. Perkembangan ini juga tetap melihat konteks tingginya nilai transfer yang relatif tinggi di pasar internasional dalam beberapa tahun terakhir.

Link streaming pertandingan-pertandingan Bundesliga musim 2020/21

Pola Investasi Klub Bundesliga

Banyaknya peminat talenta Bundesliga dari para klub raksasa dengan segudang uangnya datang dari faktor pengembangan pemain yang sempurna dari tim-tim Jerman. Yang terbaru dan yang terheboh, perekrutan Timo Werner (RB Leipzig) dan Kai Havertz (Bayer Leverkusen) ke Chelsea sekaligus dengan nilai total 133 juta euro. Werner sebelumnya didatangkan oleh Leipzig dari Stuttgart dengan harga 14 juta euro sementara Havertz datang ke Leverkusen secara cuma-cuma alias produk asli akademi. Obsesi The Blues terhadap talenta Bundesliga diawali oleh Christian Pulisic yang lebih dahulu datang ke Stamford Bridge.

Sebelumnya, Bundesliga pernah menjual pemain dengan banderol selangit seperti, Ousmane Dembele dari Borussia Dortmund ke Barcelona senilai 188 juta euro. Nilai yang cukup berani untuk pemuda berusia 20 tahun kala itu, meskipun Dembele belum membuktikan harganya sejak bergabung dengan Blaugrana. Hasil ekspor Bundesliga juga menjelma menjadi bintang besar, seperti Kevin De Bruyne, pemain terbaik Premier League 2019/20.

Di sepakbola Jerman sendiri, Bayern Muenchen adalah penguasa dari segi prestasi maupun segi finansial, hal yang tidak bisa disanggah. Namun harus diakui, kedigdayaan ekonomi The Bavarians mampu mendongkrak kualitas Bundesliga itu sendiri. Secara tidak langsung, para klub Bundesliga harus berpikir lebih jauh, mencari talenta tambahan, serta mempercepat perputaran keluar-masuk pemain. Hal itu mampu menciptakan eksperimen baru dan identitas yang unik untuk Bundesliga.

Klub-klub Bundesliga lebih sering meletakkan pemain muda pada level tertinggi, seperti memberi kesempatan di starting XI. Hingga pada saatnya, pemain yang menampilkan permainan terbaik dan tugas klub untuk ‘mengglorifikasi’ untuk menaikkan nama sang pemain sehingga menarik perhatian para klub-klub besar di Eropa. Pemain datang dan pergi begitu cepat di Bundesliga, namun komitmen untuk pengembangan pemain selanjutnya akan tetap berjalan.

Hal itulah yang dilakukan Mainz dalam mengembangkan pemain, “begitulah cara kami melakukannya dan begitulah cara kami harus melakukannya.” jelas sang direktur olahraga, Rouven Schroder. Mainz sendiri berhasil menjual Jean-Philippe Gbamin ke Everton musim lalu, Schroder menjelaskan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membangun ulang keseluruhan tim lewat pencarian talenta baru.

Bagi klub-klub di Bundesliga, meningkatnya pendapatan dari penjualan pemain tidak otomatis meningkatnya pengeluaran untuk pembelian pemain baru. Dalam kasus Mainz, lebih dari 10 tahun terakhir, klub tersebut telah mempromosikan 26 pemain meliputi tim kedua dan tim U19. Para pemain muda memang tidak mendapatkan gaji banyak ketika bermain di sini, karena memang yang mereka cari adalah jam terbang dan pengembangan diri. Setidaknya itulah simbiosis mutualisme yang selalu dilakukan klub menurut Rouven Schroder.

Ayah Christian Pulisic, Mark, mengatakan kepada Penn Live bahwa mereka memilih Dortmund karena "Jerman adalah negara yang hebat untuk mengembangkan bakat." Bundesliga mampu memainkan peran sentral dalam membuat pemain sepak bola Amerika paling berbakat dari generasi modern menjadi hebat, dan Weston McKennie, Josh Sargent, dan Tyler Adams telah mengikuti jejaknya.

Premier League menjadi liga yang paling menantikan talenta Bundesliga dengan harga yang cukup tinggi. Hoffenheim mendatangkan Roberto Firmino hanya dengan 4 juta euro sebelum dibeli Liverpool seharga 41 juta euro. Newcastle juga mendatangkan Joelinton dengan harga 44 juta euro, setelah Hoffenheim hanya membelinya dengan harga 2 juta euro. Borussia Dortmund membeli Aubameyang seharga 13 juta euro dan mampu menjualnya ke Arsenal dengan harga 63 juta euro. Terbukti, Premier League menjadi langganan penjualan yang cukup royal.

Bundesliga memang punya konsep yang cukup berbeda dengan Premier League yang memproklamirkan diri sebagai “best league in the world”. Memang pada kenyataanya liga Inggris dengan kekayaannya membutuhkan hal yang serba instan, hal itu membuat para pemain muda sulit berkembang dengan tekanan tersebut. Premier League musim lalu mempunyai usia rata-rata pemain hingga hampir 27 tahun, sementara Bundesliga di angka rata-rata 25,5 tahun. Itulah yang membuat Bundesliga kini menjadi salah satu importir terbaik sepakbola Inggris.

***

Perginya para pemain dari Bundesliga tidak hanya memberikan pundi-pundi uang pada klub yang ditinggalkan. Namun sepertinya hal itu sudah biasa juga dirasakan oleh para fan, mereka sadar dengan kondisi finansial klub dan tidak pernah mengharapkan untuk mendatangkan pemain bintang. Salah satu pemegang tiket musiman Werder Bremen, Kristie, menyatakan “Melihat kepergian Mesut Ozil menyedihkan, tapi melihat dia menjadi pemain hebat dan pernah menjadi bagian dari Werder Bremen, hal itu yang membuat kami bangga.”

Pola yang tidak disengaja dilakukan oleh tim-tim Bundesliga ini akan saling menguntungkan dan menciptakan keseimbangan di liga papan atas Eropa. Kenikmatan tersendiri menyaksikan Bundesliga bisa menjadi saksi talenta yang nantinya akan menjadi bintang besar bersama klub papan atas. Mungkin Schroder menyatakan dengan tersenyum, “Kami tidak membutuhkan bintang, kami membuatnya.”

Untuk menjadi yang pertama menyaksikan calon bintang sepakbola Eropa mulai meniti tangga karier, saksikan pertandingan-pertandingan Bundesliga di Mola TV. (Klik di sini)

Komentar