Ada Apa dengan Barcelona dan Lionel Messi?

Cerita

by redaksi

Ada Apa dengan Barcelona dan Lionel Messi?

Oleh: Timothy Putra

Musim 2019/20 menjadi semakin buruk bagi FC Barcelona. Setelah gagal meraih satupun gelar dari semua kompetisi yang diikuti, Barca harus menutup musim dengan kekalahan memalukan atas FC Bayern dengan skor 8-2 di babak perempat final Liga Champions. Tidak selesai sampai situ, selang satu minggu pasca kekalahan memalukan, mimpi buruk Barca berlanjut. Bintang sekaligus kapten yang sudah berada di Barca sejak tahun 2001, Lionel Messi, menyatakan keinginannya untuk meninggalkan Barca.

Sebelumnya, yang kita tahu Barca adalah Messi dan Messi ada Barca. Lionel Messi akan menjadi one man club dan akan mengakhiri karirnya di FC Barcelona. Bahkan bukan tidak mungkin Messi melanjutkan karir sebagai pelatih atau posisi apapun di klub FC Barcelona. Namun, keputusan Messi yang mengejutkan semua pihak ini sudah cukup untuk membuat kita menduga bahwa ada yang tidak beres dengan FC Barcelona saat ini.

VIDEO: Gol-gol terbaik Lionel Messi di La Masia



Sedikit mundur ke musim 2014/15, Barcelona mengakhiri musim yang luar biasa dengan meraih treble. Skuat Barca saat itu adalah yang terbaik di semua lini. Trio Messi, Suarez, dan Neymar menjadi trio paling menakutkan di Eropa musim itu. Di lini tengah, mereka memiliki berlapis-lapis pemain seperti Xavi, Iniesta, Busquet, Rakitic, Mascherano, dan Sergi Roberto. Di belakang, Jordi Alba, Dani Alves, Pique dan dilengkapi oleh Ter Stegen di bawah mistar. Semuanya sedang dalam top performa dan bisa dibilang yang terbaik di Eropa.

Namun siapa sangka Barcelona justru semakin mengalami penurunan sejak musim itu. Barca memang tidak mengalami penurunan yang ekstrim hingga mereka tidak meraih gelar sama sekali. Sejak musim itu sampai sekarang, Barca masih mendapatkan 3 gelar La Liga, 4 Copa del Rey, dan 2 Piala Super Spanyol. Hanya saja, sepertinya terdapat masalah sistemik yang tidak terlihat langsung dari luar, hingga membuat Barcelona kini mengalami kekacauan.

Awal Kepemimpinan Joan Laporta yang mengubah Barca

Mundur lebih jauh ke tahun 2003, Barcelona baru saja memiliki presiden baru setelah dua presiden sebelumnya gagal memberikan satupun gelar dalam durasi 3 tahun. Seorang politisi Spanyol, Joan Laporta, terpilih setelah mendapatkan suara mayoritas voters saat itu.

Awalnya, Laporta memulai masa kepemimpinannya dengan kurang mulus. Janji kampanye untuk mendatangkan David Beckham gagal terpenuhi. Sang mega bintang justru bergabung dengan klub rival, Real Madrid. Laporta kemudian merekrut pemain lain untuk menebus kegagalannya merekrut Beckham. Pemain pengganti ini adalah Ronaldinho.

Kehadiran Ronaldinho ternyata justru menjadi awal kebangkitan FC Barcelona. Ronaldinho bukan sekedar menjadi pusat dalam permainan Barcelona di lapangan namun juga semakin memuluskan kerja sama antara Barcelona dengan brand-brand besar. Nike adalah salah satu brand yang semakin melekat dengan Barcelona akibat kehadiran Ronaldinho di klub Catalan ini.

Barcelona membangun tim dengan Ronaldinho sebagai pusatnya. Ditambah beberapa skuat muda lulusan akademi La Masia seperti Xavi dan Iniesta, FC Barcelona menjelma sebagai klub menakutkan di Eropa. Dan yang tidak kalah penting tentu saja, lahirnya si anak ajaib asal Argentina, Lionel Messi. Messi mulai menjalani debut di FC Barcelona dan sedikit demi sedikit memberikan kontribusi penting bagi FC Barcelona. Dua gelar La Liga dan satu gelar Liga Champions diraih Barca pada musim 2004/05 dan 2005/06.

Terlepas dari berbagai kontroversi dan kritikan yang hadir kepada Laporta, termasuk saat salah satu tim suksesnya, Sandro Russel, mengundurkan diri dari posisi direktur pada tahun 2005, Joan Laporta memperbaiki satu per satu permasalahan yang ada di FC Barcelona. Tidak hanya prestasi di lapangan, Laporta juga memperbaiki kondisi finansial Barcelona.

Dengan dukungan Ferran Soriano sebagai Vice Presiden, pemasukan FC Barcelona terus mengalami peningkatan. Awalnya pemasukan Barcelona hanya mencapai 84 juta paun di musim 2002/03 sebelum Laporta memimpin. Tiga tahun berselang, pemasukan Barca meningkat menjadi 163 juta paun di musim 2005/06 dan semakin meningkat menjadi 276 juta paun di musim 2007/08. Catatan keuangan Barca pun membaik, dari awalnya mengalami kerugian sebesar 65 juta paun menjadi mencatatkan keuntungan mencapai 78 juta paun.

Semakin Meningkat di Era Pep Guardiola

FC Barcelona semakin merajai Eropa setelah menunjuk Pep Guardiola sebagai pelatih. Awalnya, Pep Guardiola sempat diragukan banyak pihak. Pasalnya, pelatih asal Spanyol ini belum pernah memiliki pengalaman melatih klub besar sebelumnya. Guardiola hanya pernah menangani Barcelona B sebelum ditunjuk sebagai pelatih kepala di FC Barcelona.

Pep berhasil menjawab keraguan tersebut. Dari tangan Pep Guardiola lahirlah FC Barcelona yang menjadi klub terbaik dunia. 4 gelar La Liga, 2 gelar Copa del Rey, 3 gelar Piala Super Spanyol, 2 gelar Liga Champions, 2 gelar Piala Super Eropa, dan 2 gelar Piala Dunia Antar Klub menjadi rentetan trofi yang diberikan Pep bagi Barcelona.

Namun, bukan itu ternyata warisan terbesar Pep Guardiola bagi Barcelona. Pep Guardiola merupakan pelatih yang memberikan banyak kesempatan kepada pemain muda. Di masa kepelatihan Pep Guardiola di FC Barcelona, tidak henti-hentinya muncul pemain baru lulusan akademi La Masia yang bermain di tim utama Barcelona.

Yang terpenting, Pep Guardiola telah membentuk Lionel Messi sebagai salah satu pemain terbaik di dunia. Messi yang masih muda saat Pep mulai menangani FC Barcelona, menjelma menjadi seorang Lionel Messi yang sudah bisa memimpin rekan-rekan setimnya. Kemampuan Messi bukan sekedar kemampuan menggiring bola, melainkan juga kecerdikannya membaca permainan lawan. Pep membangun Messi menjadi pemain yang sangat sempurna, yang bahkan belum pernah ada di sejarah sepakbola dunia.

Awal Mula Kemunduran FC Barcelona

FC Barcelona dengan Pep Guardiola dan Lionel messi menjadi tim yang sangat menakutkan di Eropa. Mereka tidak pernah absen untuk berlaga di semifinal Liga Champions sejak musim 2007/08 hingga musim 2012/13. Namun kemudian, masa kejayaan FC Barcelona pun sedikit demi sedikit mengalami penurunan.

Joan Laporta turun dari posisi presiden setelah kalah dalam pemilihan di tahun 2010. Ia digantikan Sandro Rosell yang merupakan tim suksesnya saat terpilih di tahun 2003. Kepemimpinan Rosell membawa kebijakan baru yang dinilai menghambat regenerasi di La Masia. Rosell mendatangkan pemain-pemain muda untuk bermain di Barcelona B. Hal ini membuat kesempatan lulusan akademi La Masia menjadi sulit untuk naik ke level yang lebih tinggi.

Lebih parah lagi, Barca mendapatkan hukuman larangan transfer permain oleh FIFA setelah terbukti melakukan pelanggaran dalam perekrutan pemain di bawah 18 tahun. Masa kepemimpinan Rosell kemudian harus selesai lebih cepat setelah ia terbukti bersalah dalam kasus pencucian uang. Rosell dipenjara dan posisinya digantikan oleh Bartomeu yang saat itu menjadi vice presiden.

Transfer Pemain yang Sia-sia di Era Bartomeu

FC Barcelona tampil gemilang pada musim pertama kepemimpinan Bartomeu. Hadirnya Suarez menjadikan trio MSN (Messi, Suarez, Neymar) terbentuk di lini depan FC Barcelona. Barca tidak terkalahkan di musim tersebut dan berhasil meraih treble. Bartomeu kemudian berhasil memenangkan pemilihan presiden di tahun 2015 mengalahkan Joan Laporta yang mencoba kembali mengikuti pemilihan.

Dari sini, semakin terlihat ada yang salah dengan FC Barcelona. Masalah yang paling mudah dilihat adalah soal transfer pemain. FC Barcelona berubah menjadi klub yang senang menghabiskan uang untuk merekrut pemain mahal. Lebih parahnya, mayoritas pemain mahal yang didatangkan FC Barcelona hanya menjadi sebuah pembelian gagal yang tidak banyak memberikan kontribusi kepada klub.

Musim pertama bartomeu memimpin, setelah Xavi memutuskan pindah ke Al Sadd, Bartomeu mengeluarkan 51 juta Euro untuk mendatangkan Arda turan dan Aleix Vidal. Larangan transfer yang masih melanda Barcelona membuat Arda Turan baru bisa bermain di bulan Januari 2016. Padahal Barca sudah mengontrak pemain asal Turki ini di bulan Juli 2015. Setelah mulai membela Barcelona, performa Arda Turan pun tidak seperti yang diharapkan. Dalam 3 musim Arda Turan hanya membela Barca dalam 36 pertandingan sebelum kemudian dipinjamkan ke Istanbul Basaksehir pada tahun 2018.

Musim berikutnya di tahun 2016, Bartomeu menghabiskan total 125 juta Euro untuk mendatangkan Andre Gomez, Paco Alcacer, Lucas Digne, Samuel Umtiti, dan Jesper Cillessen. Dari serangkaian nama tersebut, hanya Samel Umtiti yang kemudian menjadi langganan di skuat utama FC Barcelona.

Musim panas 2017, Neymar pindah ke PSG. Ada banyak cerita yang menjadi cerita yang mengiringi kepindahan Neymar dari FC Barcelona ke PSG. Namun komentar Neymar pada salah satu postingan instagram yang sedang membahas Bartomeu, menjelaskan hubungan pemain Brasil ini dengan sang presiden. "This president is a joke", tulisnya dalam kolom komentar postingan tersebut.

Bartomeu menghabiskan 222 juta Euro untuk mendatangkan pemain baru di musim panas 2017 setelah Neymar pergi. Ousmane Dembele, Paulinho, Nelson Semedo, dan Gerard Deulofeu menjadi pemain yang didatangkan pada musim itu. Lagi-lagi, tidak ada satu pun pemain yang berhasil menunjukan performa yang diharapkan. Ousmane Dembele yang menjadi pembelian termahal klub sepanjang masa saat itu, hanya bermain 23 kali dengan torehan 4 gol di musim itu. Serangan Barca tidak lagi setajam saat ada trio MSN di lini serang.

Tidak berhenti sampai di situ, bulan Januari 2018 Bartomeu kembali membuat kehebohan. Setelah gagal saat musim panas, ia kembali mencoba mendatangkan gelandang Liverpool, Phillipe Coutinho. Kali ini ia berhasil, namun harus menebus dengan biaya yang sangat besar, 145 juta Euro. Angka tersebut sekaligus menjadi rekor transfer klub yang baru.

Performa Coutinho pun tidak secemerlang saat di Liverpool. Satu setengah musim gelandang asal Brasil ini membela Barcelona dan hanya menyumbangkan 22 gol dari 76 pertandingan. Coutinho kemudian dipinjamkan ke FC Bayern pada musim 2019/20.

Dua musim berikutnya Bartomeu masih senang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk mendatangkan pemain. Musim 2018/19 ia menghabiskan 130 juta Euro untuk mendatangkan Malcom, Clement Lenglet, Arthur, dan Arturo Vidal. Musim berikutnya ia menghabiskan 270 juta Euro untuk mendatangkan Griezmann, Frenkie de Jong, Neto, Junior Firpo, dan Emerson. Lagi-lagi kontribusi yang diberikan para pemain-pemain ini tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan.

Kekalahan-kekalahan Menyakitkan di Liga Champions

Transfer pemain yang seperti tidak memiliki arah tersebut juga berdampak pada performa FC Barcelona di lapangan. Barca memang masih sempat menjadi juara La Liga tiga kali pada era Bartomeu di musim 2015/16, 2017/18, dan 2018/19. Namun FC Barcelona tidak lagi menjadi penguasa Eropa setelah berkali-kali kalah secara menyakitkan di Liga Champions.

Musim 2015/16 dan 2016/17 Barca disingkirkan Atletico Madrid dan Juventus di babak perempat final. Musim berikutnya, giliran AS Roma yang menyingkirkan Barca di perempat final. Kali ini dengan cara yang cukup menyakitkan. Barca harus terseingkir setelah kalah 3-0 di Olympico. Padahal pada leg pertama Barca sudah menang dengan skor 4-1.

Musim berikutnya kekalahan menyakitkan kembali terjadi. Kali ini oleh Liverpool di babak semi final. Barca sudah menang 3-0 di Camp Nou dan siap menjalani pertandingan leg kedua di Anfield dengan penuh keyakinan. Namun 2 gol Wijnaldum dan 2 gol Divock Origi membuat Barca kalah 0-4 dan harus tersingkir oleh Liverpool.

Dan yang paling menyakitkan tentu saja di musim 2019/20. Di tengah suasana pandemi dan babak perempat final Liga Champions dilanjutkan dengan sistem 1 leg. FC Barcelona berhadapan dengan FC Bayern di tempat netral. FC Bayern memang sedang menunjukan performa luar biasa di musim 2019/20, namun tidak ada yang menyangka bahwa Barca akan dibantai dengan skor 8-2.

Buntut dari kekalahan memalukan ini adalah pemecatan sang pelatih, Quique Setien. Eric Abidal yang sebelumnya menjabat sebagai direktur olahraga pun ikut dipecat. Kemudian ditunjuk Ronald Koeman sebagai pelatih baru FC Barcelona. Beberapa hari setelah ditunjuk, Koeman bertemu salah satu rekan Messi, Luis Suarez, dan mengatakan bahwa ia harus pergi dari klub musim ini. Dan selang beberapa hari kemudian Messi mengumumkan keinginannya untuk pindah dari FC Barcelona.

***

Belum diketahui apa sebenarnya alasan Messi ingin meninggalkan FC Barcelona. Padahal pada tahun 2016 ia sempat menyatakan akan tetap di Barcelona hingga penghujung karirnya. "Aku selalu mengatakan bahwa aku tidak akan bisa meninggalkan Barcelona. Ini akan selalu menjadi responku. Aku ingin mengakhiri karirku di rumah, dan rumahku adalah Barcelona," kata Messi.

Apakah hal ini terkait dengan hubungannya dengan Bartomeu? Atau ia merasa Barcelona sudah tidak dibangun di jalur yang tepat lagi? Atau karena tiga tahun berturut-turut harus tersingkir dari Liga Champions dengan cara yang menyakitkan? Atau karena perlakuan Barcelona terhadap Luis Suarez?

Belum ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Namun sepertinya, rangkaian kejadian yang terjadi pada FC Barcelona dalam beberapa tahun terakhir bisa menjadi salah satu alasan Messi memutuskan untuk pergi dari FC Barcelona. Tidak ada yang salah dari keputusan Messi tersebut. Messi akan tetap menjadi legenda dan pahlawan di klub asal katalan ini.

Hanya saja, sepertinya akan sangat menyakitkan bagi fans Barca ketika kita menyadari bahwa pertandingan terakhir Messi bersama Barcelona adalah kekalahan memalukan dengan skor 8-2 atas FC Bayern.


Komentar