Realita Pemotongan Gaji Klub Sepakbola

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Realita Pemotongan Gaji Klub Sepakbola

Sepakbola harus terhenti sesaat akibat pandemi corona. Dimulai dari Liga Italia yang melakukan penangguhan Serie A dan liga-liga besar Eropa lainnya, tidak terkecuali Liga 1 Indonesia yang juga ditunda keberlangsungan-nya. Banyak imbas yang dirasakan setiap elemen dalam sepakbola.

Para pecinta sepakbola jelas kehilangan salah satu alasan mereka terhibur di setiap pekannya. Media juga kehilangan objek jualan yaitu pertandingan sepakbola. Namun lebih jauh dari itu, yang paling dirugikan ialah para pelaku yang terlibat langsung di dalam industri sepakbola itu sendiri. Mulai dari jajaran staf, pelatih hingga pemain.

Klub kehilangan banyak sumber pemasukan mulai dari merchandise yang diakibatkan menurunnya daya beli suporter hingga pemasukan dari tiket dan hak siar pun raib akibat nihilnya pertandingan. Alhasil, pemotongan gaji pemain maupun staff menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan klub.

VIDEO: Double save luar biasa dari Gianluigi Buffon



Kebijakan Pemotongan Gaji

Liga Italia menjadi yang pertama menghentikan kompetisi sepakbolanya. Dibarengi dengan Juventus menjadi yang pertama pula mengambil kebijakan memotong gaji para pemainnya.

Juventus dan pemainnya sepakat untuk melakukan pengurangan kompensasi gaji Maret, April, Mei, dan Juni 2020. Semua pemain dan pelatih tim utama Bianconeri mendapatkan persentase pengurangan yang sama. Dengan kesepakatan ini, Juve mampu menghemat pengeluaran sekitar 90 juta euro (Rp1,61 triliun). Jika nantinya Serie A kembali bergulir, Juventus akan kembali membuka negosiasi soal pemotongan gaji ini.

Langkah ini diikuti oleh kesebelasan Italia lainnya. Meski sempat mendapat kecaman dari Asosiasi Pemain Sepakbola Italia (AIC) terkait pemotongan gaji, kesebelasan peserta Serie A sepakat melakukan pemotongan gaji. Gaji kotor para pemain dan staf akan dipotong sepertiganya jika Serie A resmi dibatalkan dan mengalami penyesuaian dengan memangkas gaji seperenamnya jika kompetisi dilanjutkan.

Jika di Serie A seluruh klub sepakat melakukan pemotongan gaji, lain halnya di La Liga. Hanya Barcelona, Atletico Madrid, Real Madrid dan Valencia yang mengkonfirmasi secara resmi untuk memotong gaji pemain dan pelatih.

Barcelona dan Atletico Madrid menjadi yang pertama dan terbesar melakukan pemotongan gaji. Barcelona dan Atletico telah lebih dulu menumumkan pemotongan gaji sebesar 70 persen dan telah disetujui oleh para pemain dan pelatih untuk memastikan karyawan lain akan terus menerima gaji mereka secara penuh.

Sementara itu Real Madrid yang sempat melakukan negosiasi panjang dengan pemain dan jajaran pelatih mengumumkan akan melakukan pemotongan gaji sebesar 20 persen. Valencia menjadi klub teranyar yang mengumumkan akan memotong gaji pemain dan pelatih.

Valencia mengeluarkan pernyataan resminya, “Klub berkomitmen untuk melindungi pekerjanya yang paling rentan dalam menghadapi perkembangan yang tidak pasti dari situasi ini. Para pemain dan pelatih tim pertama serta akademi dan dewan direksi telah sepakat untuk memotong upah mereka untuk memberikan tambahan persentase besar untuk pendapatan para karyawannya.”

Ligue 1 Prancis yang baru-baru ini resmi menghentikan musim 2019/2020 dan menobatkan PSG sebagai juara juga mengumumkan untuk meminta kesebelasan melakukan kebijakan pemotongan gaji. Demi membantu keuangan klub, Federasi Sepakbola Prancis bersama petinggi klub sepakat untuk memotong gaji pemain dan pelatih dalam melewati wabah corona.

Para pemain dan pelatih akan menerima pemotongan gaji sebesar 50 persen. Namun tak semua pemain akan merasakan pemotongan tersebut, karena hanya pemain yang memiliki gaji di atas 100 ribu euro per bulan lah yang mengalami pemotongan gaji.

PSG yang menjadi tim terkaya Ligue 1 dan juara musim 2019/2020 malah mendapatkan penolakan dari para pemain bintangnya. Seperti dilansir media Prancis, L’Equipe, para pemain bintang PSG yang diwakili sang Kapten, Thiago Silva tak sepakat jika gaji mereka dipotong.

Namun sang pemilik klub, Nasse Al-Khelaifi, menegaskan para pemain untuk dapat memahami kondisi ini mengingat PSG mengalami kerugian sebesar 210 juta paun akibat terhentinya kompetisi. “Saya berharap mereka berusaha berjuang untuk klub mereka,", tegas Al- Khelaifi.

Di Jerman, Bundesliga menjadi salah satu pelopor kebijakan pemotongan gaji di tengah pandemic Covid 19 ini. Borussia Dortmund mengawali pergerakan ini dengan memangkas 20 persen gaji pemain dan pelatih saat tak ada kompetisi, dan jika nanti kompetisi dilanjutkan, pemotongan akan berkurang menjadi 10 persen. Diharapkan dengan kebijakan ini, Dortmund dapat menyelamatkan nasib 850 karyawannya yang terancam kehilangan pekerjaan karena wabah ini.

Bayern Munich juga mengikuti jejak Dortmund. Para pemain dan dewan direksi The Bavarian akan menerima pemotongan gaji sebesar 20%. Beban gaji Bayern untuk divisi olahraga adalah sebesar 336,2 juta euro. Kebijakan ini telah disepakati jajaran direksi bersama para pemain Bayern.

Kebijakan duo raksasa Bundesliga ini juga diikuti oleh Bayer Leverkusen, Borussia Mönchengladbach, Schalke 04, serta Union Berlin. Bahkan para pemain Union Berlin rela tak digaji agar dapat membantu neraca keuangan tim. Selain itu, gestur positif juga ditujukan Bayern, Dortmund, RB Leipzig dan Leverkusen. Empat kesebelasan papan atas Bundesliga ini menggalang dana sebesar 20 juta Euro untuk membantu kesebelasan Bundesliga 2.

Kesebelasan Liga Inggris juga tengah mengambil langkah pemotongan gaji pemainnya. Southampton menjadi pionir dalam mengambil langkah tersebut. The Saints memilih untuk memangkas gaji pemain dan staff inti Soton sebesar 70 persen. Hal ini dilakukan untuk memberikan subsidi pada staff non pertandingan mereka.

West Ham United, Sheffield United, Arsenal dan Watford pun mengikuti langkah yang diambil Southampton dengan memotong gaji pemain dan pelatihnya. Hal tersebut tidak diikuti Manchester United dan Chelsea yang mengumumkan untuk tidak memotong gaji pemain, pelatih dan seluruh staf mereka. Kini, FA dan EFL selaku operator Liga Inggris mengusulkan tiap kesebelasan Liga Inggris memotong gaji pemain sebanyak 30 persen.

Jika klub-klub Liga Eropa yang punya stabilitas ekonomi saja berusaha mengurangi pengeluaran dengan memangkas gaji pemain, lalu bagaimana langkah kesebelasan di Asia, khususnya Indonesia?

Tiongkok sebagai negara pertama dalam kasus corona juga melakukan kebijakan pemotongan gaji bagi pemain dan pelatih Chinese Super League (CSL). Meski belum mendapatkan konfirmasi resmi dari kesebelasan CSL, Chinese Football Association (CFA) mengajukan kebijakan pemotongan gaji sebanyak 30 persen.

Potongan ini ditujukan bagi para pemain dan pelatih kecuali pemain muda dan staf biasa. CSL dikenal sebagai Liga dengan gaji pemain tertinggi di dunia. Nama besar seperti gelandang Shanghai SIPG asal Brazil, Oscar, memiliki gaji sebesar 27 juta dolar per musim. Jika dapat memangkas gaji pemain, akan sangat berpengaruh pada keuangan klub CSL.

Sepakbola Asia Tenggara pun tak luput dari pemotongan gaji. Thai League atau Liga Thailand contohnya, FA of Thailand (FAT) mengusulkan setiap klub dapat memangkas gaji para pemannya. Tak tanggung-tanggung, FAT menyarankan untuk memangkas gaji pemain hingga 50 % bagi pemain Thai League One dan Thai League Two.

M-League juga melakukan hal serupa dengan Thai League. Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) melalui Sekjen-nya, Stuart Ramalingam menegaskan bahwa klub Liga Malaysia dapat memangkas gaji pemainnya hingga 30 persen. Tetapi, pemain yang dipangkas gajinya ialah pemain dengan gaji di atas RM 15.000 per bulan. In dilakukan mulai dari periode April hingga dimulainya kembali kompetisi sepakbola Malaysia.

Kembali ke Nusantara, PSSI lewat surat keputusan bernomor SKEP/48/III/2020 pada 27 Maret menyatakan, klub wajib membayar maksimal 25 persen dari nominal kontrak untuk periode Maret hingga Juni 2020. Keputusan ini diambil setelah operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menerima usulan sejumlah klub dengan dalih kondisi force majeure karena wabah covid-19.

Artinya para pemain Liga Indonesia akan mendapat potongan sebesar 75 persen, angka yang dianggap terlalu besar oleh banyak kalangan. Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) menganggap keputusan ini adalah keputusan sepihak karena tak melibatkan APPI dan klub dalam menentukan keputusan ini. Bahkan, APPI juga melaporkannya ke Federasi Internasional Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro) sebagai asosiasi pemain profesional internasional.

Seperti ditulis Endro Yuwanto dalam Republika Online, PSSI sendiri telah mendapatkan surat dari FIFPro yang mempertanyakan kebijakan dalam pemotongan gaji tersebut. FIFPro, dalam surat bertanggal 4 April 2020, meminta penjelasan PSSI mengapa keputusan tersebut dikeluarkan tanpa berdiskusi dengan pemain melalui asosiasi pemain domestik, dalam hal ini adalah APPI. Ini tidak sejalan dengan praktik di tingkat internasional, seperti FIFPro yang selalu berdialog dengan FIFA dan Federasi Sepak Bola Asia (AFC). FIFPro pun meminta PSSI untuk segera menindaklanjuti situasi tersebut.

Pada dasarnya pemotongan gaji di masa sulit seperti ini memang bukan merupakan kebijakan yang salah. Hanya saja pemotongan harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan sehingga bisa menghindarkan perusahaan dari masalah finansial dan juga tidak membuat karyawan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Komentar