Pertandingan Tak Lebih Penting Dari Keselamatan

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pertandingan Tak Lebih Penting Dari Keselamatan

FA secara resmi telah menghentikan sementara Liga Primer Inggris sampai tanggal 3 April 2020. Sebelumnya, liga-liga lain seperti Liga Champions, Serie A, Ligue 1, dan La Liga telah lebih dulu menghentikan sementara kompetisi yang sedang berjalan.

Akhir Februari lalu Olympiakos bertandang ke Emirates guna menjalani leg kedua 32 besar UEL menghadapi Arsenal. Saat itu, sang pemilik Olympiakos, Evangelos Marinakis, turut hadir dan berjumpa dengan staf serta beberapa pemain Arsenal, dan setelahnya, Evangelos positif terjangkit COVID-19. Arsenal pun langsung mengambil langkah antisipatif dengan melakukan tes dan mengisolasi para pemain serta stafnya. Sayangnya, sang manager, Mikel Arteta, positif terjangkit corona.

Setelah menunda laga Arsenal melawan Manchester City tengah pekan lalu, kini giliran pertandingan versus Brighton yang ditunda. Semua ini merupakan langkah untuk mencegah penyebaran virus corona. Hari jumat (13/3), Chelsea pun mengumumkan salah satu pemain mereka, Callum Hudson-Odoi positif terjangkit virus corona. Oleh sebab itu, para petinggi FA akan melakukan pertemuan, guna membicarakan wacana penundaan Liga Inggris pekan ini.

Bagaimana Nasib Kompetisi Sepakbola Eropa?

Sejak tulisan ini dibuat, sudah ada 130 ribu lebih orang yang terjangkiti Corona di seluruh dunia. Korban meninggal dunia mencapai 4.900 orang. Sementara mereka yang pulih mencapai angka 69.000 orang. Virus yang pertama kali mewabah di Tiongkok ini menyebar dengan cara kontak langsung. Sudah banyak memang kampanye untuk mencegah penularan virus corona seperti dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, mengurangi sentuhan ke area wajah, hingga menghindari kerumunan.

Awalnya penyebaran virus ini menjalar di Asia Timur, namun kini virus corona telah tergolong pandemic ini sudah menjalar hingga ke Eropa dan Amerika. Italia menjadi “pintu” masuknya virus corona di Eropa, suatu situasi yang mendorong FIGC untuk memberhentikan sementara Serie A. Penundaan pertandingan telah dilakukan sejak giornata 25 dan rencananya akan kembali bergulir pada 4 April 2020.

Italia menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di Eropa, dengan lebih dari 15.000 kasus. Punggawa Juventus, Danele Rugani dan striker Sampdoria, Manolo Gabbiadini, telah dinyatakan positif terjangkit virus COVID-19 ini. Oleh karena itu, penundaan Serie A menjadi langkah paling bijak yang bisa dilakukan saat ini. Selain itu, pertandingan UCL dan Liga Eropa yang melibatkan tim-tim Italia pun ditunda.

Presiden Getafe, Angel Torres Sanchez, mengatakan, pihaknya tak mau mengambil resiko dengan datang ke Milan (Getafe dijadwalkan menjalani laga 16 besar UEL versu Inter) sehingga dapat membahayakan keselamatan banyak orang.

Sementara itu, di sisi lain Eropa, tepatnya di semenanjung Iberia, federasi sepakbola Spanyol dan asosiasi pesepakbola Spanyol juga membahas hal yang sama, penundaan kompetisi sepakbola Spanyol. Hal ini dipicu karena salah satu pemain basket Real Madrid terjangkit COVID-19. Timbul dugaan bahwa para pemain sepakbola Real Madrid juga berpotensi tertular mengingat mereka berada dalam satu komplek latihan, Valdebabas. Imbasnya, laga UCL yang mempertemukan Los Blancos dengan Manchester City resmi ditunda. Selain itu, Final Copa del Rey yang rencananya diadakan pada 18 April ditunda hingga 30 Mei.

Penyebaran virus corona di negara besar Eropa seperti Jerman, Italia, Spanyol, Prancis hingga Britania Raya cukup besar, pertumbuhan pasien per hari di negara tersebut bisa mencapai 30% lebih. Sebagai penikmat sepakbola, ini merupakan pukulan besar mengingat negara-negara tersebut memiliki Liga sepakbola terbesar di dunia. Dalam waktu dekat, mungkin kita tak bisa menikmati pertandingan kesebelasan favorit kita. Namun, kita harus mengenyampingkan ego itu, karena ada hal yang lebih dari sekedar pertandingan sepakbola.

Dampak Penundaan Kompetisi

Denmark, Norwegia, Irlandia dan AS telah menunda kompetisi sepakbolanya. Dan yang terakhir, FA resmi mengumumkan bahwa EPL dan EFL ditunda hingga 4 April 2020. Liga Inggris yang terkenal dengan bisnis dan merupakan komoditi pun rela mengorbankan kepentingan neraca keuangan demi menjamin keselamatan pesepakbola dan juga para warga Inggris. Kebijakan yang jelas akan berdampak pada kondisi finansial banyak pihak.

Jika kita melihat dari sisi lain, sikap FA awalnya ragu untuk menghentikan kompetisi patut diwajarkan. Ada berbagai hal yang harus dipertimbangkan FA saat harus menghentikan sementara kompetisi. FA memiliki opsi untuk tetap menyelenggarakan kompetisi tanpa kehadiran penonton di stadion. Namun hal ini pun juga memiliki sisi positif dan negatif.

Tetap menyelenggarakan kompetisi tanpa penonton di stadion mungkin tidak menjadi masalah bagi klub-klub besar. Bagi tim-tim besar mereka memiliki banyak sumber pemasukan lain selain dari pemasukan di hari pertandingan. Ada hak siar, ada sponsorship serta penjualan merchandise yang bisa membuat mereka tetap bertahan meski tidak ada suporter yang membeli tiket pertandingan.

Sementara bagi klub-klub kecil kondisinya berbeda. Pemasukan dari penyelenggaraan pertandingan yang mendatangkan penonton adalah sumber pemasukan utama yang dapat membuat mereka membayar gaji para pemain. Tidak seperti klub-klub besar, mereka tidak mendapatkan pemasukan yang cukup banyak dari sumber lain seperti hak siar dan sponsorhip.

Di sisi lain, menghentikan kompetisi juga akan menghadirkan polemik tersendiri. Pendukung Liverpool mungkin akan berteriak akibat gelar juara yang sudah mereka nantikan selama 30 tahun dan kini sudah berada di depan mata terancam. Okelah misalkan semua pihak bisa berkompromi. Liverpool yang hanya tinggal membutuhkan 2 kemenangan dianggap sebagai juara. Apakah kemudian masalah selesai? Tidak.

Chelsea, MU, Wolves, Sheffield, Tottenham, Arsenal masih memperebutkan satu tempat ke Liga Champions musim depan. Arsenal yang berada di peringkat ke-9 hanya terpaut 8 poin dari Chelsea yang berada di peringkat keempat. Sementara bagi Wolves dan Sheffield, tidak ada yang menjamin mereka bisa kembali bersaing di papan atas seperti musim ini pada musim-musim berikutnya.

Tidak hanya itu, penentuan siapa yang degradasi juga akan sulit. Brighton yang berada di peringkat ke-15 hanya berselisih 2 poin dari Bournemouth di zona degradasi. Jika dianggap tidak ada yang terdegradasi, lalu bagaimana nasib Leeds United dan West bromwich Albion yang tengah berpeluang besar promosi ke Liga Primer Inggris musim depan.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan FA dan federasi-federasi sepakbola negara lain untuk penyelenggaraan kompetisi mereka. Banyak pihak yang terlibat dan berbagai dampak yang terjadi jika perubahan-perubahan terjadi dari rencana awal.

Tak Ada yang Lebih Penting Dari Keselamatan

FA akhirnya menetapkan kompetisi sepakbola di Inggris dihentikan beberapa waktu. Begitu pula dengan liga-liga di negara lain, dan event-event dari cabang olahraga lain seperti NBA, Tennis Tour, F1 hingga MotoGP yang juga menunda sesaat perhelatannya, mengenyampingkan segala kepentingan. Jika muncul pertanyaan apakah langkah ini efektif untuk menanggulangi penyebaran virus corona, jawaban yang adalah “belum tahu”. Namun langkah ini adalah cara terbaik yang bisa dilakukan saat ini.

Lihat saja, saat pertandingan PSG vs Dortmund, meski dilaksanakan tertutup tanpa penonton, tetap saja para pendukung PSG ramai mendukung dari luar stadion. Penyelenggaraan pertandingan tanpa penonton juga tidak bisa menjamin suporter tidak datang ke cafe dan pub untuk menyaksikan pertandingan bersama-sama. Padahal tujuan pertandingan dengan pintu tertutup adalah menghindari kerumunan untuk mengantisipasi penyebaran virus.

Tapi kita juga patut mengapresiasi klub yang sudah berusaha melakukan tindakan preventif dalam ranah yang bisa mereka lakukan, seperti tidak berbagi botol air atau handuk, memastikan tisu dan perban bekas dibuang tempat sampah dan, seperti orang lain, mencuci tangan secara teratur dan benar. Beberapa bahkan telah melakukan pembersihan mendalam di kantor dan tempat pelatihan mereka, dan beberapa telah melarang tour stadion.

Selanjutnya, kontak dengan jurnalis juga dikontrol. Beberapa klub memberikan kebijakan wawancara dengan pemain harus melalui telepon. Para suporter juga mengubah perilaku mereka. Sebuah klub Championship menemukan akhir pekan lalu bahwa dispenser sabun di toilet stadion mereka perlu diganti pada babak pertama padahal biasanya sabun itu bertahan selama empat pertandingan.

Memang yang bisa kita lakukan hanyalah mencuci tangan dengan penuh harap. Berharap bahwa wabah ini segera berlalu. Setelah wabah ini berlalu, hidup akan kembali normal pada akhirnya dan sepakbola akan bangkit kembali, seperti yang terjadi seabad yang lalu setelah Perang Dunia Pertama dan flu Spanyol, pandemi besar terakhir yang melanda Eropa. Peran media juga penting dalam penyebaran informasi terpercaya agar tak membuat kepanikan massif.

Sekali lagi, semua ego harus dikesampingkan. Ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan, yaitu keselamatan dan kesehatan bersama. Akan banyak sekali yang dikorbankan, tapi percayalah, semua demi keselamatan manusia. Sepakbola adalah hiburan, bagaimana para pemain dapat menghibur ketika mereka bermain di tengah ketakutan.

Hingga saatnya nanti, ketika semua sudah kembali, semua akan baik-baik saja. Seperti pesan yang disampaikan Francesco Caputo, penyerang Sassuolo, saat merayakan gol ke gawang Brescia. “Andra Tutto Bene". Semua akan baik-baik saja.

Komentar