Basaksehir, Raksasa Baru yang Minim Pendukung

Cerita

by redaksi

Basaksehir, Raksasa Baru yang Minim Pendukung

Kota Istanbul tidak pernah berhenti menyajikan cerita-cerita menarik. Selain kegilaan pendukung Galatasaray dan panasnya laga Derbi Istanbul antara Galatasaray dan Fenerbahce, Istanbul yang dikenal sebagai kota sepakbola di Eropa Timur kedatangan sebuah raksasa baru bernama Istanbul Basaksehir.

Meski baru dikenal pada tahun 2014, tepatnya saat perusahaan bernama Medipol Egitim ve Saglik Grubu menjadi sponsor kesebelasan mereka, Basaksehir tidak pernah absen dari empat besar klasemen Süper Lig.

Musim ini kesebelasan berjersi oranye tersebut nyaman menduduki puncak klasemen sementara Süper Lig. Basaksehir terpaut jarak yang cukup jauh dengan Kasimpasa —yang juga berasal dari Istanbul—di peringkat kedua. Hingga pekan ke-15, Basaksehir memiliki perolehan 33 poin.

Pada pekan ke-16, Basaksehir akan menjamu raksasa Galatasaray yang lebih dulu berbicara banyak di sepakbola Turki. Pertandingan dilangsungkan di Stadion Fatih Terim, Istanbul, Sabtu (15/12).

Galatasaray boleh saja lebih dikenal publik sepakbola karena telah mengoleksi gelar terbanyak Süper Lig dengan 21 trofi. Akan tetapi Basaksehir bisa mencetak sejarah baru bagi sepakbola Turki andai musim ini berhasil merengkuh gelar pertama sejak empat tahun kesebelasan itu menemukan jati dirinya sebagai raksasa.

Sama seperti Manchester City dan Paris Saint-Germain, Basaksehir juga merupakan kesebelasan yang sukses karena campur tangan investor kaya raya. Sebelum disponsori oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kesehatan, kesebelasan yang didirikan pada 1990 tersebut (sebagai Istanbul Buyusekhir belediyespor) konsisten menghuni divisi kedua kompetisi sepakbola Turki, 1 Lig.

Meski berhasil promosi ke Süper Lig pada 2007/08, capaian terbaik mereka hanyalah peringkat ke-6 Süper Lig 2009/10. Basaksehir sempat kembali terdegradasi pada 2013/14.

Kendati berhasil promosi kembali, saat itu Basaksehir terancam mengalami kebangkrutan. Kemudian mereka diselamatkan oleh sebuah perusahaan bernama Medipol Egitim vi Saglik Grubu. Mereka pun mengubah nama dari yang semula bernama Istanbul Buyuksehir Belediyespor menjadi Istanbul Basaksehir Futbol Klubu. Saat itulah raksasa baru lahir di Istanbul.

Baca juga: Bagaimana Istanbul Menjadi Ibu Kota Sepakbola Turki

Walau dinaungi investor, Basaksehir adalah kesebelasan yang lebih berfokus pada bisnis. Alih-alih menghambur-hamburkan dana dengan memboyong pemain-pemain dengan harga mahal, Basaksehir lebih memilih merekrut pemain-pemain gratisan dan pinjaman.

Nama-nama besar seperti Emannuel Adebayor, Cengiz Under, Gokhan Inler, dan Gael Clichy adalah sejumlah pemain yang diboyong dengan status bebas transfer. Sedangkan Eljero Elia hanya direkrut dengan mahar 990 ribu paun. Pemain berlabel bintang, Arda Turan, juga diboyong dengan status pinjaman dari Barcelona.

Sukses memang membutuhkan proses. Meski masih belum menjuarai Süper Lig, capaian terbaik mereka pun datang pada 2016/17. Pada musim itu Basaksehir berhasil finis di posisi runner-up di bawah kesebelasan ibu kota lainnya, Besiktas, dengan perolehan 73 poin, berbeda selisih 4 poin dengan Besiktas.

Agustus berikutnya pun mereka berhasil lolos ke babak play-off Liga Champions UEFA setelah mengalahkan Club Brugge dengan skor 2-0..

Minim Pendukung

Oleh karena umurnya yang baru seumur jagung, Basaksehir tidak memiliki banyak pendukung seperti Besiktas, Fenerbahce, atau Galatasaray. Setiap menjalani laga kandang, Stadion Fatih Terim yang memiliki kapasitas 17.400 kursi hanya dihadiri sekitar 6.000 orang.

Oleh sebab itu pemilik kesebelasan yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Turki, Mustapha Erogut, mengandalkan anak-anak sebagai generasi muda agar menjadi pendukung loyal mereka.

Erogurt melakukan inisiatif dengan mengundang siswa-siswi di sekolah menengah untuk tur stadion dan menyaksikan Basaksehir berlaga secara langsung.

“Tidak mudah karena mereka (pendukung Besiktas, Fenerbahce dan Galatasaray) mendapatkan warisan sepakbola mereka dari ayah, paman, dan kakek mereka. Tapi kami berinvestasi di dalamnya. Kami pergi ke sekolah menengah, mengundang mereka ke sini untuk tur stadion, dan kami berada di jalan yang baik. Namun kami harus menunggu enam atau tujuh tahun agar anak-anak muda ini menjadi pendukung setia,” tutur Erogut kepada The Guardian.

Hal menarik lainnya adalah ketika Basaksehir menjamu kesebelasan Liga Primer Inggris, Burnley, pada leg pertama babak kualifikasi Liga Europa Agustus silam. Manajemen Basaksehir tidak menjual selembar pun tiket untuk pendukung tandang Burnley.

Mereka khawatir pendukung Burnley yang datang melebihi jumlah pendukung Basaksehir yang hadir di stadion. Pihak Burnley pun kesal dan membalas tindakan manajemen Basaksehir dengan melakukan hal serupa.

“Karena keputusan Istanbul Basaksehir untuk tidak menjual tiket [kepada pendukung Burnley], jatah tiket untuk pendukung tandang di Turf Moor akan ditutup untuk pertandingan Liga Europa Kamis malam. Oleh karena itu, tidak ada tiket yang akan dijual kepada penggemar [Basaksehir] yang berkunjung untuk setiap area,” ujar juru bicara Burnley seperti dilansir Tribal Football.

“Keamanan dan keselamatan semua pendukung yang menghadiri Turf Moor adalah yang terpenting sepanjang waktu. Burnley Football Club meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan dan terima kasih atas dukungan Anda,” katanya.

Komentar