PSG, Mata Hijau Mbappe, dan Perisai UEFA

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

PSG, Mata Hijau Mbappe, dan Perisai UEFA

Memecahkan rekor 21 tahun Thierry Henry sebagai pemain termuda yang membela AS Monaco pada 2015. Menjuarai Piala Eropa U-19 pada 2016. Mengangkat piala Ligue 1 sekaligus menghancurkan dominasi Paris Saint-Germain yang sudah berlangsung empat musim (2013-2016). Perjalanan karier Kylian Mbappe seakan berjalan mulus.

Legenda sepakbola asal Brasil, Pele, bahkan mengakui kehebatan Mbappe setelah menyaksikannya di Piala Dunia 2018. “Selamat datang di klub, Kylian Mbappe. Senang rasanya memiliki teman,” tulis Pele melalui akun https://twitter.com/Pele/status/1018539510504804352">Twitter miliknya setelah Mbappe menjadi remaja kedua yang berhasil mencetak gol di partai puncak Piala Dunia.

Dalam pesta akbar sepakbola dunia itu, Mbappe bukan hanya keluar dengan gelar juara dan memecahkan rekor. Dirinya juga terpilih sebagai pemain muda terbaik, memperkuat statusnya sebagai salah satu talenta terbaik lapangan hijau. Namun, ketika itu ia bukan lagi sosok yang sama seperti pemberitaan sebelum-sebelumnya.

Mbappe dikenal sebagai sosok yang rendah hati, membumi, dan tidak banyak ulah. Mbappe mungkin mendapat predikat remaja termahal di dunia sepakbola saat Paris Saint-Germain (PSG) permanenkan jasanya dari AS Monaco. Tapi dia seharusnya bukan Neymar.

Senior Mbappe di PSG dikenal sebagai sosok yang sering bertingkah di dalam ataupun luar lapangan. Menuntut banyak hal ke tim yang dibelanya, dan terkena kasus pemalsuan pajak saat masih membela Barcelona. Kepindahan Neymar dari FC Barcelona bahkan disebut sebagai aksi pemberontakan setelah lama di bawah bayang-bayang Lionel Messi.

Mbappe diincar berbagai kesebelasan di Eropa. Dari Arsenal yang dikenal jarang mengeluarkan banyak uang saat bursa transfer, hingga Real Madrid, otak dari kesebelasan bertabur bintang di abad ke-21. Hal ini tidak Mbappe besar kepala. Dirinya memang sempat mengaku ingin pergi ke Real Madrid. Akan tetapi, dia memutuskan untuk bertahan di AS Monaco.

Saat akhirnya hengkang ke PSG, dirinya mengatakan perpindahan tersebut bukanlah sesuatu yang ada di agendanya. Hanya saja, perubahan rencana terjadi di tengah jalan. “Pada Bulan Mei saya tak punya pikiran untuk meninggalkan Monaco. Namun, ada sebuah kejadian yang mengubah pikiran saya,” kata Mbappe seperti dikutip Metro.

“Saya sangat senang bergabung dengan salah satu kesebelasan terbesar di dunia. Kesebelasan yang sedang berusaha menjadi terbaik. Saya tidak meninggalkan Prancis. Sangat penting untuk kembali ke kota di mana saya tumbuh besar.”

Kembali ke kota tempat dia memulai perjuangannya mengapai mimpi sebagai pesepakbola memperkuat anggapan bahwa Mbappe punya sikap membumi. Sayangnya, laporan Football Leaks yang salah satunya disebarkan Der Spiegel mengatakan hal berbeda. Sejak gabung dengan PSG, Mbappe sudah meninggalkan bumi. Dia terbang tinggi ke awan, lupa daratan.

Mendarat di Parc des Princes, Mbappe mendapatkan 55 juta euro dalam jangka waktu lima tahun. Sebesar 5 juta euro sebagai bonus tanda tangan kontrak. Sementara 50 juta euro merupakan gaji pokok Mbappe selama durasi kontrak (10 juta/tahun). Bersih.

Selain kesepakatan di atas, Mbappe juga diberi uang saku 30 ribu euro per bulan untuk membayar pegawai pribadinya, termasuk sopir dan pengawal. Ayah sekaligus agennya, Wilfried, juga mendapat izin untuk hadir saat PSG latihan dan menggunakan fasilitas yang ada bersama Kylian.

Semuanya diberikan PSG kepada Mbappe. Kesebelasan milik Qatar Sports Investments tersebut juga berhasil menjamin tempat Mbappe di lini depan tim. Pasalnya, jam terbang dan persaingan dengan Gareth Bale, Karim Benzema, serta Cristiano Ronaldo adalah alasan Wilfried menolak tawaran Real Madrid untuk anaknya.

Keuntungan Mbappe di PSG bukan sekedar gaji besar, izin penggunaan fasilitas latihan bersama Sang Ayah, dan uang saku. Jaminan agar dirinya menjadi pemain dengan gaji tertinggi PSG apabila memenangkan Ballon d`Or, dan izin menggunakan jet pribadi selama 50 jam tiap tahunnya juga sempat diminta oleh Mbappe. Namun, keluarga Mbappe berhasil mendapat jaminan kompensasi apabila kepindahannya ke PSG membuat tim asal Paris itu ketahuan melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) dan dilarang tampil di Liga Champions.

Ancaman FFP

Biaya transfer Neymar dan Mbappe yang mencapai 402 juta euro membuat alis terangkat. Bagaimana bisa PSG mengeluarkan banyak uang tanpa terkena hukuman FFP?

November 2018, Mediapart bersama Football Leaks akhirnya merilis hasil temuan mereka terkait kasus ini. Dalam laporan Mediapart yang disebarkan oleh Le Republicain Lorraine, PSG diduga melakukan kecurangan dengan mendapat dana ilegal sebesar 1,8 miliar euro dari Pemerintah Qatar.

Isu tentang keterlibatan Qatar dalam transfer kedua pemain tersebut sudah menjadi perbincangan sejak Mbappe masih berstatus pemain pinjaman di PSG. Bahkan menurut Der Spiegel, semua kemewahan yang didapat Mbappe dari PSG sudah disepakati sejak negosiasi peminjaman. Mereka hanya menggunakan tawaran dasar Real Madrid (180 juta euro) sebagai kesepakatan utama. Dana yang dikeluarkan PSG saat Mbappe resmi permanen melebihi angka tersebut.

Mediapart juga mengatakan ada andil dari UEFA untuk melindungi PSG dari hukuman terberat FFP. Pada 2014, Badan Pengendalian Finansial Klub (ICFC) menelusuri sumber keuangan PSG. Tapi pendiri mereka, Michel Platini, bertemu dengan pihak PSG untuk bernegosiasi. PSG akhirnya hanya diberi denda 60 juta euro, sanksi pembatasan pemain dan jumlah gaji.

Minim aktivitas selama dua tahun, PSG berhasil mengamankan dana segar. Per 2017, Neymar ditebus dari FC Barcelona. Mbappe dipinjam dari AS Monaco dengan kesepakatan transfer permanen setelah satu musim. Melihat hal ini, Bayern Munchen, Olympique Lyon, dan lain-lain curiga PSG melakukan kecurangan. Mereka meminta PSG dilarang bermain di Liga Champions.

UEFA kembali melakukan investigasi dan ditemukan kesepakatan sponsor yang cukup ganjil. PSG mengaku mendapat dana satu miliar lebih dari otoritas pariwisata Qatar sebagai kesepakatan sponsor selama lima tahun. Padahal hasil investigasi badan audit UEFA melihat kesepakatan itu hanya bernilai 123.000 hingga 2,8 juta euro per tahun. Sekitar 140 juta euro dalam lima tahun jauh dari angka satu miliar yang disebut PSG. Pemalsuan nilai sponsor inilah yang diklaim menjadi tempat dana ilegal pemerintah Qatar.

PSG kembali dihukum oleh UEFA. Namun bukan larangan bermain di Liga Champions. Sekadar pembatasan finansial. Mereka diminta mengurangi nilai sponsor dari Qatar dan menjual beberapa pemain. Kelunakkan UEFA kepada PSG kabarnya didasari rasa takut pada Qatar yang merupakan negara kuat.

Sementara di sisi lain, sejak pertemuan rahasia Platini dengan PSG, Presiden FIFA ke-9, Gianni Infantino, juga ikut terlibat di dalamnya. Infantino saat itu menjabat sebagai deputi Platini di UEFA. Dua tahun kemudian, dirinya terpilih sebagai pengganti Sepp Blatter di tahta tertinggi sepak bola dunia.

Sekarang UEFA tengah membuka kembali kasus ini. Keuangan PSG (juga Mancheser City) akan diaudit ulang. Jika laporan dari Football Leaks benar, hukuman terberat menanti keduanya: dilarang bermain di Liga Champions.

Tapi bagaimanapun nasib PSG, Mbappe tetap menang. Jika PSG selamat dari hukuman berat, kariernya akan terus berlanjut seperti biasa dengan segala fasilitasnya. Jika PSG dilarang tampil di Liga Champions, Mbappe akan diberi kompensasi.

Baca juga seri Football Leaks lainnya di artikel: Football Leaks Beberkan Sisi Gelap Sepakbola

Komentar