Pahlawan Banlieues

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pahlawan Banlieues

Memukau. Barangkali itu kata yang tepat untuk menggambarkan kiprah Kylian Mbappe di Piala Dunia 2018. Pemain yang baru berusia 19 itu sukses mencatatkan berbagai pencapaian besar selama tampil membela Perancis di Rusia.

Saat bertanding melawan Argentina di babak 16 besar, Mbappe mencatatkan namanya sebagai remaja pertama yang berhasil mencetak dua gol di sebuah pertandingan Piala Dunia, setelah Pele pada 1958. Ketika tampil di final dan sukses menjaringkan satu gol ke gawang Kroasia, ia kembali mencatatkan rekor. Kali ini sebagai pemain termuda yang mencetak gol di final Piala Dunia, lagi-lagi mengikuti jejak Pele pada 1958.

Tak ayal selain sukses merengkuh trofi Piala Dunia, Mbappe pun mendapat penghargaan sebagai pemain muda terbaik Piala Dunia 2018.

Usai pergelaran akbar empat tahunan itu, Mbappe tak berhenti menuai decak kagum. Kini kekaguman datang berkat aksi terpujinya di luar lapangan. Mbappe mendonasikan seluruh pendapatannya selama bermain di Piala Dunia untuk Premiers de Cordee, sebuah asosiasi yang mengatur kegiatan olahraga untuk anak-anak kurang mampu dan penyandang disabilitas di Paris. Pendapatan Mbappe yang totalnya berkisar Rp7,8 miliar didonasikan seluruhnya untuk asosiasi tersebut.

Sudah menjuarai Piala Dunia, menjadi pemain terbaik, Mbappe menunjukkan kedermawanannya juga. Harumnya nama Kylian Mbappe akan semakin menguar ke seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, sebenarnya bukan hanya Mbappe yang namanya harum. Bondy, salah satu kawasan pinggiran Kota Paris tempat Mbappe lahir dan berkembang, turut harum namanya seiring prestasi yang diraih Mbappe.

Stigma Buruk Kawasan Pinggiran

Banlieues adalah nama yang dipakai oleh orang Perancis untuk menyebut kawasan pinggiran Kota Paris. Bondy adalah salah satu kawasan itu. Pemandangan yang terhidang di kawasan pinggiran rata-rata serupa: dipenuhi oleh rumah susun berwarna abu-abu, pagar-pagar kawat menjulang yang tercecer di sana-sini, serta suasana muram yang kuat terasa bagi siapa pun yang berkunjung ke kawasan tersebut.

Melansir The New York Times, kebanyakan dari mereka yang menghuni kawasan Banlieues adalah kelas pekerja dan imigran kulit hitam. Pada 2005, sempat terjadi bentrokan besar antara ratusan imigran di kawasan Banlieues dengan kepolisian Perancis. Banyak korban berjatuhan akibat bentrokan.

Stigma negatif terhadap penduduk Banlieues semakin lekat saja setelah insiden tersebut. Mereka dicap sebagai tukang rusuh, tak berpendidikan, dan tak punya masa depan. Label sebagai kawasan tempat tumbuh suburnya bibit-bibit terorisme juga disematkan kepada Banlieues.

“Apa yang biasanya kita dengar tentang kawasan pinggiran, apa yang biasanya kita dengar tentang Bondy, semuanya bernada negatif,” ucap anggota dewan kawasan Bondy, Nabil Larbi dikutip dari CNN.

Namun di balik stigma buruk yang melekat kepadanya, Banlieues adalah kawasan yang menyimpan segudang talenta pesepakbola handal. Arsene Wenger bahkan pernah menyebut Banlieues sebagai gudang bibit pemain berbakat setelah Sao Paulo di Brasil.

Hal yang menyebabkan banyaknya talenta-talenta berbakat ini salah satunya dikarenakan kuatnya kultur sepakbola di kawasan tersebut. Angelique Chrisafis, jurnalis The Guardian yang pernah meliput kawasan ini, melaporkan bahwa suara yang ia sering dengar selama berada di sana adalah suara bola yang memantul ke dinding-dinding beton bangunan sekitarnya.

Hal ini kemudian terkonfirmasi dari pernyataan Paul Pogba. Pogba merupakan salah satu bintang Perancis yang juga berasal dan tumbuh di kawasan Banlieues.

“Di sana [Banlieues] hanya ada sepakbola,” ujar Pogba kepada ESPN. “Entah itu di sekolah atau di sekitar rumah, setiap orang akan bermain sepakbola. Dan itu membantu banyak orang di sana untuk lepas dari kejemuan. Setiap hari selalu bersama bola. Begitulah adanya.”

Selain Pogba dan Mbappe, pemain Perancis lain yang juga berasal dari kawasan Banlieues di antaranya adalah Anthony Martial, N’Golo Kante, Blaise Matuidi, dan Kingsley Coman. Pemain seperti Riyad Mahrez dan Yacine Brahmini juga berasal dari kawasan yang sama.

***

Dengan segala pencapaian luar biasanya di Piala Dunia, Mbappe telah membuktikan bahwa stigma buruk yang selama ini dilekatkan kepada orang-orang Banlieues adalah keliru. Ia membuktikan bahwa orang Banlieues bisa mencatatkan prestasi besar di panggung dunia.

“Aku berharap kemenangan Perancis membuat semua orang sadar bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan sebaliknya. Berkat Kylian Mbappe, kawasan pinggiran jadi mendapat sorotan positif. Kami sangat bangga,” tutur Nabil Larbi.

Mbappe juga telah menginspirasi banyak anak-anak di Bondy untuk mengikuti jejaknya. “Seseorang yang sama dengan kami telah berhasil menjadi pesepakbola profesional dan menjuarai Piala Dunia,” ujar salah seorang bocah asal Bondy, Zoe Chiran.

“Itu artinya, segala sesuatu sangat mungkin untuk diraih,” sebut bocah lain bernama Louise Moncerio.

Atas segala inspirasi dan kebanggaan yang telah diberikan Mbappe itu, penduduk Bondy memasang sebuah spanduk besar di salah satu sudut kota yang bertuliskan, “Terima kasih, Les Bleus! Terima kasih, Kylian!”

Komentar