Kontroversi yang Melahirkan #Shame_On_AFC

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kontroversi yang Melahirkan #Shame_On_AFC

Pertandingan antara Al-Ain melawan Esteghlal di fase penyisihan grup AFC Champions League pada 6 Maret lalu berakhir imbang 2-2. Kedua tim sama-sama membutuhkan tiga poin demi menjaga kans lolos ke babak selanjutnya. Pasalnya, perolehan poin di grup D cukup ketat.

Sejak sepak mula, kedua tim melancarkan jual-beli serangan. Beberapa kali Mame Thiam, striker Esteghlal, mengancam gawang Al-Ain yang dikawal Khalid Eisa. Tim tuan rumah tak tinggal diam. Tampil di hadapan sepuluh ribu pendukung yang datang ke stadion Hazza Bin Zayed, klub asal Uni Emirat Arab mendapat peluang lewat Marcus Berg dan kapten mereka, Omar Abdulrahman. Namun kedua tim masih belum bisa memecah kebuntuan pada 45 menit babak pertama.

Memasuki paruh kedua, Mame Thiam membungkan publik tuan rumah pada menit ke-52. Umpan silang dari kaki kiri Farshid Esmaili tidak disia-siakan striker asal Senegal tersebut. Tim tamu pun sementara unggul 0-1.

Pelatih Al-Ain, Zoran Mamic, coba merespon gol lawan dengan memasukkan pemain yang lebih segar secara fisik. Pada menit ke-55, pelatih asal Kroasia itu mengganti Amer Abdulrahman dengan Bandar Al Ahbabi.

Terbukti, peluang demi peluang terus diciptakan tim tuan rumah. Akhirnya gol yang dinanti itu hadir menit ke-63. Lewat penetrasi dari sisi kanan, Hussein El Shahat melepaskan umpan yang segera disambar Marcus Berg. Al-Ain pun menyamakan skor menjadi 1-1.

Sebelas menit setelah gol penyama kedudukan, Al-Ain mendapatkan hadiah penalti dari wasit Mohammad Amirul Izwan Bin Yacoob. Pada menit ke-74, Hussein El Shahat jatuh di kotak penalti. Meski insiden itu sempat diprotes oleh para pemain Esteghlal, tetapi wasit asal Malaysia itu tetap menunjuk titik putih.

Marcus Berg yang ditunjuk jadi algojo gagal mengeksekusi penalti dengan baik. Bola yang diarahkan ke sisi kanan Seyed Hossein Hosseini membentur tiang gawang sebelum akhirnya ditepis sang penjaga gawang dan dihalau bek Esteghlal ke luar lapangan. Kedudukan 1-1 pun masih bertahan.

Asyik menyerang membuat Al-Ain lupa menjaga area pertahanan sendiri. Menit ke-78, Thiam mencetak gol keduanya pada laga itu. Lewat skema yang hampir mirip dengan gol pertama, pemain bernomor punggung 7 itu membuat timnya berada di atas angin dengan unggul 1-2. Setidaknya untuk sementara.

Ketika empat menit lagi pertandingan dalam waktu normal akan berakhir, wasit Amirul Izwan kembali memberi penalti untuk tim tuan rumah. Pemain pengganti bernama Ahmed Khalil jatuh ketika hendak menyambut umpan silang dari Hussein El Shahat. Kali ini, penalti dieksekusi langsung oleh Ahmed Khalil. Eksekusi sukses dan Al-Ain pun menyamakan kedudukan 2-2. Skor itu pun bertahan hingga wasit Amirul Izwan meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.

Secara statistik, Al-Ain menguasai jalannya pertandingan dengan 56% penguasaan bola dan melepaskan tembakan sebanyak 16 kali ke arah gawang Esteghlal; lawan hanya sanggup menembak enam kali saja. Namun, dua penalti yang diberikan wasit menjadi perdebatan dan menjadi faktor pembeda di laga malam itu.

Pascapertandingan, akun InstagramAFC (@theafchub) dihujani komentar “#shame_on_afc”. Ketidakpuasan para pendukung Esteghlal atas kepemimpinan wasit Amirul Izwan melatarbelakangi ramainya tagar itu di dunia maya.

Sebelum menjadi pengadil dalam laga itu, wasit Amirul Izwan memimpin jalannya pertandingan antara PKNS melawan Kedah dalam lanjutan Super League Malaysia. Laga yang berlangsung di stadion Shah Alam pada 25 Februari itu dimenangi Kedah dengan skor 3-4. Adapun salah satu gol Kedah, pada menit ke-35, adalah hasil dari tendangan penalti.

Seminggu sebelumnya, wasit berusia 31 tahun itu bahkan memberikan dua penalti untuk tim tuan rumah. Saat itu, ia bertugas memimpin pertandingan antara Al Wahda melawan Al Duhail dalam ajang AFC Champions League. Pertandingan itu dimenangi Al Duhail yang bertindak sebagai tim tamu dengan skor 2-3. Uniknya, kedua gol yang dicetak Al Wahda berasal dari titik putih. Penalti pertama ketika laga baru memasuki menit keempat, dan penalti kedua saat laga memasuki menit injury time, yakni menit ke-93.

Tercatat, setidaknya sudah tiga laga beruntun ada gol dari titik putih ketika laga-laga itu dipimpin oleh wasit Amirul Izwan.

Amirul Izwan sendiri bukan nama yang asing bagi pecinta sepakbola Indonesia. Pada 12 Oktober 2013 lalu, wasit asal Malaysia itu memimpin laga antara Indonesia melawan Korea Selatan di ajang Piala AFC U-19. Kala itu, kedua tim harus menang demi lolos dengan status juara grup.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, kedua tim memang memperlihatkan determinasi tinggi agar juara grup. Sayangnya, laga itu dinodai oleh beberapa keputusan wasit yang dinilai kerap merugikan Indonesia.

Pada menit ke-31, Korea Selatan menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah wasit memberikan hadiah penalti. Menit ke-60, Muchlis Hadi disikut oleh pemain Korea Selatan, tetapi wasit tidak menganggap insiden itu sebagai pelanggaran kendati sang pemain meringis kesakitan.

Di tengah hujan yang mengguyur dan air yang menggenangi rumput stadion, laga itu dimenangi Indonesia dengan skor 3-2. Meski meraih hasil positif, anak-anak asuh Indra Sjafri tampak kecewa dengan kepemimpinan wasit Amirul Izwan. Tidak hanya pemain, pendukung Indonesia pun ramai-ramai mencemooh wasit. Bahkan jelang turun minum, para pendukung yang memadati stadion GBK kompak menyoraki wasit yang dianggap merugikan Indonesia.

Lima tahun kemudian, wasit Amirul Izwan kembali membuat kecewa pendukung salah satu tim. Kali ini giliran pendukung Esteghlal yang mayoritas adalah warga Iran, dibuat kecewa karena keputusannya yang kontroversial. Mereka pun ramai-ramai menghujani kolom komentar pada akun Instagram resmi AFC dengan tagar “shame_on_afc”.

Agaknya, gelombang protes di dunia maya harus segera direspon oleh pihak AFC. Melakukan evaluasi terhadap kinerja wasit Amirul Izwan adalah salah satu cara agar tiada lagi keputusan-keputusan kontroversial dalam laga sekelas AFC Champions League.

Komentar