Impresif di Kualifikasi Tak Berarti Apa-apa Buat Inggris

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Impresif di Kualifikasi Tak Berarti Apa-apa Buat Inggris

Tim Nasional Inggris akhirnya memastikan satu tempat di Piala Dunia 2018. Kemenangan tipis 1-0 atas Slovenia di pekan ke-9 Kualifikasi Piala Dunia 2018 Grup B yang berlangsung di Wembley, Jumat (6/10) dini hari WIB, menjadi pelumas langkah The Three Lion terbang ke Rusia pada tahun depan.

Momen itu sebenarnya layak untuk dirayakan. Namun publik Wembley memilih untuk bersikap biasa saja menyambut kesuksesan tersebut. Tidak ada raut kebahagiaan dari para suporter di momen yang membahagiakan itu. Sebelum pertandingan usai, ratusan penonton meninggalkan tempat duduknya untuk menuju pintu keluar stadion.

Ada ketidakpuasan yang mereka rasakan saat menyaksikan pertandingan tersebut. Satu hal yang wajar, karena Inggris tampil inferior di laga melawan Slovenia. Pola permainan mereka begitu membosankan hingga membuat jalannya pertandingan terasa monoton.

Para penonton yang jenuh pun membuat berbagai ‘lelucon’ untuk menghibur diri mereka yang kadung terjebak dalam sebuah pertandingan yang membosankan. Dimulai dengan masuknya salah seorang penonton ke dalam lapangan, dilanjutkan dengan pesawat kertas yang di terbangkang ke arah lapangan pertandingan.

Dari sekian banyaknya pesawat kertas yang diterbangkan, ada satu yang cukup menyita perhatian, karena pesawat tersebut berhasil mendarat melewati garis gawang Inggris yang di kawal Joe Hart. Para penonton yang lain menyambut suka cita dengan bersorak selayaknya merayakan sebuah gol.

Bisa dibilang itu adalah manifestasi kritik atas permainan Inggris yang sangat membosankan. Meski pada kenyataannya Harry Kane mampu memecah kebuntuan di masa injury time untuk memberi kemenangan bagi Inggris di laga itu, tetap saja kekecewaan para suporter tak bisa dibendung.

Pelatih Inggris, Gareth Southgate, mengerti kekecewaan dari para pendukung. Menghadapi Slovenia yang levelnya berada di bawah mereka, tentu saja harapan untuk bermain lebih baik dan mencetak banyak gol menjadi harapan dari para suporter dalam laga tersebut.

“Saya pikir orang-orang ingin datang ke stadion untuk melihat kami membuat banyak gol dan terhibur. Ini jelas di luar ekspektasi, karena kami seharusnya dapat bermain lebih baik. Anda tahu apa yang Anda inginkan dan apa yang realistis,” ujarnya seperti dilansir dari NST.

Kekhawatiran akan Pencapaian yang Berulang

Kekecewaan para suporter melihat penampilan Raheem Sterling dan kawan-kawan di laga melawan Slovenia bisa dibilang juga sebagai bentuk kekhawatiran terhadap kiprah Inggris di Piala Dunia 2018 nanti. Padahal mereka tampil impresif sepanjang kualifikasi dengan tanpa mengalami kekalahan. Satu laga tersisa "hanya" akan menghadapi Lithuania.

Inggris sendiri punya tradisi baik di Piala Dunia. Sejak 1998, mereka tidak pernah absen di turnamen sepakbola paling akbar di Bumi ini. Namun tidak ada prestasi yang membanggakan yang bisa diraih seperti halnya di tahun 1966, saat mereka berhasil meraih gelar juara.

Lima penampilan terakhir Inggris di Piala Dunia pun hasilnya tidak pernah sesuai dengan ekspektasi. Prestasi tertinggi hanyalah mencapai babak Perempat final di tahun 2002 dan 2006. Setelahnya tampak penurunan prestasi. Puncaknya ada pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Kiprah Inggris mentok di babak penyisihan. Hasil tersebut semakin membuat julukan “spesialis kualifikasi” makin mantap disandang The Three Lion.

Bukan hal yang menyenangkan tentunya mendapat julukan spesialis kualifikasi. Inggris memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sepakbola modern. Kompetisi domestik mereka dianggap sebagai salah satu kompetisi terbaik di dunia, karena mampu menyajikan sisi kompetitif dari para kontestannya.

Selain itu, Liga Primer Inggris juga tak ubahnya panggung para pelatih terbaik dunia untuk beradu taktik di sana. Nama-nama seperti Josep Guardiola, Atonio Conte, Juergen Klopp, hingga Jose Mourinho berkiprah di sana. Namun kualitas kompetisi yang dimiliki Inggris belum sejalan dengan prestasi tim nasional di turnamen antarnegara, baik itu Piala Dunia maupun Piala Eropa.

Menarik tentunya melihat kiprah Inggris di Piala Dunia 2018 nanti, mengingat saat ini mereka juga dihuni pemain-pemain yang punya kualitas dan kiprah mentereng di kompetisi domestik. Ada sosok Harry Kane yang saat ini duduk di posisi dua pencetak gol terbanyak Liga Primer Inggris. Atau Marcus Rashford yang bisa diandalkan MU serta Sterling yang mulai menunjukkan ketajamannya di Man City.

Inggris punya modal untuk berbicara banyak di Piala Dunia, namun tetap harus ada perbaikan yang dilakukan Southgate untuk membuat Piala Dunia 2018 layaknya rimba kekuasaan para Singa. Para pemain yang dimilikinya memang punya catatan gemilang di kompetisi domestik, namun ketika tampil membela Inggris mereka tak ubahnya Singa yang terpisah dari kawanan.

“Apakah kami akan menjadi seperti Spanyol dalam delapan bulan ke depan? Tentu tidak. Mereka memiliki skuat yang dipenuhi para pemain yang telah memenangkan Liga Champions dan juara liga. Kami belum memiliki para pemain yang membuktikan dirinya berada di tahap itu,” sambung Southgate.

Berharap Mitos Pep Bertuah

Penyataan Southgate agak sedikit tendensius, namun dari apa yang diungkapkan bahwa itu menyiratkan sikap yang lebih realistis. Delapan bulan tersisa, tidak mungkin bagi Southgate untuk membuat Inggris selayaknya Spanyol, Jerman, atau negara kuat lainnya di Piala Dunia 2018 nanti.

Namun kans tetap terbuka lebar bagi Inggris untuk memperbaiki pencapaian atau bahkan menyamai prestasi yang pernah diraih di tahun 1966 silam. Selain kerja keras dalam mengubah pola permainan yang lebih mantap, satu hal yang bisa diharapkan Inggris adalah tuah keberuntungan dari Josep Pep Guardiola berpihak pada mereka.

Saat menukangi Barcelona di tahun 2008 hingga 2012, keberuntungan berada di pihak Spanyol dengan menggondol gelar juara Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Setelah Pep memutuskan pergi ke Bayern Muenchen, keberuntungan itu pun berpindah ke Jerman. Buktinya, Der Panzer sukses meraih trofi Piala Dunia 2014.

Saat ini Pep menukangi Manchester City di Liga Primer Inggris, apakah tuah dari keberuntungan yang dibawa pelatih berkepala plontos itu akan berpihak kepada Inggris di Piala Dunia 2018 nanti? Ini mungkin agak sedikit tidak rasional. Namun yang perlu digarisbawahi, sepakbola tak pernah lepas dari yang namanya mitos.

Foto: The Sun

Komentar