Ambisi Thailand Sudah Bukan Lagi Prestasi di Asia Tenggara

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ambisi Thailand Sudah Bukan Lagi Prestasi di Asia Tenggara

Tim Nasional Thailand semakin menunjukkan dominasi mereka sebagai penguasa sepakbola Asia Tenggara, setelah mereka berhasil juara di ajang Piala AFF U18 yang berlangsung di Myanmar. Dalam pertandingan final yang berlangsung di Stadion Thuwunna, Minggu (17/09) itu, "Tim Gajah Perang" berhasil menaklukkan Malaysia dengan skor meyakinkan 2-0. Prestasi yang berhasil ditorehkan timnas Thailand U18 di ajang tersebut, membuat Thailand sukses mengoleksi tiga gelar dari tiga ajang berbeda di penghujung tahun 2016 hingga pertengahan 2017.

Sebelumnya di ajang SEA Games 2017 Malaysia, timnas Thailand U22 berhasil meraih medali emas usai menjungkalkan Malaysia 1-0 di pertandingan final yang berlangsung di Stadion Shah Alam, Selangor pada 29 Agustus lalu. Selain itu pada akhir 2016, prestasi juga berhasil diukir oleh timnas senior mereka yang meraih titel juara di ajang Piala AFF 2016.

Tiga gelar dari tiga ajang dan level usia yang berbeda berhasil diraih Thailand dalam kurun waktu ­2016-2017 ini, cukup menyiratkan bahwa Thailand benar-benar mendominasi prestasi sepakbola Asia Tenggara dari berbagai level usia. Inti dari kesuksesan Thailand merajai berbagai turnamen Asia Tenggara saat ini adalah pola pembinaan pemain muda yang dilakukan secara serius.

Program tersebut konsisten dijalankan saat mereka mengalami keterpurukan dalam kurun waktu 2004 hingga 2012, di mana saat itu mereka mengalami surut prestasi di turnamen Asia Tenggara. Untuk memutus surutnya prestasi tersebut, berbagai upaya pun dilakukan, salah satunya mendatangkan pelatih kondang Bryan Robson untuk menangani timnas senior. Namun upaya tersebut berakhir sia-sia, karena mereka masih tak kunjung berprestasi hingga akhirnya Robson pun undur diri pada tahun 2011.

Kemudian Kiatisuk Senamuang ditunjuk sebagai pengganti Robson. Penunjukan Senamuang mungkin dianggap sebagai wujud keputusasaan Federasi Sepakbola Thailand (FAT) untuk bisa mengembalikan kejayaan mereka yang lama hilang. Namun tentu saja, pola pikir mereka tak sedangkal itu. Senamuang memang masih muda, tapi rekam jejaknya dalam menangani tim U23 cukup baik. Tercatat, pemilik caps terbanyak timnas Thailand itu mampu membawa tim U23 meraih medali emas SEA Games 2013 dan menembus empat besar Asian Games 2014.

Selain itu, penunjukan Senamuang juga tak lepas dari keinginan federasi untuk meregenerasi timnas senior. Senamuang yang doyan menggunakan bakat pemain-pemain muda pun menjadikan tim senior Thailand menjadi lebih segar, karena dominan dihuni oleh pemain-pemain berusia belia.

Tak hanya itu, pada setiap kesempatannya mereka juga tak pernah ragu untuk merombak pemain uzur yang sudah mengalami penurunan performa untuk digantikan dengan pemain muda. Langkah tersebut terbukti ampuh untuk mengembalikan kejayaan "Gajah Perang". Di Piala AFF mereka mampu menjadi kampiun dalam dua penyelenggaraan berturut-turut, yaitu tahun 2014 dan 2016.

Kemudian dalam babak Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia, Thailand juga menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di babak kedua (second round) kualifikasi Piala Dunia 2018. Namun di sana mereka harus bersaing sengit dengan negara kuat macam Jepang, Australia, Irak, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Hasilnya bisa ditebak, Thailand kepayahan dan mereka harus puas menempati posisi juru kunci di klasemen Grup B, Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Meski begitu, prestasi yang mereka torehkan di ajang tersebut juga patut diapresiasi. Meski menjadi penghuni juru kunci, setidaknya ada dua poin yang berhasil mereka raih, hasil dari dua kali imbang saat berhadapan dengan Australia (2-2) dan Uni Emirat Arab (1-1).

Proyek jangka panjang menuju Piala Dunia 2026

Muara dari upaya pembinaan pemain muda yang dikelola secara serius oleh Thailand sebenarnya bukan saja untuk mengembalikan kejayaan mereka. Lebih dari pada itu, upaya tersebut merupakan salah satu cara untuk merealisasikan target tampil di Piala Dunia.

Jadi, melihat kesuksesan Thailand dalam satu tahun ini sebenarnya bukanlah hal yang terlalu membanggakan, mengingat ambisi mereka juga sebenarnya sudah bukan lagi berprestasi di Asia Tenggara, namun lebih dari pada itu, mereka ingin menyejajarkan diri dengan negara-negara besar macam Jepang atau Korea Selatan.

Thailand tentunya menyadari bahwa untuk bisa lolos ke Piala Dunia bukanlah persoalan mudah. Saat ini bolehlah mereka menyandang status sebagai raja sepakbola Asia Tenggara. Namun di level Asia, mereka masih sebatas tim kuda hitam. Dibutuhkan proses untuk bisa menghantam dominasi negara-negara kuat Asia macam Jepang, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, atau bahkan Iran. Australia bahkan sebenarnya anggota AFF (Asia Tenggara).

Salah satu upayanya adalah dengan membangun proyek jangka panjang untuk mengejar ketertinggalan mereka dari negara Asia lainnya, dengan mengandalkan pembibitan pemain muda yang muaranya untuk Piala Dunia 2026. Proyek jangka panjang itu sudah mulai bergulir sejak tahun 2016, FAT secara serempak menggelar kompetisi junior di level U10 dan U13 yang merupakan sinkronisasi dari kompetisi U15, U17, dan U19 yang sudah lama dijalankan.

Keseriusan dari program pembinaan tersebut bisa dilihat dari elemen yang dilibatkan dalam kejuaraan tersebut. FAT menggandeng semua elemen dari mulai pemerintah yang diwakili kementerian olahraga, kementerian pendidikan, dan pemerintah lokal. Selain itu, mereka juga melibatkan pengelola liga dan klub-klub profesional.

“Dukungan terus menerus dari pemerintah dan kementerian akan sangat penting untuk mencapai tujuan proyek ini dan untuk memastikan bahwa ini akan terus berlanjut. Keikutsertaan yang kuat dari tim juga penting dan kami percaya bahwa investasi yang dipegang oleh pihak berwenang dan pemangku kepentingan akan bermanfaat dalam masa depan sepakbola Thailand," ucap Benjamin Tan, CEO Thailand Premier League, yang ikut terlibat dalam program ini, kepada ESPN pada 2016 lalu.

Tan memiliki keyakinan dengan program yang dijalankan selama 10 tahun hasil yang diinginkan bisa tercapai. Apalagi melihat prestasi timnas Thailand di level Asia yang sudah mengalami perkembangan yang signifikan. Buktinya ada di laju Thailand hingga mampu mencapai putaran akhir babak Kualifikasi Piala Dunia 2018. Sebenarnya, bisa saja target mereka adalah Piala Dunia 2022, namun Tan menganggap itu kurang ideal karena persiapan masih terlalu prematur.

"Kami sudah berada di babak final kualifikasi Piala Dunia dengan 11 negara terbaik lainnya, jadi peluang kami sama bagusnya dengan yang lain. Tapi kami percaya bahwa ini adalah cara yang tepat untuk mengikuti kompetisi pemuda nasional dan dengan fondasi yang kuat, proyek ini akan menghasilkan buah di tahun-tahun mendatang dan mencapai impian Piala Dunia kami,” tegasnya.

Namun bukan hanya pemain muda, tujuan untuk mencetak pelatih muda berkualitas juga menjadi salah satu tujuan Thailand untuk semakin memajukan sepakbola mereka. Tan menyebut bahwa biar bagaimanapun proyek pengembangan pemain muda tidak akan berjalan mulus bila jumlah kuantitas pelatih berkualitasnya tak memenuhi standar. Oleh karena program pembinaan untuk pelatih muda pun turut digalakkan.

"Kami membutuhkan lebih banyak pelatih muda berkualitas untuk mengidentifikasi bakat dan mengikuti filosofi sepakbola nasional yang ditetapkan oleh Direktur Teknis FAT. Tapi ini juga sesuatu yang FAT sudah rencanakan untuk meningkatkan jumlah kursus pembinaan pelatih muda. Kami juga membutuhkan tingkat dukungan yang terus menerus dari para penggemar, media dan klub sepakbola,” tukasnya.

Hal-hal di atas menyadarkan Indonesia jika Thailand sudah berencana dengan baik. Bukan kebetulan juga, Piala Dunia 2026 juga akan menjadi Piala Dunia pertama dengan 48 tim, sehingga jatah wakil Asia kemungkinan akan bertambah menjadi 8,5. Ini adalah kabar baik untuk Thailand yang sedang mengembangkan sepakbola mereka secara baik dan benar, serta jangka panjang (bukan instan).

Ketika Thailand sudah pada tahap berikutnya pada pembenahan, apakah peluang Indonesia akan semakin mengecil? Belum lagi jika Australia sudah mau bermain di tingkat senior di AFF. Lebih baik pindah saja ke Oseania...

Komentar