Salam dari Shah Alam

Cerita

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Salam dari Shah Alam

Meski kalah menyakitkan lewat gol tunggal pada akhir pertandingan, mayoritas suporter Indonesia yang saya temui masih pulang dengan kepala tegak. Mereka semua berjalan beriringan dengan tertib meninggalkan stadion Shah Alam; warna merah berbaur dengan kuning-hitam khas suporter Malaysia penuh kedamaian.

Pemandangan ini sangat kontras dengan atmosfer di Indonesia selama berlangsungnya SEA Games 2017. Insiden terbaliknya bendera Merah Putih di buku panduan sempat membuat hubungan dalam olahraga yang sudah lama panas antara kedua negara ini semakin membara.

Ketika datang ke stadion juga tidak ada pengawalan khusus yang diberikan kepada suporter Indonesia. Padahal sempat ada kekhawatiran bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahkan sampai ada pertemuan khusus yang membahas hal ini dengan melibatkan panitia penyelenggara, federasi kedua negara dan perwakilan suporter.

Maka wajar kemudian jika beberapa suporter yang datang agak khawatir soal isu keamanan di stadion nantinya. Apalagi dari segi jumlah, jelas kalah jauh. Suporter Indonesia yang ditempatkan pada sektor A tak sampai 20% dari total 80 ribu kapasitas penonton yang ada.

Tapi yang terjadi di pertandingan, baik sebelum, saat maupun setelah pertandingan, tak separah itu. Secara umum pertandingan berlangsung panas namun tetap damai. Hanya ada beberapa insiden kecil yang dengan menimbang kondisi panasnya rivalitas keduanya masih bisa diwajarkan.

Pertama sepengetahuan saya adalah provokasi langsung dengan merangseknya gerombolan berpakaian hitam ke arah suporter Indonesia pada awal pertandingan. Selanjutnya adalah meledaknya petasan di area pemanasan cadangan timnas Indonesia dan lemparan-lemparan botol pasca gol Malaysia.

Perbandingan kondisi tribun sebelum dan sesudah merangseknya penonton.

Menurut beberapa teman saya di sini, gerombolan tadi memang anggota kelompok suporter yang kerap bikin onar. Insiden di atas juga berasal dari tribun yang sama, sehingga kemungkinan besar pelakunya juga sama. Mereka bahkan sudah beberapa kali melakukan penyerangan ke suporter lawan. Terakhir adalah pengeroyokan seorang suporter Myanmar pada laga fase grup di dekat area parkir stadion.

Kelompok tersebut juga yang bertanggung jawab atas serangan brutal pada Piala AFF 2014 lalu. Ketika itu pada saat melawan Vietnam di semifinal, suporter tamu mendadak dikeroyok. Namun perlu diketahui bahwa mereka bukanlah bagian dari Ultras Malaya, kelompok besar suporter timnas Malaysia.

Karena seperti yang sudah disebutkan di atas, kondisi umum sebenarnya berlangsung dengan sangat damai. Apresiasi tinggi juga patut diberikan kepada suporter timnas kita yang digawangi oleh Aliansi Suporter Indonesia di Malaysia karena mampu menjaga diri dan tidak terprovokasi.

Salah seorang anggotanya, Loeky Ardianto, bahkan berpesan untuk tidak melakukan berbagai komentar provokasi di media sosial terutama yang ada di tanah air. Karena justru yang berada di stadion aman dan damai saling berbaur.

Selepas pertandingan ketika berada di jalan, suporter tuan rumah juga selalu bertepuk tangan dan mengacungkan jempol setiap bertemu gerombolan suporter Indonesia. Beberapa memang mengejek dengan gaya ceng-cengan namun tetap dalam situasi yang lagi-lagi damai.

Ada juga momen menarik ketika tiba-tiba sebuah mobil sedan mendekati suporter Indonesia yang sedang menunggu bis jemputan. Orang-orang yang duduk di jalan tersebut sebagian langsung berdiri karena kaget, termasuk Polisi Diraja Malaysia yang bersiaga di dekatnya.

Tetapi apa yang dikhawatirkan ternyata justru kebalikannya, penumpang depan mobil tadi menurunkan kaca jendelanya dan mengeluarkan kaos merah berlogo garuda besar bertuliskan Indonesia di bawahnya. Lebih kagetnya lagi karena sosok yang muncul tersebut adalah suporter Malaysia, seorang perempuan berusia 40-an tahun yang datang bersama keluarganya.

Kaos tersebut persis seperti yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitaran stadion. Jika boleh berbaik sangka, barangkali ia memang membeli kaos tersebut untuk tujuan ini. Berkali-kali pula ia memberi semangat kepada suporter Indonesia dan terus menerus memuji penampilan Evan Dimas dkk.

Mendapat perlakuan seperti itu, mereka semua yang kompak berbaju merah tadi langsung tepuk tangan. Beberapa bahkan membalas dengan berteriak balik memberi semangat dan mendoakan Malaysia bisa mengalahkan Thailand. Sebuah pemandangan yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi di media sosial, bahkan beberapa hari setelah pertandingan usai.

Komentar