(Masih) Menuju Indonesia Tanpa Stigma, Kini dan Nanti

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

(Masih) Menuju Indonesia Tanpa Stigma, Kini dan Nanti

Kehidupan yang harus berlanjut setelah HWC

HWC memang menjadi sebuah momentum yang pas untuk menggemakan semangat Indonesia Tanpa Stigma. Lewat sepakbola, olahraga yang bisa dibilang cukup memasyarakat, semangat Indonesia Tanpa Stigma bisa digelorakan. Namun seperti yang Socrates, pemain kenamaan Brasil pernah katakan, bahwa sepakbola hanya berjalan selama 90 menit, sedangkan kehidupan akan terus berlanjut sampai kita meninggal kelak.

Begitu pun dengan para pesepakbola yang ikut dalam ajang HWC. Kehidupan mereka sebagai manusia akan tetap berlanjut meski HWC sudah usai. Di situlah terkadang, ada beberapa momen yang ternyata mencerminkan bahwa ajang HWC tidak serta merta mengubah pemain menjadi lebih baik. Jimi pun mengakui hal ini, bahwa tidak semua pemain yang pernah ikut HWC, menjadi lebih baik sepulangnya mereka dari ajang HWC.

"Sejak dulu, hasilnya variatif (sepulang dari HWC). Ada positif ada negatifnya juga. Ada yang ketika pulang kembali pakai obat, dipenjara lagi, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Namun ada juga yang berkembang, jadi ambassador (Indonesia Tanpa Stigma), malah ikut menjadi bagian dari timnas futsal. Tapi pada intinya semua balik lagi kepada para pemain sendiri," ujar Jimi.

Adit pun mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Dirinya selaku dari pihak Rumah Cemara pun kerap memberikan bantuan bagi para pemain yang pernah main di HWC agar memiliki kegiatan, kesibukan, ataupun pekerjaan ketika mereka sampai di Indonesia. HWC hanyalah momentum, namun tantangan yang muncul adalah setelah ajang HWC itu sendiri. Tentang bagaimana menyebarkan semangat Indonesia Tanpa Stigma yang menjadi mimpi yang sudah dirawat sekian lama.

"HWC hanya momentum bagi para pemain. Realita adalah ketika pemain kembali ke kehidupan mereka. Yang sudah kami lakukan selama ini adalah kami membuka jalur bagi teman-teman yang pernah ikut, salah satunya berupa jalur atlet, sehingga pemain jadi ada kegiatan (sepulang ke Indonesia)."

"Sekarang kami ingin bahwa perubahan tidak hanya dari HWC saja, tapi bagaimana ke depannya. Di sinilah kerja sama dengan semua pihak diperlukan agar program pengembangan pemain bisa terlaksana. Hal ini menjadi tantangan bagi kami tersendiri," ujar Adit.

Menghilangkan stigma adalah pekerjaan yang sulit. Selama orang-orang masih mengedepankan prasangka mereka akan sesuatu, maka menghilangkan stigma masih tetap akan menjadi angan-angan semata. HWC hanyalah tonggak awal. Sisanya adalah bagaimana kita, sebagai umat manusia, tidak memandang manusia menggunakan prasangka. Pada intinya, semua manusia sama, dan semua manusia pasti ingin menjadi manusia yang lebih baik ke depannya.

Oleh karena itu, kini dan nanti, mari kita kembali suarakan satu semangat yang sudah dirawat oleh Rumah Cemara sejak 2003 silam. Indonesia Tanpa Stigma!

Komentar