Identitas Bonek Melalui Aksi Estafetan (Bagian 5)

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Identitas Bonek Melalui Aksi Estafetan (Bagian 5)

Halaman kedua..

Di sisi lain, Zulham juga tidak menampik ketika ditanya tentang sering adanya penjarahan yang dilakukan Bonek. Aksi nekat itulah yang salah satunya membuat citra Bonek menjadi buruk di mata masyarakat dan mendapatkan serangan di beberapa daerah. "Jujur kita bukan menjelek-jelekan Bonek, tapi memang ini benar terjadi. Waktu kejadian di Solo dan juga mungkin di kota-kota lainnya, memang awalnya dari sini (penjarahan). Itu pengalaman saya waktu estafet dan yang nakal memang Boneknya. Jadi kaya waktu dulu orang dijarah, bikin warga berontak. Akhirnya warga pun bergerak menyerang Bonek yang berangkat dari kloter-kloter selanjutnya," imbuh Zulham.

Aksi-aksi itulah yang dinilai Juru Bicara Bonek, Andie Peci, menjadi bagian kritik kecil untuk Jawa Pos selaku perusahaan media pemilik Persebaya. Kritik ditujukan kepada Jawa Pos karena edisi khusus tentang suporter setiap Selasa, hanya memaparkan kalangan Bonek mapan saja. Padahal, Bonek sendiri banyak levelnya di berbagai tingkat komunitas. Seharusnya pihak Jawa Pos mengajak Bonek yang memiliki masalah dalam mendukung Persebaya, salah satunya bagi yang sering membuat keonaran. Idealnya, Bonek yang onar itu didekatkan komunikasinya, diajak bicara dan dikampanyekan.

"Permasalahan Bonek yang seperti estafet tapi mengganggu masyarakat umum itu justru tidak diangkat, jarang diangkat. Kritiknya Itu. Apa yang menjadi berita di Jawa Pos terkait perubahan citra yang lebih baik itu tidak membumi dengan persoalan inti dengan Bonek itu sendiri," ujarnya.

Estafetan Memupuk Kebersamaan dan Solidaritas Bonek itu Sendiri

Memang tidak bisa dimungkiri bahwa cap buruk dan bahan banyolan dari Bonek berawal melalui aksi nekat mereka melakukan estafetan ketika tret tet tet. Namun di sisi lainnya, Bonek menganggap ada pemaknaan kebersamaan dan kekeluargaan ketika melakukan estafet.

Secara sederhana, rasa kebersamaan itu adanya saling mengingatkan ketika melakukan estafet. Contohnya, ketika Bonek melakukan estafet yang harus terpaksa menaiki atap gerbong kereta. Bonek di posisi paling depan di atap kereta bertugas sebagai pemantau untuk mengawasi situasi di depan rel. Jika ada kabel atau terowongan yang akan dilalui, ia akan berteriak memperingatkan kepada Bonek di belakangnya agar merunduk.

"Kalau kita gak tiduran kan kita nanti kena kabel, kena terowongan, itu yang bikin bahaya kalau kita naik di atapnya peti kemas. Alhamdulillah sesama dulur-dulur Bonek saling mengingatkan, memberikan kode kepada dulur Bonek yang lain, sudah ada teriakkan. Sama-sama kompaklah," terang Zulham.

Begitu pun ketika adanya potensi keributan antara suporter di daerah yang dilewatinya. Walau keributan sulit dihindarkan, namun selalu ada beberapa Bonek yang mencoba meredam emosi rekan-rekannya. Komunikasi-komunikasi itu merupakan rasa kebersamaan yang besar bagi Bonek. Apalagi harus menghadapi panas dan hujan bersama-sama, begitu pun ketika menyantap makanan bareng-bareng walau satu nasi bungkus dinikmati 1:10. Tapi tidak jarang juga ketika sedang beristirahat justru mendapatkan serangan dari oknum masyarakat maupun pendukung sepakbola klub lain.

"Kalau kita makan, ya kita bareng-bareng. Kalau kita estafet, jarang makan satu orang satu bungkus. Itu yang bikin kebersamaannya kita lebih kompak. Seumpama kita mau nonton di Bandung, kita perjalanan, kita nyampe di Semarang, kita istirahat di situ. Kalau pun kita ada saudara di situ, kita kontak. Ya alhamdulillah mas, bukannya kita memanfaatkan saudara yang ada di kota tersebut, kita lebih menjalin silaturahmi dengan dulur-dulur di kota tersebut. Setiap kali kita ngontak, alhamdulillah mereka selalu welcome. Mereka ngasih tempat istirahat dan yang lain-lainnya. Soal makan tadi, kita kalau berhenti di Semarang, seumpama gak ada saudara, kita makan barengnya kita bawa topi kita kumpulin pake topi. Minta tolong ngumpulin uang buat makan bersama, seikhlasnya. Seumpama kita ngumpul 50 ribu, ya itu sedapatnya, mas. Kasarannya sebungkus lima ribu, kita dapet 10 bungkus. Kalau yang berangkatnya 50 orang, berarti satu bungkus itu sama 10 orang. Kebersamaannya lebih erat," celoteh Zulham.

Sejak dahulu sampai sekarang, Bonek masih mempertahankan proses estafet ketika melakukan tret tet tet. Bejo mengatakan tidak ada perubahan dalam sistem estafet yang dilakukan para Bonek. Hanya saja perubahannya yaitu semakin tahun, semakin jarang aksi kriminal yang dilakukan Bonek ketika estafet. Salah satu contohnya saja tidak ada catatan kriminal ketika Bonek melakukan estafet selama aksi Bela Persebaya ke Jakarta dan Bandung. Tapi Bejo tidak memungkiri bahwa Bonek jalur estafet sangat sulit mengaturnya sampai sekarang. "Ya sama aja. Nggak ada perubahan. Lebih susah, nggak bisa ngatur 10 Bonek. Cuma perbedaannya itu (lebih baik)," cetusnya.

Zulham mengatakan bahwa tradisi estafetan masih berkemungkinan berlanjut sampai nanti. Hanya saja cara itu akan lebih diminimalisasi dengan disarankan menggunakan transportasi secara resmi. Ia berharap selalu ada koordinasi apapun caranya Bonek menjalani tret tet tet ke kota lain. Sebab pada intinya bukan seeksentrik apa mereka menempuh jalur tret tet tet, melainkan bagaimana ketika sampai di stadion menjadi satu untuk mendukung Persebaya. Estafet memang menjadi tradisi asik bagi Bonek yang dijaga bertahun-tahun. Toh aksi Bela Persebaya di Jakarta dan Bandung mungkin akan kurang massa jika tidak dilengkapi Bonek yang rela melakukan estafetan.

Bersambung . .


Tulisan ini adalah bagian kelima dari kumpulan hasil liputan khusus kami ke Surabaya untuk mendalami Persebaya Surabaya dan Bonek.

Kumpulan tulisan mengenai Persebaya bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Tulisan 1: Persebaya, Kota Surabaya, dan Sejarah yang Terukir
Tulisan 2: Proses Pembentukan Budaya Itu Bernama Pembinaan Usia Muda
Tulisan 3: Menuju Era Baru Persebaya dan Tantangan yang Harus Dijawab Manajemen

Sementara kumpulan mengenai Bonek bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Tulisan 4: Fenomena Tret Tet Tet yang Melahirkan Persepsi Bonek
Tulisan 5: Identitas Bonek Melalui Aksi Estafetan
Tulisan 6: Upaya-upaya Bonek untuk Mengubah Stigma Negatif di Media dan Masyarakat
Tulisan 7: Gelora Bung Tomo Belum Bersahabat dengan Bonek
Tulisan 8: Lebih Dekat dengan Perjuangan Andie Peci

Komentar