Kekecewaaan dalam Hidup Daniel Alves

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 141001

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kekecewaaan dalam Hidup Daniel Alves

Halaman kedua..

Di mata keluarganya, Alves telah menjadi pria yang dewasa, berkarakter, dan menghormati orang lain. Saat insiden rasial ketika Alves mendapatkan lemparan pisang, yang kemudian Alves memakan pisang tersebut, ayahnya tidak kaget Alves bersikap santai menghadapi tindakan yang sebenarnya melecehkan tersebut.

"Memakan pisang adalah hal yang normal dilakukan, tapi [kejadian] itu sangat tidaklah lucu," ujar Seu Domingos sang ayah. "Daniel selalu menghormati orang lain sebagai seorang pria, sebagai seorang orang tua, dan sebagai seorang anak. Ia adalah orang yang sangat tenang [menyikapi masalah]."

Alves tentu tidak nyaman dan kecewa dengan kehidupan keluarganya yang serba kekurangan ketika ia kecil. Tapi Alves sadar, setiap manusia tidak bisa memilih di keluarga seperti apa ia dilahirkan. Meskipun begitu, ia bisa memilih ingin menjadi orang yang seperti apa ketika menghadapi kematian. Karena itulah kekecewaannya tersebut tak membuatnya berlarut-larut, justru membuatnya semakin termotivasi untuk memperbaiki, membahagiakan, dan menyejahterakan kehidupan keluarganya.

Berjodoh dengan Spanyol, Bukan Inggris

Jika dihitung dengan musim 2016/2017, Alves sudah berkarier di sepakbola selama 17 tahun. Kariernya mungkin bisa mencapai lebih dari 20 tahun karena di Juventus ia meneken kontrak tiga tahun dan setelah itu bisa saja ia kembali ke Brasil, atau mungkin kembali memperkuat Bahia.

Dari 17 tahun kariernya tersebut, lebih dari separuh kariernya ia habiskan di Spanyol. Alves kurang lebih berkarier selama 14 tahun di Spanyol. Di Sevilla bermain selama enam musim dan di Barcelona delapan musim. Baru kali ini saja Alves membela kesebelasan luar Spanyol, dengan membela Juventus, meski ia sudah meninggalkan Brasil sejak 15 tahun yang lalu.

Namun dalam perjalanan kariernya, ia sempat beberapa kali mendapatkan kesempatan berkarier di Inggris. Dua kesebelasan yang nyaris mendapatkan jasa Alves adalah Liverpool dan Chelsea.

Alves, yang merupakan bagian dari skuat juara timnas Brasil pada Piala Dunia U20 2003, direkrut Sevilla pada 2002 (sempat berstatus pinjaman). Empat tahun berselang, Liverpool yang diasuh Rafael Benitez tertarik memboyong Alves. Alves pun siap hengkang walau ia masih kerasan di Sevilla. Hanya saja transfer ini urung terjadi karena Liverpool tak mau menaikkan tawaran mereka.

"Daniel bahagia di sini tapi ia ingin berkembang bersama tim lain," ujar Jose Rodriguez, agen Alves, pada AS saat isu Alves ke Liverpool merebak. "Saya tidak bilang ia tidak ingin bertahan di Sevilla. Perlu diluruskan, ia tertarik pindah ke Liverpool."

"Kami (Sevilla dan Liverpool) sudah berbicara tentang uang yang besar, karena Sevilla tak ingin kehilangan Daniel," ujar Presiden Sevilla, Jose Maria Del Nido. "Alves memberi tahu kami bahwa tawaran dari Liverpool cukup penting baginya. Tapi ia tidak memaksa kami untuk menjualnya. Lagipula Liverpool belum mengajukan tawaran yang bisa diterima. Sebelum harga yang kami minta tidak dipenuhi, tidak akan ada kesepakatan."

Dari beberapa sumber disebutkan Liverpool ingin mendapatkan Alves dengan tujuh juta paun sementara Sevilla hanya mau menjualnya seharga delapan juta paun. Liverpool pun akhirnya menyerah mendapatkan Alves setelah Alves menekan kontrak baru enam bulan kemudian. Mengetahui kans mendapatkan Alves mengecil, tak lama berselang mereka merekrut Alvaro Arbeloa dengan nilai transfer kurang dari 3,7 juta paun.

Tapi pada musim panas 2007, Alves kembali digoda kesebelasan Inggris lainnya, yakni Chelsea. Pada harian Marca, ia menyatakan ingin meninggalkan Sevilla karena adanya tawaran dari Chelsea. Bahkan pada Antena ia mengatakan agennya sudah berada di Inggris untuk segera merampungkan kepindahannya ke Chelsea.

Namun, Sevilla masih ingin mempertahankan Alves. Sevilla lantas menaikkan harga Alves menjadi 36 juta euro (sekitar 30 juta paun) bagi siapapun yang ingin merekrut Alves. Chelsea tiga kali melakukan penawaran untuk menurunkan biaya transfer Alves, namun gagal. Chelsea akhirnya menyerah dan memilih untuk merekrut bek kanan Barcelona, Juliano Belletti, yang dibanderol tidak lebih dari lima juta paun.

"Itu (tawaran dari Chelsea) merupakan kesempatan sekali seumur hidup dan saya ingin pergi, saya tidak ingin melewatkan kesempatan itu," ujar Alves pada Marca. "Saya kecewa dengan perlakuan kesebelasan terhadap saya. Saya di sini selama empat tahun setengah dan saya memberikan segalanya yang saya bisa, saya ingin dihargai."

"Kami (Alves dan Chelsea) sudah menyetujui tawaran itu tapi kesebelasan memberikan penawaran yang besar dari segi harga, yang membuat kesebelasan lain berpikir ulang. Chelsea sebenarnya sudah berani membayar 36 juta euro sebagaimana yang diminta Sevilla. Saya pikir saya akan segera hengkang saat itu, tapi ternyata tidak karena Sevilla urung menjual saya," tambahnya.

Masalah ini sempat membuat panas hubungan antara Alves dan presiden Sevilla, Del Nido. Masalah ini mereda setelah terjadinya kematian Antonio Puerta dan bujukan pelatih Sevilla saat itu, Juande Ramos, yang membuat Alves akhirnya memilih bertahan. Namun setelah musim tersebut berakhir, keputusan Alves untuk pindah sudah bulat, dan Sevilla pun tak kuasa lagi menahan keinginan Alves sehingga akhirnya menerima mahar sebesar 23 juta paun (plus tujuh juta paun bonus) dari Barcelona.

Dengan Alves yang menghabiskan delapan musim di Barcelona dan akhirnya pindah ke Italia untuk membela Juventus pada musim ini, Alves mungkin memang tidak berjodoh dengan Inggris. Meski kecewa gagal ke Inggris, tapi Alves menyikapinya dengan baik di mana ia bermain dengan segenap kemampuan dan menorehkan sejumlah gelar baik itu bersama Sevilla, Barcelona, dan juga tidak mustahil bersama Juventus yang berkesempatan mendapatkan treble winners.

***

Kekecewaan memang merupakan bagian dari kehidupan. Yang terpenting adalah, bagaimana kita menyikapi kekecewaan tersebut. Karier Alves mengajarkan kita bahwa hanya dengan kerja keras dan usaha yang lebih baik lah yang bisa membayar atau melupakan kekecewaan kita untuk hidup yang lebih berbahagia.

foto: pinterest.com

Komentar