Regulasi Pemain U23: Pembinaan atau Pemaksaan? (Bagian 1)

Cerita

by Dex Glenniza 39283

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Regulasi Pemain U23: Pembinaan atau Pemaksaan? (Bagian 1)

Halaman kedua....

“Di sini setiap orang fokus ‘aku harus menang, aku harus menang’. Beberapa kesebelasan sangat serakah untuk mendapatkan uang hadiah. Jadi mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Itu tidak bagus, pra-musim bukanlah soal uang, melainkan soal membangun tim kamu agar siap untuk liga profesional. Liga adalah turnamen terpenting untuk setiap kesebelasan di dunia.

“Aku sangat bingung. Ini sangat tidak profesional. Aku adalah pelatih profesional yang mempersiapkan segala hal secara profesional. Aku hanya menyiapkan tim untuk liga,” tutup manajer kelahiran Amsterdam tersebut.

Kesebelasan belum siap memainkan pemain U23

Kemudian kembali ke soal penerapan peraturan pemain U23, coach Alberts yang merupakan mantan manajer Home United, Korea Selatan U17, Malaysia U19, Sarawak FA, dan Arema Malang ini menunjukkan ketidaksetujuannya. Ia menganggap bahwa hal tersebut terlalu dipaksakan. “Aku masih sangat bingung dengan peraturan di turnamen ini dan di liga nanti,” katanya.

“Sekarang [di Piala Presiden 2017], hampir semua tim hanya memakai pemain U23 tidak lebih dari 45 menit. Aku bahkan masih belum melihat ada tim yang menggunakan kiper U23. Tapi PSM sudah memberikan kesempatan. Kami sangat serius dengan pengambangan pemain, tapi tidak memaksakan pengembangan pemain,” kata manajer kelahiran Amsterdam tersebut.

“Itu adalah hal yang salah. Peraturan ini memaksa pemain untuk bermain di tingkat yang sebenarnya mereka belum siap. Jadi, aku bingung. Aku pikir banyak orang non-teknis yang membuat keputusan ini yang tidak ada kaitannya dengan pengembangan teknis sepakbola,” kata Alberts.

Memang belum bisa dipastikan jika peraturan ini akan diaplikasikan di liga. Namun, Alberts langsung menyoroti jika PSSI telah melakukan langkah yang kurang tepat, terutama masalah kompetisi ke depannya. Padahal, seperti yang Hanif sampaikan, masalah teknis dan kompetisi adalah urusan utama PSSI.

Keunggulan pemain muda

Setelah mendengarkan dari dua pelaku sepakbola Indonesia di atas, kita mungkin bisa memilih untuk percaya atau tidak, baik kepada salah satu dari mereka maupun keduanya. Beberapa hal banyak yang bersinggungan.

Pada satu sisi, saya tidak meragukan kapasitas Robert Alberts sebagai manajer yang sudah khatam soal sepakbola di Asia Tenggara terutama di Indonesia, bahkan sampai soal nutrisi sekalipun. Namun pada sisi lainnya, saya juga tidak meragukan Hanif yang pernah bekerja di Manchester City.

Hal ini membuat saya harus mencari pembanding lainnya. Tidak tanggung-tanggung, saya mengambil contoh kutipan (dari buku) dari salah satu mantan manajer sepakbola tersukses di dunia, Sir Alex Ferguson. Beberapa kutipan ini saya dapatkan langsung dari buku Leading yang dipublikasikan pada 2015 yang lalu bersama dengan Sir Michael Moritz.

“Kamu bisa memenangkan apapun dengan pemain muda. Pemain muda bisa menyuntikkan semangat positif pada sebuah organisasi dan pemain muda tidak pernah lupa kepada orang atau organisasi yang memberikan mereka kesempatan pertama.

“Ia akan membayarnya dengan loyalitas. Untuk pemain muda, tidak ada yang tidak mungkin. Analoginya, mereka bahkan akan menembus pagar berduri di saat pemain tua akan lebih memilih untuk mencari pintu masuk,” seperti yang tertulis di bukunya tersebut.

Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang sudah Hanif katakan soal Brandon Barker, salah satu pemain Man City yang dibina dari usia 8 tahun sampai ia melakukan debut di tim utama di Piala FA. Meskipun saat ini Barker sedang dipinjamkan di NAC Breda di usianya yang baru 20 tahun, bisa dibilang ia adalah pemuda harapan City.

Namun, apakah liga profesional (dalam arti sesungguhnya) bersama tim utama atau tim senior adalah wadah pembinaan yang sudah tepat bagi pemain U23? Atau memang ada wadah lainnya yang diangap benar-benar tepat.

Dari yang bisa kita lihat, PSSI bermaksud melakukan pembinaan pemain muda dengan menerapkan peraturan pemain U23. Hal ini adalah niat yang baik. Tapi kesebelasan justru menganggapnya sebagai pemaksaan, bukan pembinaan.


Tulisan ini adalah bagian ketiga dari kumpulan hasil wawancara kami dengan PSSI dan pihak-pihak yang terkait dalam membantu percepatan sepakbola Indonesia. Kumpulan tulisan tersebut bisa dibaca pada tautan di bawah ini:

Tulisan 1: Regulasi Pemain U23: Pembinaan atau Pemaksaan?
Tulisan 2: Kompetisi untuk Kelompok Usia atau Semua Usia dalam Satu Kompetisi?
Tulisan 3: Sepakbola Indonesia Tidak Akan Maju Tanpa Bantuan Pemerintah

Komentar