Kebiasaan Zamparini Memecat Pelatih Merupakan Level Ekstrem Budaya Italia

Cerita

by Redaksi 27

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kebiasaan Zamparini Memecat Pelatih Merupakan Level Ekstrem Budaya Italia

Jika menyebut nama Presiden kesebelasan asal Italia, Palermo, yakni Maurciio Zamparini, tentu yang terngiang di dalam kepala adalah sosok Presiden kontroversial yang sering memecat pelatih timnya. Jika Palermo menerima kekalahan, siap-siap Zamparini akan melakukan kebiasaannya, yakni memecat pelatih.

Pada malam tadi, Kamis, 1 Desember 2016, Zamparini kembali melakukan aksi pemecatan pelatih. Roberto De Zerbi ditendang dari kursi kepelatihan Palermo setelah kekalahan dari klub Serie B, Spezia, di Coppa Italia. De Zerbi pun digantikan oleh Eugenio Corini.

Alasan pemecatan oleh Zamparini adalah dia kecewa dengan De Zerbi yang tidak mengikuti sarannya untuk memainkan pemain inti ketika melawan Spezia.

“Pertandingan yang menyedihkan,” kata Zamparini kepada para reporter seperti yang dilansir oleh Football Italia.

“Sebuah tim yang menyedihkan dan pelatih yang menyedihkan. Sehari sebelum pertandingan saya mengirimnya pesan mengatakan kepadanya bahwa saya tidak peduli dengan pertandingan melawan Fiorentina, tetapi melawan Spezia merupakan salah satu pertandingan yang bagus dari segi psikologis.”

“Itu sebabnya saya meminta dia untuk memainkan pemain inti. Tetapi dia malah menurunkan para pemain cadangan. Saya yakin dia melakukannya karena ingin dipecat. Oleh karena itu saya akan memecatnya akibat perbuatan kotor tersebut.”

“Saya kecewa dengan ini, karena ini bukan penghinaan untuk saya, tetapi penghinaan untuk fans Palermo dan semangat mereka.”

Pergantian Pelatih Palermo yang Ke-38 di bawah Zamparini

Kegiatan pemecatan pelatih yang dilakukannya seperti sudah menjadi rutinitas wajib bagi Zamparini sejak memimpin Palermo. Jika tidak dilakukan, mungkin hidupnya akan terasa hambar dan tidak menyenangkan.

Pergantian pelatih dari Roberto De Zerbi kepada Eugenio Corini menjadi pergantian pelatih ketiga musim ini dan yang ke-38 kalinya (via: transfermarkt.co.uk) dilakukan oleh Zamparini selama menjadi Presiden Palermo sejak 2002. Total sekitar 27 pelatih yang pernah melatih Palermo dalam kurun waktu 14 tahun sampai 2016.

Sangat jarang pelatih Palermo di bawah Zamparini dapat bertahan sampai semusim penuh. Kebanyakan dari mereka hanya mampu bertahan setengah musim atau bahkan kurang dari setengah musim.

Musim 2016/2017 saja Davide Ballardini hanya mampu bertahan dua giornata. De Zerbi pun tidak diberikan waktu lama, hanya mampu bertahan dari giornata tiga sampai giornata 14 sebelum dipecat malam tadi. Rekor pelatih terlama yang pernah menukangi Palermo di bawah Zamparini dipegang oleh Giuseppe Iachini, itupun `hanya` selama dua tahun.

Menarik tentunya untuk melihat berapa lama Eugenio Corini akan bertahan sebagai pelatih Palermo musim ini. Apakah akan mengikuti nasib Ballardini dan De Zerbi atau mengikuti nasib sedikit baik dari Iachini? Namun sebagai mantan pemain Palermo dan melihat apa yang sudah tejadi sebelum-sebelumnya, Corini jelas sudah siap dengan segala konsekuensinya. Meskipun begitu, dengan status baru kali ini menangani Palermo, bisa jadi Corini akan memberikan angin segar bagi Zamparini.

Pemecatan Pelatih Sebagai Akibat dari Budaya Sepakbola Italia

Sepakbola Italia selama ini identik dengan pemecatan pelatih. Musim ini saja menurut data transfermarkt, di Serie A sudah terjadi empat kali pemecatan pelatih. Di Serie B, sudah terjadi enam kali pemecatan pelatih.

Budaya di Italia menganggap sepakbola sebagai sebuah pekerjaan yang berorientasi pada hasil. Sepakbola Italia tidak akan memperdulikan permainan indah di lapangan, yang terpenting adalah hasil akhirnya. Dan sepakbola Italia pun tidak akan mempedulikan bagaimana cara mereka meraih hasil tersebut. Budaya inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya banyak pemecatan pelatih di sepakbola mereka.

Selain itu ada satu lagi budaya yang cukup berpengaruh terhadap hal ini yaitu pemilik klub memegang kewenangan 100% terhadap nasib pelatihnya. Kebanyakan pemilik klub di Italia terkenal akan ketidaksabaraannya terhadap seorang pelatih.

Jika sang pelatih dapat membuat para pemilik klub tetap bahagia dan semua hal yang diinginkan berjalan sesuai harapan, posisi mereka sebagai pelatih akan tetap aman. Tetapi jika sedikit saja mereka membuat marah para pemilik klub, mereka harus bersiap kehilangan posisinya sebagai pelatih.

Sepakbola Italia pun tidak akan mempedulikan asal para pelatih yang akan melatih timnya. Meskipun sang pelatih mantan pelatih tim rival atau legenda tim rival, jika pelatih tersebut sesuai dengan keinginan mereka maka akan dijadikan pelatih di timnya. Jadi perpindahan pelatih di antara sesama mereka bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan.

Lihatlah bagaimana Carlo Ancelotti seorang legenda Milan, sebelum melatih Milan, dia merupakan pelatih Juventus. Atau Fabio Capello yang pernah melatih tiga klub besar Italia; Milan, AS Roma dan Juventus. Atau yang lebih ekstrim lagi ada nama Leonardo De Araujo, lama berkiprah di Milan baik sebagai pemain, direktur olahraga maupun pelatih malah menjadi pelatih sang rival Internazionale.

Sepakbola Italia terlihat sangat kejam terhadap pelatih. Tetapi di balik itu semua mereka percaya bahwa setiap pelatih yang dipecat oleh tim lainnya bukanlah pelatih yang buruk dan mereka juga percaya bahwa pelatih-pelatih yang pernah dipecat akan belajar dari kesalahannya.

Meskipun begitu, tetap saja, apa yang dilakukan Zamparini pada Palermo merupakan level ekstrem yang biasanya dilakukan presiden kesebelasan Serie A pada umumnya.

foto:calcioeb.eu

Komentar