Kehidupan Kedua untuk Maman Abdurrahman

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kehidupan Kedua untuk Maman Abdurrahman

Tepat akhir pekan ini akan digelar laga yang disebut-sebut paling panas di kancah sepakbola Indonesia. Persib Bandung akan berhadapan dengan Persija Jakarta dalam lanjutan Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016, pada Sabtu (16/07) petang. Kesebelasan berjuluk "Maung Bandung" tersebut bertindak sebagai tuan rumah dengan menjamu rival mereka di stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Rivalitas antara kedua kesebelasan adalah sekian dari banyak hal menarik dari sepakbola Indonesia. Perseteruan yang berumur lebih dari satu dekade ini selalu menyisakan cerita menarik. Begitu pula bagi Maman Abdurrahman, pemain belakang Persija Jakarta yang sempat membela Persib Bandung dari 2008 hingga 2013.

Dihubungi melalui telepon oleh penulis, Maman memilih untuk menceritakan lima tahunnya ketika berseragam klub kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut. Maman mengaku Persib dan Kota Bandung memiliki kesan tersendiri baginya.

“Jujur, saya sangat menikmati waktu saya ketika bermain untuk Persib,”ujar Maman memulai obrolan. “Kota Bandung bisa saya bilang adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. Kotanya bagus, enak, banyak tempat hiburan. Kulinernya juga enak-enak.”

“Untuk Persib sendiri, harus diakui bahwa Persib adalah tim besar, punya dukungan penonton yang luar biasa. Karena itu rasanya senang sekali ketika berhasil memenangkan pertandingan. Apalagi menang di partai kandang. Soalnya bisa bikin senang penonton, dalam hal ini adalah Bobotoh. Karena itu saya rasa setiap pertandingan selalu berkesan. Apalagi kalau bertanding di kandang.”

Selama hampir lima tahun bermain di kota Bandung, Maman yang bermain sebagai bek tengah tentu memiliki kesempatan bersanding dengan beberapa pemain di jantung pertahanan. Maman memiliki jawaban tersendiri soal siapa rekan favoritnya ketika mengawal lini pertahanan Persib Bandung.

“Secara keseluruhan sih, saya merasa nyaman ketika dipasangkan dengan siapapun. Karena saya tidak mempermasalahkan saya akan dipasang dengan siapa. Saya juga tidak pernah berpikir bahwa partner saya itu adalah saingan. Saya selalu merasa mereka adalah rekan saya, teman saya, yang harus bekerja sama dan berjuang untuk kemenangan tim.”

“Tapi kalau ditanya siapa yang paling favorit sih, Abanda (Herman). Soalnya saya paham pemikiran dia. Saya paham kepribadian dia, jadi komunikasi lebih lancar. Apalagi buat pemain belakang, komunikasi itu sangat penting. Saya juga nyaman ketika main bareng Nova (Arianto),” ujar Maman.

Selain rekan di lini belakang, Maman juga mengungkapkan pelatih yang menurutnya memiliki sistem pertahanan yang paling baik. Selama lima musim memperkuat Persib, Maman sempat ditangani oleh beberapa pelatih, mulai dari Jaya Hartono, Daniel Roekito, Drago Mamic, dan tentunya Djadjang Nurdjaman. Di antara nama-nama pelatih tersebut, Maman menyebut Jaya Hartono sebagai pelatih yang memiliki sistem pertahanan yang paling sesuai dengan dirinya.

“Ya, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk dilatih oleh banyak pelatih bagus. Tapi untuk urusan sistem bertahan dan strategi, saya pikir Jaya Hartono yang paling cocok dengan saya. Pak Jaya punya karakter dan juga tegas terkait strategi. Tim juga sedang dalam komposisi yang bagus waktu itu. Kalau tidak salah, kami sempat tidak terkalahkan dalam 17 pertandingan.”

“Drago (Mamic) juga bagus. Terutama untuk urusan organisasi permainan. Kalau Pak Djadjang (Nurdjaman) sih lebih attack minded. Mungkin karena dia dulunya penyerang kali ya? Tapi beliau tipe pelatih yang bisa bangun team work dan sangat bagus ketika memotivasi pemain.”

Sempat Frustrasi Karena Cedera

Nama Maman Abdurrahman sempat menghilang dari peredaran setelah dilepas Persib Bandung pada 2013. Menghilang cukup lama, Maman kemudian muncul kembali bersama Persita Tangerang di Piala Presiden tahun 2015 lalu.

Mantan pemain PSIS Semarang tersebut menceritakan bahwa selepas dari Persib Bandung, ia sempat bergabung dengan Sriwijaya FC (SFC). Hanya bermain di kompetisi pra-musim, cedera ligamen kemudian akhirnya membuat Maman dilepas. Hampir setahun lebih hingga akhirnya Persita Tangerang mengontraknya. Maman juga menyebutkan siapa sosok yang membawanya kembali ke sepakbola setelah tenggelam dalam frustrasi karena cedera.

“Saya ingat betul waktu itu lawan pertama SFC di Liga adalah Persib Bandung. Saya sudah sangat siap, sudah ready. Tapi akhirnya saya cedera parah. Akhirnya saya nggak sempat main sama sekali musim itu. Musim belum selesai akhirnya saya dilepas. Di SFC saya hanya main di pra-musim, Inter Island Cup.”

“Cedera itu lumayan membuat saya frustrasi. Akhirnya saya memutuskan untuk vakum dulu, dan selama waktu itu saya fokus dengan penyembuhan kaki saya. Ikut terapi, pengondisian, dan juga banyak habiskan waktu di gym. Waktu itu saya sampai memilih untuk tidak mau tahu soal sepakbola Indonesia karena saking frustrasinya. Selama setahun itu saya nggak tahu apa-apa soal sepakbola Indonesia.”

“Akhirnya kaki saya sembuh. Kemudian dapat telepon dari Om Banur (Bambang Nurdiansyah). Beliau ngajakin saya untuk gabung ke Persita. Awalnya manajemen Persita juga ragu mau ambil saya, soalnya saya sudah senior dan juga baru sembuh dari cedera. Tapi Alhamdulillah akhirnya mereka memberikan kepercayaan sama saya dan mengontrak saya.”

“Ada cerita lucu sih sebenarnya waktu Om Banur kontak saya buat join ke Persita. Beliau telepon ‘Man, mau ikut saya ga ke Persita?’, saya jawab ‘Mau om mau’. Beliau lanjut lagi ‘Tapi main di divisi utama’. Langsung saya kaget, karena saya yang memilih untuk menghindari sepakbola Indonesia sementara waktu itu baru tau kalau Persita degradasi dari Liga Super. Tapi akhirnya saya tidak ambil pusing dan terima tawaran Om Banur. Saya sangat berterima kasih kepada Om Banur karena akhirnya saya bisa kembali main lagi, kembali ke lapangan, dan kembali masuk TV dan ditonton banyak orang,” ucap Maman sembari tertawa

Setelah Persita Tangerang, Maman juga mengikuti Bambang Nurdiansyah yang kemudian ditunjuk untuk menangani Persija Jakarta. Setelah sempat menghilang, Maman akhirnya kembali beredar di sepakbola nasional. Bahkan di klub barunya Maman terus berkembang, bahkan kini memiliki spesialisasi baru. Yang terjadi kepada Maman tentu kembali mengajarkan kita soal kesempatan atau kehidupan kedua.

Mengakhiri obrolan, Maman mengungkapkan keinginannya untuk terus bermain selama mungkin. Juga soal kemungkinan untuk kembali berseragam Tim nasional Indonesia.

“Sekarang usia saya 34 tahun. Saya pribadi ingin bermain selama mungkin. Soal di mananya sih, tergantung apakah tim saya saat ini masih membutuhkan saya atau tidak. Yang pasti, di mana pun saya bermain, saya akan memberikan yang terbaik.”

“Kalau soal Timnas, saya memilih buat realistis saja. Saya sekarang sudah tua dan banyak pemain yang lebih muda di posisi saya. Ada Fachrudin (Aryanto), Ngurah Nanak, Abdul Rahman, dan Gunawan (Dwi Cahyo) yang menurut saya kualitasnya bagus. Tapi kalau suatu saat nanti dipanggil (oleh Timnas), tentu saya tidak akan menolak,” pungkas Maman.

Komentar