Para Pencetak Gol Beruntun di Fase Grup Piala Eropa

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Para Pencetak Gol Beruntun di Fase Grup Piala Eropa

Sempurna. Kata tersebut mencerminkan penampilan Wales pada laga terakhir mereka di Grup B. Wales berhasil menang telak 3-0 atas Rusia di pertandingan terakhir Grup B Piala Eropa 2016. Hasil ini memastikan Wales keluar sebagai juara grup dengan nilai enam. Menjadi semakin luar biasa karena pemain andalan Wales, Gareth Bale, membuat catatan positif dengan berhasil mencetak gol di seluruh pertandingan selama fase grup.

Gol perdana Bale tercipta pada pertandingan perdana melawan Slovakia. Yang kedua kala berhadapan dengan Inggris tentu adalah yang paling spektakuler. Dan satu gol terakhir di partai melawan Rusia melengkapi kegemilangan Bale selama fase grup.

Namun mencetak gol beruntun atau “goal streak” di seluruh pertandingan fase grup Piala Eropa bukan hanya rekor milik Gareth Bale semata. Jauh sebelum Bale, sudah ada pemain-pemain yang melakukan hal serupa.

Piala Eropa 1984: Michel Platini

Piala Eropa 1984 menjadi salah satu turnamen paling spesial yang diraih oleh seorang Michel Platini. Merupakan turnamen internasional ketiga di mana Platini menjadi kapten Prancis, Platini mempersembahkan trofi Piala Eropa perdana dan terakhir untuk negaranya tersebut.

Platini sendiri keluar sebagai pencetak gol terbanyak turnamen dengan sembilan gol. Yang menjadi fenomenal terjadi pada fase grup. Tujuh dari sembilan gol yang dicetak Platini pada Piala Eropa 1984 dilakukan pada fase grup.

Setelah mencetak gol di pertandingan pembuka melawan Denmark, Platini kemudian mencatatkan hat-trick ketika Prancis bertemu dengan Belgia dan Yugoslavia di pertandingan-pertandingan selanjutnya. Awalan yang luar biasa dan berakhir manis karena di pengujung turnamen Platini berhasil membawa Prancis menjadi juara.

Piala Eropa 1996: Hristo Stoichkov dan Alan Shearer

Kembali menjadi tuan rumah turnamen besar, Inggris bisa dibilang tampil bagus di Piala Eropa 1996. Terlihat juga dari penampilan luar biasa penyerang mereka kala itu, Alan Shearer, yang mencetak gol di tiga pertandingan fase grup. Shearer mencetak satu gol ketika Inggris berhadapan dengan Swiss dan Skotlandia. Shearer melengkapi torehan gol di babak grup dengan menyarangkan dua gol ketika Inggris menang besar 4-1 atas Belanda di pertandingan terakhir. Langkah mereka terhenti setelah kalah dari Jerman di semifinal melalui babak adu penalti yang legendaris tersebut.

Selain Shearer yang menjadi jagoan tim tuan rumah kala itu, ada satu pemain lain yang secara konsisten mencetak gol di seluruh pertandingan fase grup. Ia adalah legenda sepakbola Bulgaria, Hristo Stoichkov. Meskipun menciptakan “goal streak”, Stoichkov gagal membawa Bulgaria untuk lolos dari fase grup karena harus puas berada di peringkat ketiga Grup B Piala Eropa 1996 di bawah Prancis dan Spanyol.

Piala Eropa 2000: Savo Milosevic

Savo Milosevic adalah salah satu nama yang mencuat dari Piala Eropa 2000. Di turnamen besar tepat di awal milenium baru tersebut, Milosevic secara mengejutkan keluar sebagai pencetak gol terbanyak turnamen bersama Patrick Kluivert dengan lima gol.

Sayang langkah Milosevic yang kala itu berseragam Yugoslavia harus berakhir tragis. Di babak perempat final mereka dihancurkan tuan rumah Belanda dengan skor besar 6-1, di mana satu-satnya gol yang disarangkan Yugoslavia kala itu dicetak oleh Milosevic.

Menjadi sebuah antiklimaks karena sepanjang fase grup Milosevic dan Yugoslavia bermain luar biasa. Penyerang yang tersohor ketika membela Aston Villa dan Real Zaragoza tersebut mencetak gol ke gawang lawan-lawan Yugoslavia di fase grup yaitu Spanyol, Norwegia, dan Slovenia.

Piala Eropa 2004: Milan Baros dan Ruud van Nistelrooy

Grup D Piala Eropa 2004 adalah yang paling menarik di Piala Eropa 2004. Grup tersebut seakan menjadi ajang pertunjukan dari dua penyerang haus gol, yakni Milan Baros (Rep. Ceko) dan Ruud van Nistelrooy (Belanda). Keduanya mencetak gol di seluruh pertandingan fase grup kala itu.

Di partai pertama grup, Baros berhasil menyumbang satu gol ketika Ceko menang tipis atas tim debutan Latvia. Sementara van Nistelrooy berhasil menyelamatkan Belanda dari kekalahan setelah tertinggal dari Jerman di babak pertama. Di laga kedua Baros dan Nistelrooy bertemu dan saling mencetak gol dalam partai dramatis yang berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Baros dan Republik Ceko. Keduanya juga mencetak gol dipertandingan terakhir masing-masing di fase grup.

***

Bale jelas berada dalam jalur yang benar. Semua pemain yang melakukan “goal streak” di fase grup selalu keluar sebagai pencetak gol terbanyak turnamen. Mulai dari Platini hingga Baros semuanya berhasil membawa pulang sepatu emas. Dengan Bale berhasil membawa Wales melaju ke babak selanjutnya, terbuka peluang untuk Bale mencetak gol lebih banyak lagi.

Namun dari tren yang sudah terjadi, hanya Platini yang mampu menggabungkan prestasi pribadi dengan kesuksesan tim. Selebihnya justru berakhir mengenaskan. Jadi apakah Bale akan mengikuti Platini atau berakhir seperti yang lain?

Komentar