Perjalanan Renato Sanches dari Lisbon ke Muenchen

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perjalanan Renato Sanches dari Lisbon ke Muenchen

Seorang pemuda dari Gununghalu bernama Alun sudah memantapkan hatinya. Ia ingin memberikan sebuah kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya di desa. Alun berpikiran kalau hidup di desa terus, dirinya tidak akan bisa memberikan apa-apa untuk keluarganya karena pada akhirnya apa yang akan ia dapat dalam hidup hanya segitu-segitu saja.

Selain itu, jika ia terlalu lama hidup di desa, ia tidak akan berkembang. Ia tidak akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidup; sebuah pengalaman yang kelak bisa ia bagikan kepada anak cucunya; sebuah pengalaman yang dapat mengubah cara pandangnya dan juga sikapnya terhadap kehidupan.

Oleh karena itu, di usianya yang masih 18 tahun ini, Alun memutuskan untuk merantau ke kota besar, ke sebuah kota yang bernama Jakarta. Jakarta adalah tujuan bagi setiap umat manusia yang ingin meraih sebuah penghidupan yang layak, juga pengalaman yang banyak. Bermodalkan ijazah SMA, ia berangkat dengan hati yang mantap menuju Jakarta.

***

Renato Sanches, seperti halnya seorang Alun, punya kehidupan yang hampir sama. Ia adalah pemuda 18 tahun kelahiran Lisbon. Di Lisbon, ia sudah terkenal dan menjadi pujaan banyak orang. Apakah ia artis? Atau apakah ia pemuda tertampan di Lisbon? Tidak. Bukan itu yang menjadi penyebab Sanches begitu dikenal di Lisbon.

Sanches adalah seorang pesepakbola yang bermain untuk Benfica. Semenjak belia, pemain berposisi gelandang ini sudah menarik perhatian banyak orang. Sebagai penghargaan atas bakatnya ini, ia pun masuk ke dalam tim Benfica Youth. Terus menampilkan permainan yang mengesankan, Sanches akhirnya berhasil naik ke Benfica U-19, dan juga Benfica B dalam waktu tak kurang dari tiga tahun. Sampai akhirnya pada November 2015, tim senior Benfica pun mengontrak dirinya dengan kontrak resmi sampai 2021.

Bukan hanya di level klub. Berkat penampilannya yang mengagumkan, Sanches pun berhasil mendapatkan panggilan dari Tim Nasional Portugal, mulai dari timnas lintas usia (tercatat Sanches pernah membela timnas Portugal U-15 sampai U-19), sampai akhirnya pada Maret 2016 ia mendapatkan debutnya untuk timnas senior Portugal. Bahkan, ia juga menimbulkan kebingungan tersendiri bagi Fernando Santos, pelatih timnas Portugal, apakah ia akan disertakan dalam skuad Piala Eropa 2016 atau tidak, akibat performa menawannya musim ini bersama Benfica.

Lalu, apa yang membuat penampilan seorang Sanches begitu menawan? Perhatikan permainannya di lini tengah Benfica: Lincah, dinamis, determinasi tinggi, ditambah dengan stamina yang kuat membuat ia begitu menonjol di lini tengah. Berbagai peran di lini tengah bisa ia mainkan, mulai dari holding midfielder, "Pemain No.10", gelandang sayap, bahkan gelandang box-to-box pun bisa ia perankan.

Bukan hanya itu, kelihaiannya dalam mendikte permainan lawan lewat tekel penting, lalu memulai penyerangan dengan melakukan dribel berani ke arah pertahanan lawan, membuat pemain yang bernama lengkap Renato Junior Luz Sanches ini menjadi kunci permainan tim asuhan Rui Vitoria. Tak heran, banyak klub yang menginginkan jasa seorang Sanches.

Salah satu aksi Sanches kala melawan Muenchen. (foto: squawka.com)

Maka, seperti kebanyakan pemuda yang jiwa merantaunya begitu tinggi, Sanches pun akhirnya membuat sebuah langkah penting dalam kariernya sebagai pesepakbola. Sanches sadar, bahwa jika ia selamanya bermain di Portugal, ia tidak akan berkembang dan perspektif serta pengalamannya hanya akan begitu-begitu saja. Pemain asli Lisbon ini pun akhirnya melangkah meninggalkan kampung halamannya.

Sanches akhirnya pergi ke Muenchen, salah satu kota tujuan para pesepakbola dunia, seperti halnya Jakarta yang menjadi tujuan bagi para perantau di Indonesia, dan memberikan sebuah harapan palsu bagi Manchester yang juga sangat menginginkan jasanya.

***

Musim 2016/2017, Sanches sudah resmi berseragam Bayern Muenchen, seperti halnya seorang Alun yang sudah tinggal di Jakarta selama beberapa tahun. Semoga saja, keputusan Sanches ini adalah keputusan yang tepat, mengingat Muenchen adalah tempat yang padat di mana yang tidak memiliki bekal cukup akan tertendang dari persaingan yang ketat.

Semoga juga, di masa depan nanti, Sanches tidak menyesali keputusannya untuk pindah ke kota besar (Muenchen), seperti halnya Alun saat ini yang menyesal kenapa ia harus ke Jakarta pada saat masa mudanya, karena ia gagal bersaing dengan para perantau lain yang memiliki bekal lebih baik daripada dirinya.

P.S. Alun saat ini tinggal di Bandung, dan menjadi ayah dari penulis artikel ini. Cerita Alun adalah cerita dari ayah si penulis yang gagal bersaing di Jakarta sebelum akhirnya hidup tenang di Bandung

ed: fva

Komentar