Tak Ada Penghargaan Nobel untuk Noble

Cerita

by redaksi

Tak Ada Penghargaan Nobel untuk Noble

Mark Noble merupakan salah satu pemain berbakat dari Inggris. Menempati pos gelandang tengah, gelandang berusia 28 tahun ini berhasil membawa West Ham ke papan atas tepatnya di peringkat lima klasemen sementara Liga Primer, padahal di musim lalu mereka finis di urutan 12.

Tak dapat dimungkiri bahwa peran Noble dalam racikan strategi Slaven Bilic, manajer West Ham, cukup sentral sehingga The Hammers bisa menempati papan atas. Noble merupakan pilihan utama Bilic di lini tengah.

Dalam asuhan Bilic, kini pemain kelahiran 8 Mei 1987 tersebut berada dalam performa terbaiknya. Ia sukses menyumbang  tiga gol dan empat assist, serta menciptakan 39 peluang bagi rekan-rekannya. Sebagai gelandang tengah, ia sukses melakukan umpan dengan rataan kesuksesan 86%. Bersama Cheikhou Kouyaté, Noble menjadi tumpuan lini tengah dari West Ham.

Sayangnya penampilan apiknya di tak membuatnya dipanggil untuk memperkuat Timnas Inggris sekalipun. Ironisnya pemain berusia 28 tahun tersebut sempat memperkuat U-16 hingga U-21 Inggris. Padahal para pemain yang sebelumnya tak pernah dipanggil pun diberikan kesempatan oleh pelatih Roy Hodgson untuk melakukan debutnya. Nama-nama seperti Delle Alli, Danny Drinkwater, Danny Rose dan Jamie Vardy adalah para pemain debutan semasa asuhan pelatih yang pernah menjadi arsitek Liverpool tersebut. Selain itu faktor lini tengah Inggris yang kompetitif juga membuat mimpi Noble tak terealisasi.

Hal tersebut ditambah dengan kemenangan yang diraih Inggris ketika berhasil menundukan Jerman saat uji coba Minggu (27/03) dengan skor 3-2. Sebuah prestasi  yang mengejutkan mengingat laga tersebut dihelat di Olympiastadion yang terletak di ibukota Jerman, dan kemenangan itu diraih setelah Chris Smalling dan rekan-rekan tertinggal dua gol terlebih dahulu. Hasil cemerlang itu semakin memperbesar kemungkinan bahwa skuat The Three Lions saat ini sudah bisa menjadi acuan untuk komposisi pemain yang akan dibawa Hodgson untuk berlaga di Euro 2016 Juni mendatang.

Noble sebenarnya memiliki darah Irlandia yang ia dapatkan dari kakeknya. Berdasarkan aspek tersebut sebenarnya ia memenuhi syarat untuk memperkuat Timnas Irlandia, akan tetapi ia menolak hal itu dan lebih memilih untuk mengabdi kepada Inggris walaupun kenyataanya ia tak pernah dipanggil untuk membela Inggris.

Loyalitasnya tak hanya diberikannya kepada Inggris tapi juga West Ham. Ia masuk di akedemi  klub yang bermarkas di Boleyn Ground tersebut sejak usianya baru menginjak 15 tahun.  Ia baru memulai debutnya di tahun 2005 ketika berhadapan dengan Wolverhampton, kala itu West Ham masih berada di Divisi Championship dan baru semusim kemudian ia merasakan atmosfer Liga Primer.

Akan tetapi sebelum mendapatkan tempat reguler di tim, pemain bertinggi badan 180 cm itu harus rela dipinjamkan ke berbagai klub seperti Hull City dan Ipswich Town. Tak lama setelah menempuh ilmu di kedua klub tersebut ,ia kembali lagi ke West Ham dan mendapatkan porsi di skuad saat era kepelatihan  Alan Curbisley pada musim 2007/2008.

Bahkan saat West Ham mengalami masa suram pada musim 2010/2011 berada di posisi juru kunci dan harus turun ke kasta kedua pun Noble masih menunjukan kesetiaanya. Dan loyalitasnya pun membuahkan hasil setelah di musim 2012/2013 ia berhasil membawa West Ham kembali ke liga teratas dalam piramida sepakbola Inggris tersebut.

Kesetiaan yang sebenarnya patut diapresiasi, loyalitas yang ditunjukannya kepada klub ibukota Inggris serta rasa nasionalis kepada negara tersebut ternyata tak cukup untuk membuatnya berseragam Inggris.

Jika ada Penghargaan Nobel yang diberikan untuk Mark Noble, ia pasti akan diberikan sebuah penghargaan tentang kesetiaan. Kesetiaannya dalam menunggu dan terus menunggu untuk masuk dalam skuat Inggris. Hingga kini hampir melewati usia emasnya, bahkan sekarang ia telah mencapai puncak performanya bersama West Ham, klub yang hampir 13 tahun dibelanya. Sayangnya loyalitas tak ada dalam kategori Penghargaan Nobel, bahkan untuk Noble itu sendiri.

Komentar