Tiada yang Salah Jika Nocerino Ingin Seperti Giovinco

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Tiada yang Salah Jika Nocerino Ingin Seperti Giovinco

Malang benar Antonio Nocerino. Sempat digadang-gadang sebagai wonderkid dari akademi Juventus, kini ia justru melanglangbuana di Liga Sepakbola Amerika Serikat, MLS. Padahal, Nocerino adalah pilar kesebelasan negara Italia U-20 dan U-21. Ia pun sempat ditunjuk menjadi kapten Italia U-23 pada 2008.

Nama Nocerino melambung kala ia membela Palermo. Itu pula yang membuat AC Milan tertarik merekrutnya pada 2011. Kala itu, Nocerino diharapkan bisa meneruskan tongkat estafet kejayaan Gennaro Gattuso di era kepelatihan Massimiliano Allegri. Ini bukannya tanpa alasan. Nocerino adalah tipe pemain pekerja keras. Ia pun selalu tampil energi dan cepat di atas lapangan. Selain itu, Nocerino pun bisa memainkan sejumlah posisi dan peran, baik sebagai gelandang bertahan atau gelandang serang; gelandang box-to-box, hingga menjadi winger sekalipun.

Musim perdana Nocerino dengan AC Milan bisa dibilang meyakinkan, meski ia gagal membantu Milan mempertahankan scudetto. Milan kala itu mesti puas berakhir di peringkat kedua karena digeser Juventus. Namun Nocerino tetaplah dianggap pemain hebat. Dirinya masuk ke dalam Serie-A Team of the Year 2011/2012. Nocerino masuk bersama dua pemain yang belum bisa membuat Milan move on, yaitu Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva. Penampilan yang memuaskan bersama Milan membuatnya semakin pantas berseragam Italia pada Piala Eropa 2012.

Namun, karier Nocerino mulai menampakkan ujungnya saat Allegri dipecat pada awal 2014. Gelandang setinggi 175 sentimeter tersebut mulai sering menghangatkan bangku cadarangan di era kepemimpinan Clarence Seedorf. Sadar kariernya mandek, Nocerino membuat keputusan mengejutkan dengan meninggalkan Milan pada akhir Januari 2014. Nocerino mengadu nasib ke Liga Primer Inggris untuk memperkuat West Ham United dengan status pinjaman. Sayang, ia gagal beradaptasi dan kembali ke Italia untuk memperkuat Torino pada awal musim 2014/2015, masih dengan status pinjaman

Saat memperkuat Torino, Nocerino gagal mengembalikan performa terbaiknya. Pada 15 Januari 2015, Nocerino pun hengkang ke Parma dengan misi menyelamatkan kesebelasan itu dari degradasi. Namun Parma tetap tidak terselamatkan karena mengalami kebangkrutan. Padahal pemain kelahiran Naples, 9 April 1985 ini sudah dipercaya Parma atas 20 penampilan dan tiga gol.

Kendati demikian, ia tetap bukan pilihan utama ketika kembali ke Milan dari masa pinjamannya. Sehingga Nocerino masuk dalam daftar pemain yang akan dilepas pada bursa transfer musim dingin 2016. "Antonio Nocerino? Dia satu-satunya pemain menuju keluar. Kami mengharapkan tawaran dari MLS tiba dan itu bisa menjadi solusi," ungkap Adriano Galliani, Wakil Presiden Milan, seperti dikutip dari MLS Soccer.

Bak gayung bersambut, Nocerino pun dikejar D.C United dan Orlando City dari MLS. Milan pun memutus kontraknya pada Senin (15/2) lalu, sehingga itu menjadi pertanda ia semakin merapat ke MLS. Akhirnya, pemain yang identik dengan nomor 23 ini lebih memilih bergabung dengan Orlando. Di sana, Nocerino kembali bergabung bersama Kaka, mantan rekannya di Milan semasa 2013/2014.

"Saya tidak mengharapkan apapun dari Milan. Saya butuh merasakan kebaikan dan memilih proyek di mana saya akan benar-benar merasakan bagian integral dari tim, dengan fakta dan bukan hanya kata-kata. Saya bertahan dengan Milan untuk mendapatkan kesempatan, saya ingin menempatkan diri saya ke dalam pembicaraan dan mendapatkan ruang," ujar Nocerino, seperti dikutip dari Football-Italia.



Giovinco Adalah Contoh Kebangkitan Pemain Italia di MLS

Kaka adalah salah satu representasi pemain Eropa yang telah memasuki usia senja dengan berlabuh dengan MLS. Begitu juga dengan Marco Di Vaio, Didier Drogba, Thierry Henry, Frank Lampard, David Beckham, Andrea Pirlo, dan lainnya. Tapi bergabungnya Nocerino di MLS, memperkuat jika Liga Amerika Serikat tidak hanya dijadikan surga khusus pensiunan sepakbola. Nocerino masih berumur 30 tahun ketika berkarier di MLS saat ini. Sebelumnya, Innocent Emeghara, mantan pemain Siena dan Livorno, pun bergabung ke San Jose Earthquakes dalam usia 26 tahun.

Tapi yang paling fenomenal adalah Sebastian Giovinco, gelandang FC Toronto. Sama seperti Nocerino, ia adalah pemain yang pernah digadang-gadang sebagai wonderkid dari akademi Juventus. Giovinco pun merupakan pemain penting Italia junior dan beberapa kali main bersama timnas senior

Namun karir Giovinco sempat naik turun bersama Juventus. Justru ia lebih bersinar ketika dipinjamkan ke Empoli dan Parma. Kendati demikian, ia tetap menjadi bagian penting bagi kejayaan Juventus dalam beberapa tahun terakhir ini. Giovinco membuat kejutan ketika memutuskan pindah ke MLS pada usia 28 tahun. Giovinco masih terbilang muda jika dibanding dengan Drobga, Lampard, Pirlo dan lainnya hijrah ke MLS di atas usia 30 tahun.

Tapi pilihan pemain berkepala plontos itu tidaklah salah. Performa Giovinco kembali stabil bersama Toronto atas 22 gol dari 33 laganya sejauh ini. Dirinya pun dipanggil kembali ke skuat Italia oleh Antonio Conte pada ajang kualifikasi Piala Eropa 2016.

Setali tiga uang dengan Giovinco, sebetulnya keputusan Nocerino untuk pindah ke MLS saat ini pun agak disayangkan. Usia 30 tahun tidaklah tua-tua amat dan masih produktif untuk pesepakbola asal Italia. Pada usia 30 pun ia masih punya kesempatan untuk memperkuat kesebelasan papan tengah Serie-A. Apalagi Nocerino merupakan pemain bereputasi baik ketika muda, sehingga pengalamannya bisa dibutuhkan pesepakbola belia di Italia.

Tapi tampaknya ia punya pemikiran yang sama dengan Giovinco, bahwa keputusannya saat ini bukanlah soal uang, melainkan mengembalikan kemampuan terbaiknya. Nocerino pasti masih memiliki ambisi untuk kembali ke Italia, apalagi bisa berlaga pada Piala Eropa 2016 nanti.

Tidak ada yang salah atas visi dan misi Nocerino di MLS. Nocerino berharap kisah Giovinco bisa terulang kepada dirinya. Membuktikan jika ia adalah bekas wonderkid yang masih layak disebut sebagai pemain berkualitas.

Komentar