Ketika Sepakbola "Made In China" Mengguncang Dunia

Cerita

by Ammar Mildandaru Pratama 28715

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Ketika Sepakbola "Made In China" Mengguncang Dunia


Jangan Belajar (Sepakbola) Hingga Negeri Cina?

Cara sepakbola Cina untuk bangkit dan menjadi kekuatan besar di dunia terlihat sedikit tak masuk akal. Meningkatkan euforia serta eksistensi global bersamaan dengan fondasinya sekaligus secara besar-besaran. Pertanyaannya kemudian sejauh mana mereka kuat secara sumber daya jika menggunakan cara seperti ini?

Ada beberapa contoh negara-negara yang melakukan revolusi sepakbola dan kemudian berhasil. Namun kecenderungannya adalah berfokus pada satu hal saja.

Pertama yakni Belgia, negara peringkat pertama FIFA saat ini. Kegagalan demi kegagalan yang menimpa membuat negara Eropa ini merancang cetak biru sepakbola. Isinya adalah memperbaiki pembinaan agar mampu menghasilkan tim nasional yang berprestasi di kemudian hari. Langkah yang dimulai pada tahun 2000 tersebut menuai hasilnya sekarang.

Belgia menjadi negara pertama dari grup B yang lolos ke putaran final Euro 2016. Nama mereka juga kini sejajar dengan kekuatan besar sepakbola dunia, dan jika yang dinilai adalah peringkat FIFA, Belgia adalah nomor satu di dunia. Para pemainnya juga sudah tersebar di liga-liga besar Eropa, dengan pemain muda potensial lainnya yang siap menyusul kemudian.

Baca pembahasan cetak biru Belgia secara lengkap di sini.

Contoh lain yang melakukan revolusi adalah Amerika Serikat dan India. Berbeda dengan Belgia yang fokus pada kekuatan tim nasional, kedua negara tersebut memilih meningkatkan branding sepakbola di negaranya. Alasan yang masuk akal mengingat sepakbola di sana bukan merupakan olahraga populer. Meski kemudian muaranya tetap sama yaitu prestasi, tetapi strategi mereka adalah mempopulerkannya terlebih dahulu.

Secara khusus Amerika melalui MLS-nya bahkan menerapkan aturan ketat terutama yang berkaitan dengan finansial. Cara tersebut membuat kelangsungan liga menjadi terjamin karena diperhitungkan secara matang. Bahkan meski dibatasi secara finansial MLS masih bisa mendatangkan pemain-pemain top Eropa meski di usia yang tak lagi muda.

Baca juga:

Cara Mewah Sepakbola India untuk Bangkit dari Keterpurukan

MLS: Liga dengan Pendekatan Bisnis


Perbandingan di atas membuat cara yang dilakukan oleh Cina terlihat sangat ambisius. Negara komunis tersebut berusaha membangkitkan sepakbolanya secara instan. Padahal sepakbola merupakan olahraga yang secara tradisi masih didominasi negara-negara kuat. Piala Dunia misalnya yang sudah diselenggarakan sejak 1930 baru bisa menghasilkan 8 juara, tidak ada juara yang berasal dari luar Eropa dan Amerika Selatan.

Bertarung secara langsung dengan mereka tanpa persiapan panjang jelas bisa membuat Cina bisa kepayahan. Lalu apakah dengan cara ini mereka mampu menuju tujuan yang diinginkan? Karena jika gagal bukan tidak mungkin sepakbola "Made in China" ini tidak akan bisa tercipta.

Komentar