Mengenang Musim Terburuk Persipura Jayapura di Era Liga Indonesia

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengenang Musim Terburuk Persipura Jayapura di Era Liga Indonesia

Persipura Jayapura adalah kesebelasan tersukses di Indonesia sejak era Liga Indonesia digulirkan. Kesebelasan berjululuk Mutiara Hitam ini sekali menjadi juara ketika kompetisi masih bernama Liga Indonesia dan tiga kali setelah bertransformasi menjadi Liga Super Indonesia.

Sejak kompetisi Perserikatan dan Galatama dileburkan pada 1994, hampir tidak ada kesebelasan yang mampu menggebrak dominasi kesebelasan Pulau Jawa seperti Persik Kediri, Persebaya, dan Arema, kecuali Persipura. Bakat-bakat lokal tanah Papua menjadi ciri khas tersendiri bagi Persipura. Bahkan, bisa dibilang mereka adalah satu-satunya kesebelasan besar dalam kancah sepakbola Indonesia yang mengandalkan kemampuan putra daerah mereka sendiri.

Tidak ada kejayaan tanpa kesusah payahan terlebih dahulu; tidak ada kesuksesan sebelum menemui kegagalan. Apa yang diraih Persipura saat ini bukanlah hasil instan, tetapi sebuah hasil manis dari sebuah perjuangan jatuh bangun dengan amat berat. Mereka bahkan pernah merasakan titik terendah dalam perjalanan sepakbola mereka. Persipura yang biasanya selalu terlihat tampil superior, kala itu luluh lantak dan tertahan di peringkat yang bisa dibilang mengerikan. Kejadian tersebut terjadi pada Liga Indonesia ke-12 pada 2006.

Tersungkur di Papan Tengah dan Gagal Lolos ke Babak Delapan Besar.

Musim tersebut adalah periode kedua Liga Indonesia kembali menggunakan sistem dua wilayah, yaitu Wilayah Barat dan Wilayah Timur atau dalam edisi lain disebut Wilayah Satu dan Wilayah Dua. Satu wilayah kompetisi biasanya terdiri dari 14 sampai 16 tim. Empat tim terbaik dari masing-masing wilayah kemudian melaju ke babak delapan besar untuk kemudian disaring lagi untuk berlaga di babak semifinal.

Skuat Persipura Jayapura Liga Indonesia 2006
Skuat Persipura Jayapura Liga Indonesia 2006

Memulai musim dengan status sebagai juara bertahan, Persipura tidak menunjukan sebuah tren positif. Mereka tidak pernah menang di lima partai perdana mereka, termasuk menelan kekalahan di kandang sendiri melawan Persik Kediri dengan skor telak 0-3.

Baru pada partai keenam mereka berhasil memenangkan pertandingan, yaitu ketika mereka menjamu Deltras Sidoarjo pada 7 Febuari 2006.  Setelahnya mereka justru menerima tiga kekalahan beruntun, termasuk saat takluk di "Derby Papua" melawan Persiwa Wamena. Lebih mengenaskan lagi laga pertemuan antar tim Papua tersebut dipertandingkan di kandang Persipura, Stadion Mandala.

Sempat meraih hasil positif dengan mengalahkan dua tim asal Balikpapan yaitu PKT Bontang dan Persiba Balikpapan, mereka kembali menelan kekalahan dari PSS Sleman pada 20 Mei 2006 sekaligus membuat mereka tidak beranjak dari posisi yang tinggal beberapa strip saja dari zona degradasi.

Pergantian pelatih di pertengahan musim tidak banyak membantu. Pada partai terakhir, mereka memang menang besar dengan skor 5-0 atas Persema Malang. Namun hasil tersebut tidak berpengaruh terlalu banyak. Persipura hanya mampu merangkak ke posisi kedelapan klasemen akhir Wilayah Timur. Bahkan posisi mereka berada di bawah sang rival daerah, Persiwa Wamena.

Klasemen akhir Liga Indonesia 2006 Wilayah Timur
Klasemen akhir Liga Indonesia 2006 Wilayah Timur

Dari empat kesebelasan yang lolos ke babak delapan besar, jelas yang menjadi kejutan adalah Persmin Minahasa yang berhasil keluar sebagai peringkat pertama Wilayah Timur. Adalah pelatih Joko Malis yang menjadi sosok kunci keberhasilan kesebelasan berjuluk “Manguni Makasiouw” tersebut untuk menjadi tim kejutan. Bahkan mereka berhasil melaju ke babak semifinal, hingga akhirnya dikalahkan Persik Kediri yang kemudian menjadi juara kompetisi.

Persik Kediri yang menjadi juara Liga Indonesia memang sedang berada dalam era keemasannya. Generasi legendaris yang berisikan trio legiun asing, yaitu Ronald Fagundez, Danilo Fernando, dan Christian ‘El Loco’ Gonzales, yang kala itu belum menerima status sebagai WNI. Ditambah talenta-talenta lokal seperti Budi Sudarsono, Hariyanto, dan Jefri Dwi Hadi.

Hengkangnya Pelatih dan Bintang Tim Menjadi Penyebab Kegagalan

Babak belurnya Persipura pada musim tersebut memang lebih banyak dikarenakan faktor internal tim. Setelah meraih gelar juara Liga Indonesia 2005, banyak elemen tim yang hijrah, sehingga kekuatan tim yang berdiri pada 1963 tersebut tidak sama seperti musim sebelumnya.

Keterpurukan tersebut diawali dengan hijrahnya pelatih Rahmad Darmawan yang hengkang ke mantan klub saat ia bermain, Persija Jakarta. Pelatih pengganti, Antonio ‘Toni’ Gonzaga Netto, tidak mampu mengemban harapan publik sepakbola Papua yang dibebankan kepadanya. Padahal semusim sebelumnya ia berhasil membawa Perak FA menjadi kampiun di Liga Malaysia. Kesulitan adaptasi disebut-sebut menjadi faktor utama biang kegagalan Toni Netto.

Christian Warobay, pemain terbaik Liga Indonesia 2005
Christian Warobay, pemain terbaik Liga Indonesia 2005

Pemain-pemain yang menjadi kunci Persipura menjuarai liga juga hijrah ke klub lain. Gelandang bertahan Marwal Iskandar mengikuti jejak Rahmad Darmawan ke Persija, sementara pemain terbaik Liga Indonesia 2005 Christian Warobay, dan penyerang asing Christian Lenglolo, juga bek Mauly Lessy mendarat di Sriwijaya FC.

Para pemain pengganti yang didatangkan tidak bermain sesuai harapan. Christian Carrasco yang diplot sebagai ujung tombak tim menggantikan Lenglolo, tidak tampil sebuas seperti musim sebelumnya. Pemain yang identik dengan perayaan gol dengan menggunakan topeng Spiderman tersebut hanya berhasil mencetak 12 gol. Selain itu, Bio Paulin yang baru mencicipi atmosfer sepakbola Indonesia, masih dalam proses adaptasi.

Sementara itu para pemain muda seperti Immanuel Wanggai, Korinus Fingkrew, dan Ian Luis Kabes, belum mampu menggantikan peran para seniornya. Cedera patah kaki yang dialami Boaz Solossa kala membela kesebelasan negara Indonesia melawan Hong Kong setahun sebelumnya juga semakin menyulitkan Persipura musim itu.

***


Di luar intrik dan seluruh fenomena mengerikan yang terjadi, sepakbola Indonesia juga mengajarkan sesuatu yang luar biasa: tetap berjuang dan berusaha keras karena hasil tidak akan mengkhianati. Setelah kegagalan pada 2006 tersebut, Persipura terus berbenah hingga dua tahun kemudian mereka berhasil kembali menjadi Juara Liga Indonesia. Hingga sepuluh tahun sejak musim yang seakan menjadi mimpi buruk tersebut, Persipura konsisten menjadi kekuatan dominan dalam sepakbola Indonesia.

Sumber : detiksports, RSSSF, Persipuramania.com

Foto : Persipuramania.com

Komentar