Rudolf Yanto Basna, Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Calon Bintang Indonesia

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rudolf Yanto Basna, Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Calon Bintang Indonesia

Ada yang menarik dalam gelaran Piala Jenderal Sudirman kali ini. Ada seorang pemain yang sosoknya tinggi besar, tampil tanpa ragu dan disiplin ketika mengawal lini pertahanan Mitra Kukar. Sebagai pemain belakang ia tidak melulu mengambil bola dengan sebuah tekel, ia juga handal bermain secara taktis ketika bertahan.

Kebanyakan orang menyangka bahwa ia adalah salah satu dari legiun asing yang dimiliki oleh klub asal Kalimantan Timur tersebut. Dan tidak juga ada yang menyangka bahwa pemain yang berposisi sebagai bek tengah ini adalah seseorang yang lahir dan besar di Nusantara, yang lebih mengejutkan lagi ternyata ia baru berusia 20 tahun.

Namanya Rudolf Yanto Basna, lahir di Papua pada 12 Juni 1995. Yanto bahkan sudah sering merantau sejak kecil bahkan pendidikan SMAnya dijalani di Jakarta, sebagai bagian dari program sepakbola usia muda, diklat Ragunan. Sebenarnya di level usia muda Yanto sudah dikenal sebagai defender berbakat, ia termasuk kedalam tim SAD Indonesia yang berangkat ke Uruguay dan ia juga sebenarnya merupakan salah satu dari personil Garuda Jaya (Tim nasional U-19 asuhan Indra Sjafrie).

Kegagalan Indonesia melaju ke babak utama di Piala Asia U-23 tahun 2015 lalu, disebut-sebut salah satu penyebab utamanya adalah cedera yang dialami Yanto. Kejadian ini masih menjadi salah satu kejadian yang paling berat dalam karier Yanto Basna.

yanto basna 2

"Cederanya terjadi waktu persiapan tim U-19 untuk turnamen di Sidoarjo (Piala AFF U-19)" ujar Yanto membuka obrolan. "Waktu itu sedang uji tanding melawan Valencia. karena tidak terlalu sakit, akhirnya saya tidak terlalu mepermasalahkan, waktu itu saya tidak sampai kepikiran bahwa saya ternyata cedera parah. ligamen saya ternyata robek".

Baca juga :

Penjelasan dari Fisioterapis Persib Terkait Cedera Zulham Zamrun


"Sempat bete sih apalagi cederanya beberapa kali kambuh termasuk sebelum main di Kualifikasi Piala Asia U-23. Akhirnya operasi dan harus istirahal minimal tiga bulan". Ketika ditanya apa kunci kesembuhanya Yanto menyebutkan bahwa ia selalu percaya bahwa ia akan sembuh dan bermain sepakbola kembali

"Yang penting percaya bakal sembuh, saya percaya kalau saya akan bermain lagi. Saya juga tidak menjalani terapi khusus setelah operasi, hanya sering bermain air saja di pantai Papua, dan saya bersyukur akhirnya sembuh dan bisa bermain kembali".

Sepanjang turnamen PJS kali ini Yanto bermain luar biasa. Membuat gawang Shahar Ginanjar hanya kemasukan delapan gol sepanjang kompetisi dan membawa Mitra Kukar ke partai final. Ketika ditanya penyerang mana yang paling sulit dikawal selama kompetisi, ini jawaban Yanto.

"Sebenarnya semua penyerang sama saja, punya kesulitan masing-masing ketika dikawal. Tetapi menurut saya pribadi penyerang asal Papua yang paling menyulitkan, mereka cepat. Apalagi saya berasal dari Papua, jadinya agak sungkan begitu" tutur pemain yang menjadikan bek naturalisasi asal Nigeria, Victor Iqbonefo sebagai idola ini.

Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Sebuah Universitas di Yogyakarta.

Tidak banyak yang tahu, bahwa Yanto bersama dua rekan setimnya di Mitra Kukar, Dinan Javier dan Septian David Maulauan. Saat ini terdaftar sebagai salah satu mahasiswa semester empat ilmu keolahragaan sebuah universitas negeri di Yogyakarta.

"Ya, saya saat ini kuliah di Yogyakarta, dan karena kesibukan bermain dan kuliah akhirnya jadi jarang pulang ke Papua" sebut Yanto diiringi tawa. "Setiap ada libur pertandingan, langsung berangkat ke Yogya untuk mengurusi perkuliahan,bahkan meskipun liburnya itu cuma dua hari"

yanto basna 3

Ditanya apakah kuliah di pulau Jawa, membuat ia lancar berbahasa jawa, apalagi namanya sendiri memiliki aksen Jawa yaitu 'Yanto'. Mantan pemain Sriwijaya U-21 ini bahkan menyebut bahwa ia tidak hanya lancar berbahasa Jawa.

"Sedikit-sedikit sih, saya belajar dari kawan-kawan (pemain) lain yang berbahasa jawa, apalagi teman-teman dekat saya banyaknya orang Jawa jadi saya terbiasa dengar mereka berbicara. Sebenarnya sedikit-sedikit juga ngerti (bahasa) Minang, terutama kalau buat bercanda sama kawan".

Dengan usia yang masih 20 tahun dan sudah menembus tim utama klubnya, Yanto memang memperlihatkan karier sepakbola yang menjanjikan. Dengan melihat peformanya saat ini, tidak lama lagi publik sepakbola Indonesia akan melihat Yanto mengenakan seragam tim nasional senior, tentunya dengan catatan setelah sanksi FIFA dicabut.

Menutup obrolan ketika ditanya sebagai putra Papua, apakah ia memiliki keinginan untuk memperkuat Persipura Jayapura. Yanto berujar bahwa keinginan itu ada, tetapi saat ini ingin lebih banyak belajar dan menempa diri sebelum kembali ke tanah kelahirannya.

"Saya lahir di Jayapura, dan tentunya Persipura menjadi tim kebanggaan. Semua anak Papua pasti tim idolanya adalah Persipura. Keinginan untuk membela Persipura tentu ada, tapi tidak sekarang. Saya masih ingin belajar untuk jadi lebih baik lagi, saya masih perlu banyak belajar, ketika sudah lebih matang, mungkin saya akan kembali (ke tanah Papua untuk bermain di Persipura)" pungkas Yanto.

Komentar