Menjaga Kebesaran Sebuah Kesebelasan à la Santos (Bagian 2)

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menjaga Kebesaran Sebuah Kesebelasan à la Santos (Bagian 2)

Era Baru Santos FC dan Kelahiran Neymar Baru

Kepemimpinan Teixeira berakhir pada 2009, dengan hutang yang masih menumpuk. Namun dalam 10 tahun menjadi presiden Santos, ia berhasil memberikan dua gelar Serie A, trofi Copa Paulista, dan Campeonato Paulista (kejuaraan antar kesebelasan di Sao Paulo).

Luiz Alvaro Ribeiro didapuk sebagai presiden Santos berikutnya. Dan Ribeiro, terus menjaga mimpi Teixeira yang ingin menjadikan Santos sebagai kesebelasan terkuat di Brasil menggunakan pemain para pemain lulusan akademi.

Hasilnya, sejak tahun 2010, Santos selalu masuk dalam tiga kesebelasan dengan rata-rata usia pemain termuda. Bahkan pada tahun 2011 dan 2012, Santos menjadi kesebelasan dengan rata-rata pemain termuda pertama.

Memang, dengan sederet pemain muda yang dimilikinya, Santos belum lagi meraih kampiun juara Brasileiro Serie A sejak 2004. Namun prestasi mengesankan diraih Santos pada 2011. Dengan rataan umur hanya 22,3 tahun, termuda pertama di Brasil, Santos berhasil menjuarai Copa Libertadores. Trofi ini terakhir kali berhasil diraih Santos hampir 50 tahun lalu, tepatnya pada 1963, pada era keemasan Pele.

Para pemain muda Santos pun berhasil mempertahankan kebesaran Santos di Sao Paulo dengan tiga kali beruntun menjadi juara Campeonato Paulista pada 2010, 2011, 2012, dan 2015 lalu. Trofi tahun 2015 sendiri menjadi trofi ke-21 Santos pada kejuaraan yang diikuti oleh 20 kesebelasan asal Negara Bagian Sao Paulo ini.

Ini tentu saja menjadi prestasi yang cukup membanggakan bagi Santos yang mampu menyaingi tiga kesebelasan asal ibu kota Sao Paulo: Corinthians, Palmeiras, dan Sao Paulo FC. Santos menyamai trofi Campeonato Paulista milik Sao Paulo dengan 21 trofi. Jumlah tersebut hanya kalah satu trofi dari Palmeiras, serta enam trofi dari Corinthians yang memiliki trofi Campeonato Paulista terbanyak.

Tak seperti Corinthians, Palmeiras, dan Sao Paulo FC yang berasal dari ibu kota Sao Paulo, Santos berasal dari kota pelabuhan yang letaknya jauh dari ibu kota. Kota Santos yang populasinya tak lebih dari 500 ribu penduduk ini mayoritas dihuni oleh kelas pekerja.

Sebagaimana tipikal masyarakat kelas pekerja, stadion Urbano Cladeira, markas Santos FC, pun selalu dipenuhi oleh ‘mereka’ yang haus akan pertandingan sepakbola. Salah satu stadion tertua di Brasil berkapasitas 18 ribu penonton ini selalu dipenuhi oleh para pendukung Santos yang memiliki tiga kelompok suporter besar: Torcida Jovem do Santos, Sangue Jovem, dan Forca Jovem Santos.

Menurut survey sebuah institut penelitian, pada 2006, Santos merupakan kesebelasan keempat terpopuler di Brasil. Berdasarkan hasil tersebut, dari sekitar 10 juta penduduk Brasil, 4%-nya atau sekitar 250 ribu penduduk merupakan pendukung Santos. Sedangkan untuk pendukung Santos yang merupakan anggota resmi, tercatat lebih dari 70 ribu.

Kabarnya, atmosfer Urbano Cladeira yang seperti neraka ini membuat para pemain muda mendapatkan tekanan yang luar biasa kala bermain. Dari sini lah para pemain muda tersebut bisa meningkatkan mental, di mana hal ini akan menjadi modal bagi mereka ketika bermain di level yang lebih tinggi.

Tuntutan supporter Santos pun semakin tinggi setiap musimnya. Mereka pun mulai merasakan haus gelar juara Brasileiro Serie A yang sudah 10 tahun tak mampir ke kota Santos. Maka di tengah para pemain muda yang terus bermunculan, pemain-pemain senior pun didatangkan untuk menghadirkan trofi yang mulai diidam-idamkan ini.

Salah satu cara yang dilakukan manajemen Santos adalah ‘memanggil’ kembali mantan pemain Santos yang pernah menghadirkan trofi Serie A pada 2002 dan 2004. Pada awal musim 2015, Santos meminjam salah satu mantan pemain terbaiknya, Robinho, dari AC Milan. Elano yang sebelumnya bermain untuk kesebelasan asal India, Chennaiyin FC, pun kembali memperkuat Santos. Musim sebelumnya, Renato yang memberikan gelar juara pada 2004 pun direkrut dari Botafogo.

Meskipun begitu, para pemain berpengalaman ini tak membuat Santos melupakan filosofi yang dibangun oleh Teixieira yang menginginkan para pemain akademi mendapatkan tempat di tim senior. Karena Santos musim 2015 pun tercatat sebagai kesebelasan dengan rataan umur termuda keempat di Brasil.

Gabriel Barbosa sendiri menjadi berlian baru dari akademi Santos saat ini. Meski masih berusia 19 tahun, Gabriel sudah didapuk sebagai pengguna nomor 10 dalam skuat senior Santos. Bermain sebagai second striker, Gabriel pun disebut-sebut sebagai ‘The New Neymar.

Gabriel Barbosa yang dijuluki sebagai
Gabriel Barbosa yang dijuluki sebagai "The New Neymar" (via: socialspirit.com)

Keberadaan Gabriel dengan kemampuannya yang menjanjikan pun menjadi bukti bawha akademi Santos akan selalu melahirkan Neymar, Robinho, dan Diego baru. Bahkan bukan tak mungkin, akademi Santos pun akan mencetak Pele baru di masa depan.

foto: noticias.bo.uol.com

Komentar