Takdir Menginginkan Mandžuki? Hijrah ke Juventus

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Takdir Menginginkan Mandžuki? Hijrah ke Juventus

Fakta-Fakta di Balik Kepindahan Mandzukic ke Juventus

Sebelum akhirnya resmi menjadi milik Juventus pada musim panas 2015 lalu, sejumlah media menyebutkan bahwa adanya masalah antara Mandzukic dengan pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone. Simeone dianggap terlalu mengistimewakan Fernando Torres sehingga membuat Mandzukic mulai sering duduk di bangku cadangan atau memulai laga dari bangku cadangan. Hal itulah yang membuat isu ketidaknyamanannya di Atleti merebak.

Namun Mandzukic membantah hal tersebut. Justru menurutnya, ia sebenarnya ingin bertahan di Madrid bersama Atleti. Pun begitu dengan Atleti yang ingin mempertahankannya. Hanya saja ketika datang tawaran dari Juventus, ia mulai mempertimbangkan untuk hijrah ke Turin untuk bergabung bersama Si Nyonya Tua.

“Tidak ada seorang pun (di Atleti) yang menyuruh saya pergi, bahkan sebenarnya mereka tak mau saya pergi. Tapi ketika cerita soal hubungan buruk saya dengan pelatih mencuat, mulai muncul beberapa tawaran dari klub lain yang ingin membeli saya,” terang pemain kelahiran 21 Mei 1986 tersebut.

“Saya memiliki masa yang baik-baik saja selama di Madrid. Simeone selalu adil pada saya, ia juga selalu mendukung saya dan menyatakan bahwa betapa pentingnya saya bagi tim. Cedera-lah yang menjadi faktor utama yang mengganggu saya, dan membuat saya tak bisa berjuang dengan 100% kemampuan. Kemudian, media menuliskannya dengan banyak hal, termasuk hubungan buruk saya dengan pelatih. Itu semua bohong,” tambahnya.

Penuturan Mandzukic di atas menunjukkan bahwa bisa dibilang sebenarnya media-lah yang membuatnya hijrah ke Juventus. Tanpa isu miring yang dihembuskan media, bisa jadi Juventus tak akan melayangkan tawaran ke Atleti untuk mendapatkan Mandzukic.

Mandzukic juga menceritakan bahwa sebenarnya Juventus pernah coba mengaetnya pada 2012 lalu. Ia pun mengamini bahwa Juventus adalah kesebelasan favoritnya di masa kecil dengan Gianluigi Buffon sebagai pemain idolanya. Sudah mengetahui banyak hal dari Juventus membuatnya yakin untuk pindah ke runner-up Liga Champions musim lalu tersebut.

“Itu benar. Juventus coba merekrut saya sebelum Piala Eropa 2012. Tapi kemudian Bayern datang dan memberi jaminan bahwa mereka benar-benar membutuhkan saya. Saya saat itu bermain di Bundesliga [bersama Wolfsburg], dan Bayern merupakan puncak cerita di sana. Saya hengkang ke Munich, tapi tiga tahun kemudian takdir menginginkan saya untuk pergi ke Turin,” kenang Mandzukic.

“Saya sudah mengenal Barzagli sebelumnya ketika masih di Wolfsburg. Pemain Juve lainnya bertemu di pertandingan timnas atau antar klub. Buffon merupakan pemain idola saya. Chiellini, meski saya berduel dengannya di lapangan (ketika menjadi lawan), tapi kami selalu bersalaman usai pertandingan. Saya bisa dibilang mengenal setengah dari Juventus dengan sangat baik sebelum saya bergabung. Hal itu meyakinkan saya untuk menerima tawaran mereka,” tambahnya.

Dengan segala apa yang diungkapkannya tersebut, kepindahan Mandzukic ke Juventus menjadi cerita unik tersendiri. Ia sempat ke Munich, kemudian ke Madrid, sampai akhirnya bergabung dengan kesebelasan yang sebenarnya ia sukai sejak lama.

Juventus sendiri beruntung memiliki pemain yang akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk tim. Buktinya, ia terus berjuang dengan cedera yang dialaminya dengan jangka waktu yang tidak sebentar sebelum akhirnya mulai kembali pada performa terbaiknya dan membuat Juventus kembali menjadi salah satu kandidat juara Serie A Italia, yang mana bisa jadi gelar kelima beruntun bagi Si Nyonya Tua tersebut.

foto: theguardian

Komentar