Sebab Sepakbola Tidak Boleh Dikalahkan Terorisme

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Sebab Sepakbola Tidak Boleh Dikalahkan Terorisme

Stadion ?zmit ?smetpa?a merupakan markas dari Kocaelispor, klub Turki, pernah menjadi ketergantungan masyarakat Turki karena menampung para korban selamat dari gempa pada musim gugur 1999. Lebih dari 17 ribu orang meninggal dan beberapa lokasi lain masih tenggelam dalam kehancuran. Tapi stadion berkapasiatas sekitar 15,4 ribu penonton tersebut merupakan tujuan para warga Turki terutama dari daerah Izmit yang selamat dari gempa.

Kendati tumpukan besar bangunan berserakan di sana, bahkan beberapa gedung sekitaran sana berposisi miring layaknya menara Pisa, tapi di lapangan Stadion Ismet Pasha itu tiang gawang masih berdiri dan beberapa anak menendang bola di sekitaran sana. Mereka tertawa dan saling berteriak seolah melupakan apapun yang telah menimpa mereka untuk sementara waktu.

Maka walau sedang dalam kehancuran, memang stadion sepakbola benar-benar dijadikan sebuah tempat yang suci. Di tengah keputusasaan tersebut telah muncul simbolisme yang indah untuk mereka bahwa sebuah stadion selalu menjadi surga, walau hanya sekadar pelarian. Tempat itu akan selalu membuat bahagia dari persatuan para orang asing yang menjadikan stadion sepakbola sebuah tempat untuk melupakan masalah dari dunia nyata di luaran sana. Di sanalah kita bisa lupa diri sendiri karena terlarut dalam gairah sebuah permainan.

Itulah salah satu sebabnya mengapa teroris melancarkan serangan pengecut mereka yang ditargetkan kepada Stadion Stade de France, Paris, Prancis, ketika sedang digelar laga persahabatan antara Prancis melawan Jerman. Francois Hollande, Presiden Prancis, juga hadir di antara penonton dan menjadi salah satu target pembunuhan para teroris tersebut.

Para teroris ingin menyerang sepakbola karena mereka tahu betapa pentingnya budaya itu. Mereka tahu jika sepakbola merupakan pelarian, kenikmatan yang ditinggalkan mewakili perasaan masyarakat, kebersamaan dan kebangsaan mereka. Para teroris di sana seolah ingin membunuh sukacita.

Teroris di sana juga tahu jika Stade de France merupakan pusat dari jiwa bangsa Prancis yang memiliki simbolisasi begitu kuat. Di stadion itu merupakan saksi ketika Prancis mengangkat Piala Dunia 1998 dan mampu membawa bangsa di sana mengalami sebuah gelombang euforia. Di sisi lain tragedi penyerangan kemarin seolah ingin membuat Stade de France menjadi pengingat sesuatu tentang kengerian, bukan kenangan tentang juara Piala Dunia 1998.

Tapi beruntung para teroris tidak mampu melakukannya kepada Stade de France. Pada akhirnya stadion itu tetap menjadi tempat berlindung bagi sebagian besar sukacita yang dihantam kekhawatiran di sana. Kendati demikian, duka sudah terlanjur merundung keadaan di Paris dalam sorotan dunia.

Serangan kepada enam tempat berbeda di sekitaran sana menelan 120 lebih korban meninggal salah satunya saudara Lassana Diarra dan belum terhitung dengan yang mengalami luka-luka atau sedang kritis saat ini. Pihak UEFA pun mewajibkan semua kesebelasan negara yang bermain pada laga internasional akhir pekan ini supaya mengenakan ban lengan hitam dan satu menit keheningan sebelum pertandingan dimulai.

Tidak Terpengaruh Menerima Pesan Tersembunyi

Tentu peristiwa berdarah di Paris itu berdampak kepada psikologis para penggemar sepakbola Prancis yang menjadi takut menyaksikan pertandingan langsung di stadion. Terutama pada Euro 2016 mendatang, dari peristiwa itu seolah menjadi pesan tersembunyi untuk turnamen bergengsi sepakbola antara negara Eropa tersebut.

Memang kekhawatiran tentang Euro 2016 yang akan digelar di Prancis tahun depan tetap tidak bisa terelakan. Tapi Noel Le Graet, Presiden FFF, sudah memberikan isyarat jika kemanan pada Euro 2016 nanti akan menjadi perhatian lebih tinggi. Hari ini pun mereka membahas keamanan untuk Euro 2016 nanti.

"Kepedulian kepada Euro sekarang jelas jauh lebih tinggi. Kami akan terus melakukan segala yang kami bisa sehingga keamanan terjamin meskipun semuanya memerlukan risiko. Aku tahu bahwa semua orang waspada. Jelas ini berarti kita sekarang akan menjadi lebih waspada. Itu juga menjadi perhatian permanen untuk federasi dan negara," ujarnya dikutip dari The Guardian.

Jacques Lambert, Ketua Panitia Pelaksana Euro 2016, juga menegaskan jika FFF dengan UEFA akan bertanggung jawab untuk semua aspek operasional turnamen supaya kompetisi bisa diselesaikan sebagaimana mestinya. Dirinya bersikeras agar Euro 2016 di Prancis tidak boleh dibatalkan walau risiko semakin meninggi.

Keamanan akan menjadi komponen kunci dalam keberhasilan turnamen itu sendiri. Pemerintahan Prancis akan menjadi penjamin utama untuk keamanan Euro 2016 seperti perjanjian yang ditandatangani antara kementrian dalam negeri dengan FFF pada September lalu. Sementara stadion, tempat latihan dan hotel setiap kontestan Euro 2016 akan menjadi tanggung jawab penyelenggara turnamen tersebut.

Kepolisian mesti menjamin keamanan baik di dalam maupun luar stadion. Mengingat di luar stadion pun pasti banyak diselenggarakan nonton bareng memakai layar besar. Begitu juga kemanan lain akan lebih ketat daripada turnamen-turnamen biasanya, seperti ketika pemeriksaan bagasi secara menyeluruh dan personel polisi terlihat lebih banyak.

Pelatih Repubklik Irlandia, Martin O'Neill, mengatakan tidak akan merasa gelisah jika kesebelasan negaranya berlaga di Prancis pada Eur0 2016 nanti, "Saya tidak merasa gelisah walau saya pikir peristiwa di Paris itu mengerikan. Itu jelas menempatkan banyak hal dalam perspektif termasuk pertandingan sepakbola," akunya. "Jelas kami berharap bahwa stadion tetap diawasi dengan baik dan saya berharap akan baik-baik saja. Tapi saya tidak berpikir tentang itu, tapi lebih memikirkan tentang peristiwa di Paris itu sendiri," sambung O'Neill dikutip dari Fox Sports.

Walau Euro 2016 bersikukuh tetap diperjuangkan akan tetap digelar, tapi yang menarik adalah putaran kedelapan Coupe de France yang dijadwalkan Selasa (17/11) mendatang telah dibatakan. Semuanya terdengar klise walau kekejaman seperti itu sudah terlanjur terjadi, namun sepakbola tidak boleh takut dengan serangan-serangan terbaru.

Sepakbola tidak harus membiarkan dirinya menjadi korban lain dari pengecut yang ingin menghancurkan sebuah budaya dan mereka yang berusaha menjauhkan perayaan dengan dijadikan suatu konflik. Itulah mengapa rasanya penting jika FFF tetap memenuhi pertandingan menghadapi Inggris di Wembley pada Rabu (18/11) dini hari WIB nanti, walau sebelumnya sempat ada wacana akan dibatalkan.

Bayangkan emosi yang akan dituangkan ke dalam sebuah lagu La Marseillaise, lagu kebangsaan Prancis, sebelum laga dimulai. Para suporter Inggris dan Prancis akan bersama-sama ikut menyanyikan sebuah lagu yang besar sebagai sikap kebersamaan untuk pembangkangan kepada fundamentalisme.

Sepakbola selalu dalam jiwa seperti musik, atau setegar Charlie Hebdo walau teroris terus membidik mereka semua tapi banyaknya peluru tidak akan pernah bisa menghancurkan mereka. Juga kita harus tetap percaya jika antrian untuk masuk ke stadion sepakbola pada Euro 2016 nanti akan lebih panjang.

Sumber lain : BBC, Daily Mail, Mirror, Sky Sports

Komentar