Masalah-masalah Rémi Garde

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Masalah-masalah Rémi Garde

“Ia adalah pria yang sangat cerdas, ia seorang visioner dan memiliki pendekatan sepakbola yang saya rasa luar biasa ... saya selalu mengatakan ini kepada presiden (Olympique Lyonnais, Jean-Michel Aulas): ‘Rémi adalah Guardiola kami’,” ujar Bernard Lacombe, penasihat yang memainkan peran penting dalam kejayaan Lyon. Sosok yang ia samakan dengan Pep Guardiola adalah Rémi Garde, eks pelatih kepala Lyon yang belum lama ini ditunjuk menjadi manajer Aston Villa.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Lacombe dan tentu saja Garde sendiri, tetapi perlu ditegaskan bahwa Aston Villa bukanlah Olympique Lyonnais. Masalah Garde bukanlah ia tidak memiliki pengalaman melatih di Premier League. Masalah Garde adalah Aston Villa, kesebelasannya sendiri.

“Manajer yang datang harus mampu membuat kami segera berlari,” ujar kapten Aston Villa, Micah Richards, kepada Sky Sports News. “Kami tidak memiliki waktu untuk membaur atau membiasakan diri. Kami perlu sesegera mungkin berlari.”

Aston Villa saat ini sedang berada di dasar klasemen sementara karena hanya mampu mengumpulkan empat poin dari sebelas pertandingan. Dapat dimengerti jika semua orang yang berhubungan dengan Villa saat ini hanya peduli kepada hasil, bukan proses. Padahal selama tiga tahun menangani Lyon, Garde tidak dinilai dari hasil.

Hanya dua gelar yang Garde persembahkan kepada Lyon sejak menangani Les Gones: Coupe de France dan Trophée des Champions. Keduanya diraih pada 2012. Di liga, Garde hanya berhasil membawa Lyon mengakhiri musim di peringkat kelima, ketiga, dan keempat. Bukan prestasi yang hebat mengingat Lyon, bersama Olympique de Marseille dan AS Saint-Étienne, adalah kekuatan tradisional Prancis. Paris Saint-Germain dan AS Monaco tidak ada apa-apanya dibanding tiga kesebelasan tersebut. Dilihat dari hasil akhir, Garde gagal.

Namun bukan itu ukuran keberhasilan Garde di Lyon. Garde naik menjadi pelatih kepala (sebelumnya Garde menduduki jabatan pemandu bakat, direktur akademi, dan asisten pelatih kepala) saat kesebelasan sedang dilanda krisis keuangan dan terpaksa menjual pemain-pemain bintangnya. Garde kemudian mengorbitkan pemain-pemain akademi seperti Samuel Umtiti, Alexandre Lacazette, Nabil Fékir, Maxime Gonalons dan, Jordan Ferri. Lyon tidak meraih gelar bergengsi namun bersama Garde para pemain mudanya berkembang dan sekarang telah menjadi pemain andalan.

Garde dinilai berhasil sehingga Lyon, yang tidak dibawanya juara liga pun, merasa perlu mempertahankan Garde. Pria yang memulai karirnya sepakbolanya di akademi Lyon tersebut menolak perpanjangan kontrak. Garde menyukai pekerjaannya namun ia merasa kelelahan dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Lyon menghormati keputusan Garde. Kedua belah pihak berpisah di akhir musim 2013/14.

Patut dicatat bahwa alasan Garde dipandang berhasil di Lyon adalah karena ia dan manajemen memiliki tujuan yang sama. Lyon sadar dengan kekuatan finansial mereka saat itu, mereka tidak mampu berbuat banyak. Maka mereka puas dengan lolos ke Europa League bersama pemain-pemain muda. Lyon bahagia menjalani proses perkembangan bersama Garde.

Namun Aston Villa tidak menginginkan proses. Mereka meminta hasil. Pekerjaan Garde sulit. Lebih sulit lagi karena ia tidak memiliki tangan kanan. Sejauh ini Garde sudah berhasil membawa serta Robert Duverne dari Metz dan Reginald Ray dari Bastia.

“Ketika Robert bergabung dengan kami pada Agustus 2014, saya berjanji kepadanya kami akan mengizinkan ia pergi jika ada tawaran dari kesebelasan Premier League untuk menjadi anggota dari staf teknik Rémi Garde,” ujar presiden Metz, Bernard Serin. “Syarat tersebut terpenuhi karena janji adalah janji. Kami akan menyudahi kontrak berdasar kesepakatan bersama. Kami berterima kasih kepada Robert Duverne untuk jasanya selama setahun kebelakang dan kami doakan ia sukses dalam petualangan Britania-nya.”

Sementara Duverne akan bekerja sebagai pelatih kebugaran, Ray akan menjabat posisi asisten manajer di Aston Villa. Namun kehadiran dua sosok tersebut belum cukup karena tangan kanan Garde yang sebenarnya adalah Bruno Génésio dan Gérald Baticle, asistennya semasa di Lyon. Garde belum dapat kembali bekerja sama dengan keduanya karena Génésio dan Baticle masih terikat kontrak di Lyon. Tidak seperti Serin yang rela melihat Duverne pergi, Aulas enggan melepas Génésio dan Baticle.

“Rémi, saya harap, akan menjadi manajer Aston Villa,” ujar Jean-Michel Aulas kepada Le Progrès. “Ia pantas mendapat kesebelasan Inggris yang besar. Namun asisten yang masih terikat kontrak tidak dapat pergi. Dan seorang deputi tidak dapat meminta izin untuk kepergian mereka.”

Mungkin tidak masalah jika Garde harus bekerja tanpa Génésio dan Baticle. Ia toh memiliki Ray dan Duverne. Garde juga memiliki pemain-pemain muda yang dapat diandalkan seperti Adama Traoré dan Jack Grealish. Keberadaan pemain-pemain yang dapat berbahasa Prancis seperti Jordan Amavi, Idrissa Gueye, Jordan Veretout, dan Jordan Ayew juga akan mempermudah pekerjaannya membawa Aston Villa meninggalkan dasar klasemen.

Namun patut diingat bahwa semasa di Lyon, walau mengandalkan pemain muda, Garde juga selalu menempatkan setidaknya seorang pemain senior untuk memimpin di lapangan. Di Lyon, pemain tersebut adalah Steed Malbranque. Kunci keberhasilan Garde untuk di Villa, bisa jadi, adalah dengan cara menemukan Malbranque barunya secepat mungkin.

Komentar