Manuver-manuver The Hammers

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Manuver-manuver The Hammers

West Ham United Football Club, kesebelasan asal London Timur, didirikan pada 1895 dengan nama Thames Ironworks. Nama itu tak bisa dilepaskan dari kisah para pendirinya yang merupakan sekelompok pekerja pabrik baja yang berdomisili di tepi sungai Thames, London.

Di Inggris sana atau di Eropa, West Ham memiliki basis pendukung yang besar, bahkan Ratu Elizabeth II disebut sebut sebagai loyalis The Hammers, julukan West Ham. Akan tetapi, West Ham juga sangat populer di seantero dunia. Bukan karena prestasi, melainkan karena film Green Street Hooligans yang ditayangkan pada 2005.

Sejak saat itu West Ham dianggap menjadi pilihan alternatif bagi para hipster yang tidak ingin mendukung kesebelasan yang sudah didukung mayoritas banyak orang. Selain St. Pauli, tentu saja.

Kendati demikian, terlalu menyederhanakan duduk perkara juga jika popularitas mereka semata karena jasa sebuah film yang mengisahkan hooliganisme. Kenyataanya, jauh sebelum film itu rilis, klub ini (sempat) memiliki tingkat kepopuleran yang cukup tinggi.

Simak beberapa cerita menarik tentang West Ham United:

Pekerjaan-Pekerjaan Ganjil Para Mantan Pemain West Ham
Ketika West Ham Jadi Juara Piala Winners di Wembley
Rambut-rambut Unik Pemain West Ham United
Rahasia West Ham Menjadi Kuda Hitam Premier League


30 tahun setelah generasi pemenang Piala Dunia 1966 yang diisi Bobby Moore dan Geoff Hurst, dunia mulai mengenal lebih dalam lagi The Academy of Football yang memunculkan satu generasi yang disebut-sebut sebagai suksesor paling potensial dari The Class of 92 milik Manchester United. The Acadamey of Football ini berisi Rio Ferdinand, Frank Lampard, Michael Carrick, Joe Cole, Glen Johnson dan beberapa pemain lainya. Dan nama-nama itu merupakan bagian dari akademi sepakbola West Ham.

Musim depan, 2015/2016, boleh jadi sebagai penanda bahwa klub pemilik 3 gelar piala FA ini sedang bersiap mengulang kejayaan mereka.

Kejutan pertama jelas dengan mendatangkan mantan pemain mereka, Slaven Bilic, sebagai pengganti Sam Allardyce yang sudah menangani klub selama 4 tahun. Penunjukan Bilic ini jelas menjadi manuver mengejutkan, karena tidak ada yang memprediksikan sebelumnya bahwa pelatih asal Kroasia yang juga gitaris band rock ini akan menuju Upton Park.

Siapa Bilic? Ini dia kisah menariknya: Pengacara, Gitaris Band Rock dan Manajer Premier League.


Tentu masih segar dalam ingatan publik Inggris bagaimana Bilic yang sedang menangani tim nasional Kroasia berhasil menyingkirkan Inggris di kualifikasi Piala Eropa 2008 di Stadion Wembley.

Pemain yang didatangkan juga tidak kalah menjadi kejutan. Gelandang muda berpaspor Spanyol-Gabon, Pedro Obiang, diangkut dari Sampdoria. Transfer gelandang lincah asal Perancis, Dimitri Payet ke West Ham, merupakan manuver transfer yang juga cukup menghebohkan. Alih-alih pindah ke tim yang lebih besar, Payet justru mendarat di Timur London. Kelincahan dan bagaimana kelihaian Payet dalam mengolah si kulit bundar, membuatnya jadi incaran klub klub top Eropa. Dan masih banyak lagi pemain yang diharapkan datang untuk memperkuat skuad the Hammers.

Pertanyaannya: apa yang membuat Bilic setuju menangani West Ham? Apa yang membuat Obiang dan Payet setuju memperkuat West Ham?

Uang? Banyak klub selevel dengan West Ham yang memiliki kekuatan finansial lebih baik.

Kejayaan? Bisa jadi ini jawaban yang paling masuk akal.

Bilic mungkin menerima tawaran melatih klub Inggris favoritnya, berdasarkan rasa cinta dan betapa menakjubkannya ikatan emosional yang dimiliki dirinya dan The Hammers. Empat tahunnya di Inggris memiliki kesan yang mendalam.

Tetapi hal itu tentu belum dimiliki Obiang dan Payet. Barangkali hanya ambisi dan target besar yang dicanangkan dewan direksi yang bisa membuat Obiang dan Payet tergiur untuk mendarat di Upton Park.

Dan manuver untuk target besar tersebut bisa terlihat dari representasi jersey baru mereka yang disponsori apparel legendaris asal Inggris: Umbro. The Boleyn Kit, nama jersey baru tersebut, dipilih selain untuk memperingati 112 tahun bekas stadion mereka, The Boleyn Ground, yang dijual tahun ini, tetapi juga menjadi replika kaus generasi Bobby Moore kala memenangi FA Cup tahun 1964 (cerita di balik penjualan kandang West Ham).

Tentunya seluruh manuver ini ditujukan agar seluruh balon sabun yang selalu ada kala The Hammers berlaga bisa terbang lebih tinggi lagi.

Pretty Bubbles in the Air.

Komentar