(Tak Ada) Kebetulan dalam Hikayat Bobby Moore

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

(Tak Ada) Kebetulan dalam Hikayat Bobby Moore

Secara tidak langsung beberapa orang merendahkan Bobby Moore ketika mereka membicarakan Duncan Edwards. Ambil Terry Venables sebagai contoh.

Eks pelatih kepala FC Barcelona dan tim nasional Inggris tersebut berpendapat bahwa jika saja Edwards tidak meninggal di rumah sakit akibat cedera dan luka yang ia alami dalam tragedi München, pasti Edwards – bukan Moore – yang mengangkat tinggi trofi Piala Dunia sebagai kapten tim nasional Inggris di tahun 1966.

Kecil kemungkinan Moore tersinggung. Pasalnya ia sendiri begitu mengagumi Edwards. Moore pernah rela bolos sekolah demi melihat Edwards, yang berusia lima tahun lebih tua darinya, bermain.

Sejarah telah mencatat nama Moore sebagai kapten pertama Inggris yang mengangkat trofi Piala Dunia. Selamanya akan begitu; tak akan pernah berubah. Namun beberapa pihak masih saja berandai-andai mengenai Duncan Edwards. Bagi orang-orang yang masih melakukan hal tersebut, kesuksesan Moore hanya berdasar nasib baik saja. Kebetulan saja semua yang terjadi dalam kehidupan Moore mempermudah jalannya hingga menjadi kapten tim nasional Inggris dan menjuarai Piala Dunia.

Mereka punya dasar. Saat Alf Ramsey menunjuk Moore sebagai kapten tim nasional Inggris pada bulan Mei tahun 1963, ia tidak memiliki pilihan lain. Hanya ada Moore dan Moore seorang untuk menggantikan peran Jimmy Armfield. Setidaknya, bergitulah Matt Dickinson berkisah dalam biografi Moore yang berjudul Bobby Moore: The Man in Full.

Kesan beruntung semakin melekat karena usia Moore saat itu baru 22 tahun dan 47 hari. Jumlah pertandingan yang ia jalani bersama tim nasional Inggris baru sebelas saja.

Bagi mereka yang mengetahui kualitas Moore, kebetulan bukan jawaban.

Walaupun terlihat tak memiliki pilihan, Ramsey bisa saja menawarkan peran kapten kepada Bobby Charlton, Jimmy Greaves, atau Ray Wilson yang semuanya lebih berpengalaman ketimbang Moore. Ramsey toh tetap memilih Moore.

“Saya ingin kamu menjadi kapten namun saya mengerti jika kamu merasa lebih baik menolak tawaran ini,” ujar Ramsey kala itu.

“Tidak ada kehormatan yang lebih besar dari ini,” jawab Moore mantap.

Para legenda sepakbola selalu menyodorkan cerita-cerita kehidupan yang menarik. Secara rutin kami menuliskan kisah-kisah para legenda sepakbola. Di antaranya:

Disiplin ala Stanley Matthews
Duncan Edwards: Menjegal Sepakbola dengan Caranya Sendiri
Ketakutan yang Melahirkan Legenda Telmo Zarra
Penyelamatan Legendaris Gordon Banks
Ricardo Zamora, Sang Illahi yang Menjaga Gawang Spanyol
Herbert Chapman Sang Inventor yang Terlupakan

Pembuat Onar yang Abunya Ditanam di Stamford Bridge


Sejak saat itu ban kapten melekat di lengan Moore. Tak ada perdebatan mengiringi pengambilan keputusan ini. Malah, pujian demi pujian berdatangan. Dan tentunya semua itu tidak datang secara kebetulan. Moore mendapat banyak pujian dan pengakuan karena ia memang sangat hebat.

“Bobby Moore adalah pemain belakang terbaik dalam sejarah permainan sepakbola,” ujar Franz Beckenbauer. Sementara itu legenda sepakbola Brasil, Pelé, memuji Moore sebagai seorang kawan sekaligus pemain belakang terhebat yang pernah ia hadapi.

Di antara ribuan pujian untuknya juga terselip pandangan Jock Stein, manager pertama yang berhasil membawa kesebelasan asal Inggris Raya menjadi juara European Cup (sekarang Champions League).

“Harus ada hukum yang menentang Moore,” kata Stein yang namanya akan terus abadi. “Ia [Moore] tahu apa yang akan terjadi dua puluh menit lebih dahulu ketimbang orang-orang lain.”

Rekam jejak perjalanan karir Moore, dengan caranya sendiri, memuaskan semua pihak. Mereka yang percaya bahwa kesuksesan Moore berlandaskan kebetulan-kebetulan yang mampu ia manfaatkan tidak kekurangan alasan. Apalagi mereka yang tahu dan paham betul kualitas sang kapten.

Komentar