Tevez yang Terlahir Kembali Bersama Juventus

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Tevez yang Terlahir Kembali Bersama Juventus

Jauh sebelum Carlos Tevez mencetak dua gol ke gawang Napoli pada Piala Super Italia semalam (23/12), ada keraguan dalam benak sebagian pendukung Juventus saat tim kesayangannya tersebut secara resmi memperkenalkan Tevez sebagai pengguna nomor 10 La Vecchia Signora pada Juni 2013.

Bukan tanpa sebab, nomor tersebut adalah nomor keramat karena telah dipakai oleh legenda-legenda macam Omar Sivori, Roberto Baggio, Michael Platini dan Alessandro Del Piero. Sedangkan Tevez, kala itu ia adalah sosok yang kontroversial sebelum berseragam hitam-putih.

Memang, tak ada yang memungkiri kehebatan Tevez dalam mengolah si kulit bundar. Namun di samping kehebatannya itu, ia pun dikenal sebagai pemain yang bengal, susah diatur dan tak disiplin. Manchester City, klub yang dibela Tevez sebelum Juventus, sering dibuat frustasi oleh ulahnya.

Tevez pernah terlibat pertengkaran dengan pelatih City yang kala itu masih ditangani Roberto Mancini. Pertengkaran ini membuat Tevez ‘mengasingkan diri’ ke tanah kelahirannya, Buenos Aires, selama beberapa pekan. Bahkan saat di sana, ia diwawancarai oleh sebuah acara televisi. Dalam acara tersebut, ia menghina kota Manchester dengan mengatakan, “Tak ada yang bisa dilakukan di kota Manchester. Di sana ada dua restoran, semuanya kecil. Selalu hujan setiap saat, kamu tak bisa pergi kemanapun. Aku tak akan kembali ke kota Manchester, tak untuk liburan atau apapun itu.” Ia pun dijatuhi hukuman denda sekembalinya dari Argentina.

Pada kesempatan lain, Tevez pun pernah menolak masuk sebagai pemain pengganti kala City berhadapan dengan Bayern Munich pada partai Liga Champions. Namun ia merasa tak ada yang salah dengan kelakuannya tersebut. Sekembalinya dari Jerman, ia masih bisa tersenyum pada media yang menyorotinya kala itu.

Apa yang dituliskan di atas hanyalah sebagian kecil arogansi Tevez selama karirnya. Arogansi yang membuat Juventini sempat khawatir bahwa timnya akan hancur memiliki pemain bengal seperti Tevez. Namun nyatanya, setelah dua musim penyerang berusia 30 tahun ini membela Juventus, yang terjadi justru sebaliknya, Tevez kini telah menjelma menjadi bagian penting kekuatan Juventus.

Tak ada Tevez yang bengal di Juventus. Tevez berubah 180 derajat selama berkarir di Italia. Penyerang yang dijuluki ‘El Apache’ ini mengerahkan segala kemampuannya untuk klub asal kota Turin tersebut. Bahkan dari semua pemain Juventus, Tevez merupakan pemain yang terlihat paling mati-matian kala menjalani setiap pertandingan.

Gol demi gol telah ia persembahkan untuk Juventus. Dari 70 kali penampilan, 36 gol telah disarangkannya. Satu trofi juara Piala Super Coppa dan satu scudetto pun menjadi ‘hadiah’ yang telah diberikannya untuk Il Bianconeri.

Karir Tevez bersama Juventus memang terlihat menjanjikan sejak melihat apa yang ditunjukkannya kala menjalani laga debut. Pada Piala Super Italia, ia menyumbang satu dari empat gol yang diciptakan Juve ke gawang Lazio. Beberapa pekan kemudian, ia pun langsung mencetak gol debutnya di Serie A pada laga perdana.

Pada musim ini, penyerang asal Argentina ini benar-benar menunjukkan kapabilitasnya sebagai penyerang andalan tim. Dari 22 penampilan di segala ajang, 15 gol telah diciptakannya. 10 gol di antaranya membuat pemain yang juga pernah membela Manchester United ini untuk sementara menjadi capocanonieri atau pencetak gol terbanyak Serie A.

Tevez lantas mulai disandingkan dengan Omar Sivori dan Alessandro Del Piero. Gaya bermain Tevez memang tak jauh berbeda dengan dua pendahulunya tersebut. Layaknya Sivori dan Del Piero, kecepatan, handal dalam dribble dan tembakan akurat pun menjadi atribut yang dimiliki Tevez.

Tevez pun kerap ditempatkan sebagai trequartista layaknya Del Piero. Terlebih ketika tonggak kepelatihan Juventus beralih dari Antonio Conte ke Massimilliano Allegri. Tak seperti Conte yang sangat mengandalkan 3-5-2, formasi 4-3-2-1 pun beberapa kali dipraktekkan mantan pelatih AC Milan tersebut dengan menempatkan Tevez di belakang penyerang tunggal.

Meski bermain di posisi baru, Tevez tak canggung dan tak mengurangi ketajamannya. Pasca pertandingan melawan Malmo di Liga Champions, di mana ia menyarangkan dua gol, ia mengatakan cukup nyaman bermain pada posisi ini. "Saya berada di tim besar. Dan saya berbahagia memainkan sepakbola saya. Saya akan mengerahkan seluruh kemampuan saya di lapangan," ujarnya setelah laga, mengutip dari Independent.

Ditempatkan lebih mundur bahkan membuat Tevez lebih ‘menggila’. Apalagi jika mengingat salah satu golnya ke gawang Parma pada musim ini. Ia berlari sendirian dari area pertahanan Juve dan menggiring bola hingga ke kotak penalti Parma. Ia melewati tiga pemain sebelum tendangannya mengecoh Antonio Mirante, penjaga gawang Parma.

Dengan apa yang ditunjukkannya sejauh ini, Tevez memang telah berubah sepenuhnya. Perubahan ini pun tampaknya didasari oleh keinginan yang kuat dari dirinya sendiri, bukan karena Conte yang mampu meredam sikap temperamen Tevez seperti yang diwartakan oleh beberapa media. Karena setelah ditinggal Conte pun performa Tevez terus menanjak.

Selain kran golnya terus mengalir, tanpa Conte, Tevez berhasil mengantarkan Juve lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim ini. Juve pun kini bertengger di puncak klasemen, unggul selisih tiga poin dari peringkat dua, AS Roma. Dan yang lebih penting, performanya ini pun telah membawanya kembali ke timnas Argentina, di mana ia sempat absen selama tiga tahun berseragam timnas.

Karir Tevez sebagai pesepakbola memang telah kembali ke jalur yang benar. Sikap arogansinya telah ia kubur dalam-dalam dan telah menjadi bagian dari masa lalunya. Ia seolah terlahir kembali. Ia menikmati permainannya seperti ketika ia bermain untuk Boca Juniors dan Corinthians, dua klub di mana ia menampilkan kemampuan terbaiknya.

foto: espnfc.com

Komentar