Hubungan Baik Liverpool dengan Eropa

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Hubungan Baik Liverpool dengan Eropa

Setelah absen cukup lama, Liverpool akhirnya kembali ambil bagian di Liga Champions, trofi paling bergengsi di Eropa ini. Harapan untuk melihat Liverpool kembali berjaya di Eropa pun meninggi. Tidak berlebihan karena Liverpool memang dikenal memiliki “hubungan baik” dengan Liga Champions. Biar bagaimana pun, mereka adalah klub Inggris tersukses di Eropa.

Perihal hubungan baik yang dimiliki Liverpool dengan Liga Champions, kita dapat mengambil musim 2004/05 sebagai salah satu contoh. Walau di Liga Inggris mereka hanya mampu finish di posisi kelima, The Reds berhasil meraih gelar juara Liga Champions/European Cup mereka yang kelima setelah secara dramatis mengalahkan AC Milan di partai final yang digelar di Istanbul.

Tren serupa kembali berlanjut di tahun-tahun setelahnya. Di musim 2006/07, Liverpool dan Milan kembali bersua di partai final Liga Champions. Kali ini Milan yang menang. Di musim yang sama, Liverpool kembali gagal meraih gelar juara Liga Primer mereka yang pertama.

Apa yang dikatakan oleh Phil McNulty, chief football writer di BBC Sport, sedikit banyak menggambarkan hubungan Liverpool dengan Liga Inggris dan Liga Champions.

“Liverpool, menurut saya, akan terus terseok-seok di Liga Primer. Namun di Eropa mereka adalah tim yang tidak diinginkan sebagai lawan oleh siapapun,” ujar McNulty pada tahun 2009, setelah Liverpool mengalahkan Madrid 4-0 di Anfield (agregat 5-0) untuk melaju ke delapan besar Liga Champions musim 2008/09.

Terlepas dari semua cerita dan kecenderungan yang ada, Liverpool tidak diperhitungkan untuk menjadi juara Liga Champions musim ini. Setidaknya oleh eks pemain andalan mereka sendiri, Xabi Alonso. Alonso bahkan hanya menyertakan satu klub Inggris di daftar kandidat kuat juara.

“Real Madrid, Barcelona, Chelsea, kami sendiri, dan Dortmund adalah tim-tim yang selalu sulit untuk dilawan. Saya menghormati banyak klub; Paris Saint-Germain juga. Persaingan musim ini cukup terbuka,” ujar Alonso sebagaimana diwartakan oleh Daily Mirror.

Apakah Liverpool tersakiti oleh ucapan Alonso? Rasanya tidak. Karena manajer mereka sendiri melihat Liga Champions sebagai gangguan terhadap fokus utama Liverpool musim ini. “Anda memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berlatih,” keluh Brendan Rodgers sebagaimana dikutip oleh the Guardian pada bulan September lalu.

“Jika Anda bermain pada hari Sabtu, Anda memiliki hari Minggu atau Senin untuk memulihkan diri. Kemudian Anda menjalani pertandingan hari Selasa  dan para pemain beristirahat di hari Rabu atau Kamis,” lanjut Rodgers yang baru merasakan musim pertamanya di Liga Champions.

Wajar memang jika Liverpool tidak menargetkan gelar juara Liga Champions pada musim ini. Selain karena manajer mereka sendiri belum berpengalaman di ajang ini, Liverpool sudah begitu dekat dengan gelar juara Liga Primer pada musim lalu. Usaha yang lebih besar diperlukan untuk benar-benar menjadi juara liga musim ini. Dan itu bisa berarti mengorbankan kejuaraan lain, termasuk Liga Champions.

“Jadi persiapan taktikal yang pertama Anda lakukan pada hari Jumat kemudian Anda langsung bepergian untuk pertandingan selanjutnya. Ini adalah kompetisi yang melelahkan,” tutup Rodgers mengenai keluhannya tentang kejuaraan yang membuat para pendukung Liverpool memiliki bragging rights yang tidak dimiliki oleh kelompok pendukung lain di Inggris.

Komentar