Wenger dan Kebiasaan Berjudi yang Belum Berhenti

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Wenger dan Kebiasaan Berjudi yang Belum Berhenti

Untuk urusan taktik dan strategi, Arsene Wenger memang tidak secerdas Jose Mourinho. Tidak pula Wenger memiliki pengaruh dan kekuasaan yang lebih besar dari Sir Alex Ferguson. Namun setiap manajer memiliki keunggulannya masing-masing.

Pria asal Perancis ini termahsyur sebagai sosok yang mampu membaca potensi pemain dengan sangat baik. Wenger mampu membuat seorang pemain yang terlihat biasa saja menjadi bintang besar dengan satu trik sederhana: memainkannya di posisi baru. Salah satu kesuksesan Wenger yang paling terkenal untuk urusan ini adalah Kolo Toure.

Di awal musim 2002/03, Arsenal menjalani latihan pramusim di Austria. Di sana mereka bertanding melawan Besiktas. Wenger mengenal manajer Besiktas kala itu, Mircea Lucescu, dan memutuskan untuk mengajukan pertanyaan: “Dapatkah saya menganalisa tim Anda? Dapatkah saya mendapatkan hal sebaliknya? dengan anda menganalisis tim saya,”

Lucescu kemudian menyetujui permintaan Wenger. Karena Lucescu juga mengakui bahwa lini depan Besiktas kuat, Wenger pun mengajukan permintaan khusus. Wenger ingin agar Lucescu memberi penilaian tentang pasangan bek tengah barunya, Sol Campbell dan Toure.

Toure, saat didatangkan ke Arsenal, adalah seorang gelandang bertahan yang juga mampu bermain sebagerai bek kanan. Namun Wenger merasa bahwa pemain asal Pantai Gading tersebut mampu menjadi seorang bek tengah berkelas. Akhirnya Wenger memutuskan untuk memainkan Toure di posisi baru, berdampingan dengan Campbell yang memiliki lebih banyak pengalaman sebagai di jantung pertahanan.

Wenger berkata bahwa setelah pertandingan Lucescu kagum terhadap penampilan kolektif yang ditunjukkan oleh Campbell dan Toure. “Setelah pertandingan ia berkata bahwa ia terkesan dengan kekuatan kami. Memang itulah yang ingin saya ciptakan,” ujar Wenger sebagaimana dikutip dari buku karya Amy Lawrence, Invincible.

“Saya memiliki dua kereta turbo dengan kekuatan besar di barisan belakang. Saya berpikir bahwa Kolo, dipandu oleh pengalaman Sol, dapat menjadi bek tengah yang bagus. Ini adalah sebuah keputusan yang besar,” katanya.

Memindahkan seorang pemain ke posisi baru, bagaimanapun, bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak menjamin, para pemain akan suka dan bisa menerima pemindahan posisi tersebut. Salah satu pemain yang bersikap seperti itu adalah Laureano Bisan-Etame Mayer.

Didatangkan dari Real Mallorca, Lauren adalah seorang sayap kanan. Ia juga dikenal mampu bermain sebagai gelandang tengah. Di Arsenal, ia diminta untuk mengisi pos fullback kanan. Hal ini membuat Lauren dan Wenger seringkali berdebat.

“Saya berkali-kali berdebat dengan Lauren, yang berkali-kali menghadap saya untuk menegaskan bahwa ia bukanlah seorang bek kanan,” ujar Wenger sembari tersenyum.

Wenger tetap memaksa Lauren untuk menempati posisi sebagai seorang bek kanan. Bukan jawaban setuju yang didapat, malah bantahan lah yang diterima Wenger.

"Tidak, saya bukan seorang bek kanan. Saya adalah seorang sayap kanan. Saya bahkan dapat bermain sebagai gelandang tengah." ucap Lauren kepada Wenger.

Beruntung bagi Lauren, Wenger memiliki kesabaran yang cukup banyak. Dengan tenang dan tanpa bosan Wenger terus menerus memberi pengertian kepada Lauren. Semua ia lakukan semata karena Wenger percaya bahwa Lauren dapat menjadi bek kanan yang sangat baik.

Wenger berkali-kali menegaskan kepada Lauren bahwa sang pemain mampu menjadi seorang bek kanan kelas satu. “Tapi kamu dapat menjadi seorang bek kanan yang luar biasa," ujar Wenger kepada Lauren setiap kali sang pemain datang meminta dikembalikan ke posisi aslinya. Pada akhirnya, Lauren mengerti dan mau menerima keinginan Wenger.

Wenger terbukti benar. Bersama Toure, Campbell, dan Ashley Cole, Lauren menjadi bagian penting di lini belakang Arsenal. Barisan belakang yang dikenal sebagai black quartet mampu membawa Arsenal meraih gelar juara Liga Primer Inggris tanpa sekalipun kalah sepanjang musim.

Penampilan gemilang Lauren di posisi bek kanan membawa dirinya terpilih sebagai salah satu pemain dalam tim PFA Team of the Year di tahun 2004.

Bukah hanya Toure dan Lauren yang melejit di posisi baru mereka di bawah asuhan Wenger. Kebiasaan Wenger ini sudah ia lakukan bahkan sebelum ia menangani Arsenal. Lilian Thuram yang kita kenal sebagai seorang bek tengah tangguh, pada awalnya adalah pemain sayap kanan. Adalah Wenger yang memperkenalkan Thuram ke posisi barunya hingga akhirnya, ia menjadi sosok yang kita kenal sekarang.

Selain Thuram ada pula Emmanuel Petit. Petit adalah seorang gelandang berkelas, salah satu pemain kunci saat Perancis menjadi juara Piala Dunia di tahun 1998. Namun tak banyak yang tahu,

Walaupun sudah menempatkan banyak pemain di posisi baru, Wenger bukanlah malaikat yang tidak pernah salah. Di balik semua pengamatan mendalam yang ia lakukan, peluang untuk terjadinya kesalahan tetap saja ada. Namun itu bukanlah masalah.

“Ketika Anda membuat keputusan semacam ini Anda harus menganalisa pemain secara mendalam. Jika tidak, Anda sendiri akan merasa tidak nyaman ketika melihat sang pemain bermain di posisi barunya,” ujar Wenger.

“Saya mendatangkan Lukas Podolski untuk menjadi seorang penyerang tengah dan penyerang sayap. Namun setelah beberapa lama saya merasa bahwa ia hanya cocok bermain melebar, bukan sebagai penyerang tengah. Ia dapat bermain di belakang penyerang namun di posisi itu ia tidak bermain sangat baik. Kadang Anda harus merevisi penilaian Anda sendiri.”

Musim ini, setidaknya ada tiga pemain yang ditempatkan di posisi baru oleh Wenger. Calum Chambers diplot sebagai gelandang bertahan dan bek tengah. Abou Diaby, sang gelandang serang, diminta bermain lebih dalam. Mesut Ozil, sementara itu, masih terus dicoba sebagai sayap kiri. Tinggal menunggu waktu saja sampai Wenger terbukti benar atau salah mengenai ketiga pemain ini.

Komentar