Kerusuhan Mewarnai Momen Penantian 13 Tahun Ajax

Berita

by redaksi

Kerusuhan Mewarnai Momen Penantian 13 Tahun Ajax

Untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir, Ajax Amsterdam akhirnya berhasil lolos ke babak 16 besar Liga Champions UEFA. Mereka memastikan diri lolos setelah menang 2-0 atas tuan rumah AEK Athens pada laga lanjutan pekan kelima Grup E Rabu (28/11).

Kemenangan di Athens Olympic Stadium tersebut sempat diwarnai kerusuhan. Suporter tuan rumah melempari tribun tempat suporter Ajax dengan suar dan bahkan bom molotov. Selain itu juga ada sekelompok polisi yang terlihat memukuli suporter Ajax sampai berdarah.

Pertandingan itu sendiri berlangsung sengit. Dusan Tadic menjadi aktor penting kemenangan Ajax berkat dwigolnya.

Gol pertama Ajax baru tercipta di menit ke-67 melalui titik putih. Salah satu pemain AEK, Marko Livaja, melakukan handball di dalam kotak penalti. Bukan hanya dihukum penalti, dia juga diusir oleh wasit Marcos Oliver setelah menerima kartu kuning kedua.

Tidak butuh waktu lama bagi Tadic mencetak gol keduanya. David Neres yang memaksa masuk ke daerah kotak penalti AEK berhasil mengirimkan umpan kepada Klaas-Jan Huntelaar. Mantan penyerang Real Madrid tersebut langsung mengirimkan umpan kepada Tadic. Dengan sepakan akurat dia berhasil menggandakan keunggulan menjadi 2-0 di menit ke-72.

Kemenagan tersebut membuat Ajax mengunci satu tempat di babak 16 besar Liga Champions. Ajax berhasil mengoleksi 11 poin. Torehan poin tersebut sudah tidak mungkin untuk dikejar oleh Benfica dikalahkan Bayern Muenchen 1-5. Benfica hanya bisa mendapatkan empat poin dari lima laga.

Ajax akan berhadapan dengan Bayern dua pekan lagi untuk memperebutkan posisi juara grup. Saat ini Ajax hanya tertinggal dua poin dari raksasa Jerman tersebut.

Apapun hasil pertandingan di pekan keenam nanti, Ajax tetap akan menorehkan sejarah. Pasalnya musim 2005/06 adalah kali terakhir bagi Ajax mencicipi panasnya persaingan di fase gugur Liga Champions.

Padahal sebelum itu Ajax memiliki kumpulan sejarah manis di panggung Liga Champions. Kesebelasan asal Amsterdam tersebut merupakan kesebelasan keenam dalam kategori pemegang trofi terbanyak di kompetisi yang dulu bernama Piala Champions itu.

Ajax berhasil mengantongi empat trofi Si Kuping Besar. De Godenzonen bersanding dengan kesebelasan-kesebelasan besar lainnya seperti Real Madrid (13 gelar), AC Milan (7), Bayern (5), Liverpool (5), dan Barcelona (5) dalam daftar peraih trofi terbanyak Liga Champions.

Perjalanan Ajax di Liga Champions 2005/06

Pada musim terakhir mereka di babak 16 besar Liga Champions tersebut, Ajax berisikan nama-nama pemain muda potensial seperti Huntelaar, Wesley Sneijder, Ryan Babel, Urby Emanuelson, Thomas Vermaelen, dan Markus Rosenberg.

Baca juga: Belanda Berbagi Uang Liga Champions

Saat itu Huntelaar masih berusia 22 tahun tetapi pada akhir musim itu berhasil mencatatkan 22 gol dari 21 penampilan di semua kompetisi (dua gol di antara di Liga Champions).

Sneijder juga masih sangat muda, tepatnya setahun lebih muda daripada Huntelaar. Meski masih muda, ia menjadi pemain kunci dengan 11 gol dari total 29 pertandingan di semua kompetisi (empat gol di Liga Champions).

Kemudian Babel mengawali karier sepakbolanya bersama akademi Ajax pada 1998. Enam tahun berselang dia menandatangi kontrak profesional pertamanya bersama Ajax. Di usianya yang masih 18 tahun, dirinya sudah sering dipercaya pelatih untuk berlaga di Liga Champions. Dari catatan lima pertandingan, dia masuk sebagai pemain pengganti sebanyak empat kali.

Emanuelson (saat itu 19 tahun) dan Vermaelen (20) juga menjadi pemain andalan yang bermain lebih dari 30 laga pada musim itu.

Sementara Rosenberg adalah salah satu penyerang berbakat dari Swedia. Pada 2005/06 usianya baru 23 tahun tapi Rosenberg berhasil mencatatkan 43 penampilan dengan 14 gol (dua di Liga Champions).

Pada musim itu Ajax memulai langkahnya di Liga Champions melalui babak play-off. Saat itu Ajax berhadapan dengan Brøndby dari Denmark. Pertandingan leg pertama berakhir imbang 2-2. Di pertandingan leg kedua Ajax berhasil menang 3-1. Setelah lolos dari play-off, Ajax kemudian bergabung di Grup B bersama Arsenal, FC Thun, dan Sparta Praha.

Mereka memastikan lolos ke babak 16 besar setelah bertengger di peringkat kedua. Ajax berhasil mengoleksi 11 poin, terpaut lima poin dari Arsenal di peringkat pertama.

Pada fase knock-out, Ajax bertemu juara Grup H, Internazionale Milan. Pada leg pertama di Amsterdam, kedua kesebelasan bermain imbang 2-2. Kemudian di leg kedua Ajax kalah 0-1, yang membuat Ajax tersingkir.

Produsen Pemain Muda

Pada 2017, Squawka sempat merilis delapan nama wonderkid Ajax. Di situ tertulis bahwa Ajax sudah mengorbitkan tidak kurang dari 20 pemain berusia di bawah 21 tahun sejak bulan Juli tahun lalu. Mereka juga melaporkan bahwa Ajax memang memiliki tujuan untuk mempromosikan setidaknya dua lulusan akademi ke dalam skuat mereka setiap musim.

Martin de Ligt dan Frenkie de Jong adalah dua di antaranya pada musim ini. De Ligt seringkali dibandingkan dengan nama legenda Belanda, Ronald Koeman, saat masih muda. Selain itu ia juga bisa bermain di berbagai posisi dan bertindak sebagai pemimpin.

Sementara banyak yang menganggap De Jong sebagai kombinasi antara Lionel Messi dan Andrea Pirlo.

Skuat Ajax musim ini merupakan kombinasi dari para pemain muda dan beberapa pemain senior. Selain De Ligt (19 tahun), De Jong (21), Neres (21), dan Tadic (30), mereka yang reguler bermain di Liga Champions adalah André Onana (22), Daley Blind (28), Hakim Ziyech (25), Lasse Schöne (32), Nicolás Tagliafico (26), dan Noussair Mazraoui (21).

Beberapa nama di atas masih sangat muda. Bukan tidak mungkin mereka akan meninggalkan Ajax pada musim-musim selanjutnya. Jika terus ditinggal pemain muda potensial, tak usah heran kenapa Ajax selalu kesulitan setiap musimnya di Eropa. Maka dari itu kita memang harus melihat kesuksesan Ajax dari perspektif khusus.

Foto: @SquawkaFootball

[kim/dex]

Komentar