Rasa Frustasi Kian Hinggapi Slaven Bilic di West Ham United

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Rasa Frustasi Kian Hinggapi Slaven Bilic di West Ham United

Manajer West Ham United, Slaven Bilic dan asistennya, Nikola Jurcevic, harus menerima hukuman denda sebesar 8000 paun dari Federasi Sepakbola Inggris (FA) setelah menghadapi West Bromwich Albion, Sabtu (11/2). Bilic dihukum karena melempar mikrofon televisi dan Jurcevic dihukum karena protes berlebihan ketika gol Sofiane Feghouli dianulir.

Pada pertandingan beriktunya menghadapi Watford pun Bilic kembali emosional. Awalnya ia dibuat geram karena penalti yang didapatkan Watford ketika pertandingan baru berjalan tiga menit.

Kekesalan lain Bilic karena kesebelasannya tidak mendapatkan penalti pada babak kedua saat Cheikhou Kouyate dilanggar M`Baye Niang di kotak terlarang. Bilic dibuat tambah kesal lagi karena kesebelasannya harus bermain dengan 10 orang karena Michail Antonio mendapatkan kartu merah karena handball.

Usai pertandingan itu, Bilic mengaku tidak senang dengan pertandingan tersebut. Padahal manajer asal Kroasia itu sudah senang dengan cara permainan kesebelasan besutannya. Maka dari itu Bilic menganggap bahwa kesebelasan berjuluk The Hammers itu layak menang. Ia pun sempat berbicara kepada wasit setelah pertandingan, namun tidak berbuah hasil.

Bilic juga menyindir seharusnya manajer Watford sadar bahwa kejadian yang menimpa Kouyate seharusnya diganjar penalti. Tapi setidaknya Bilic beruntung pada laga tersebut karena masih bisa meraih poin. Sebab pada tiga laga selanjutnya secara beruntun, ia tidak memberikan satu poin pun bagi West Ham.

Setelah menghadapi Watford, West Ham dikalahkan Chelsea, AFC Bournemouth dan Leicester City. Ketika jelang menghadapi Leicester pun Bilic sempat buka suara tentang kesalahan lawannya itu karena memecat Claudio Ranieri. Walau terpuruk di Liga Inggris, namun kemampuan Leicester tetap melaju di Liga Champions menjadi pujian tersendiri bagi Bilic.


Baca juga: Karier Perisic Terus Menanjak Setelah Menyelamatkan Peternakan Ayam Ayahnya


Maka dari itu Bilic menganggap bahwa pemecatan Ranieri adalah keputusan yang buruk, "Saya berbicara setelah mereka mengganti manajer. Apa yang saya pikirkan tentang itu dan saya tetap tidak mengerti. Tapi jika kau berbicara tentang hasil dan peforma, mereka mendapatkan apa yang diinginkan," ujar Bilic seperti yang dikutip dari BBC.

Padahal Bilic sendiri sedang memasuki situasi yang dialami Ranieri. Lima pertandingan terakhir tanpa kemenangan di Liga Primer Inggris 2015/2016, membuatnya terancam akan dipecat setelah musim ini berakhir. Kekalahan dari Leicester jugalah yang membuat isu pemecatannya semakin menjadi-jadi. Lima laga terakhir jugalah yang membuat West Ham turun ke peringkat 12 klasemen sementara dengan raihan 33 poin dari 29 pertandingan.

Mantan Pelatih Besiktas itu seolah tidak peduli dengan situasinya saat ini. Jelas Bilic kecewa, namun ia lebih memilih memanfaatkan jeda internasional untuk memulihkan fisik dan mental kesebelasannya. "Kami bisa (memanfaatkan jeda musim). Tiga pertandingan terakhir kami bukan hasil yang buruk karena sebelum tiga pertandingan ini, kami masih berada di dalam posisi yang ok. Mendapatkan jeda itu bagus untuk berkumpul bersama dan sedikit istirahat, untuk latihan keras dan siap untuk melanjutkan sisa musim ini," ujar Bilic seperti dikutip dari Sky Sports.

Tapi nyatanya Bilic harus dipusingkan dengan jeda internasional. Sebelumnya, Pedro Obiang dan Winston Reid mendapatkan cedera ketika menghadapi Leicester. Kemudian baru-baru ini Antonio menyusul dua rekannya itu. "Saya sangat kecewa dan frustasi," cetus Bilic seperti dikutip dari Express.

Rasa frustasi Bilic kian bertambah lagi karena West Ham dikabarkan sedang mengincar Jaap Stam untuk menggantikannya. Stam sendiri masih menjabat manajer Reading yang berkiprah di Divisi Championship 2016/2017. Posisi Stam bersama Reading sedang terombang-ambing karena situasi pemilik klub yang tidak jelas. Sebelum menjadi manajer Reading, pengalaman Stam cuma sekadar menjadi asisten pelatih Ajax dan FC Zwolle. Tapi ia sangat berpengalaman ketika menjadi pemain karena pernah berkarir di Belanda, Inggris dan Italia.

Sumber lain: 90 Mins, BBC, Evening Standard, The Sun

Komentar