Harapan Agar Nagelsmann Tidak Seperti Ralf Rangnick

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Harapan Agar Nagelsmann Tidak Seperti Ralf Rangnick

Julian Nagelsmann mencapai salah satu titik terbaik dalam karier kepelatihannya di Jerman. Ia sukses menggondol gelar Pelatih Terbaik Bundesliga 2016, atas prestasinya bersama kesebelasan yang saat ini ia tangani, TSG 1899 Hoffenheim. Namun kisahnya pada akhir musim 2016/2017 bisa lebih indah daripada ini.

Kisahnya bersama kesebelasan yang bermarkas di Rhein-Neckar Arena tersebut terbilang cukup mengesankan. Diangkat menjadi pelatih menggantikan Huub Stevens dengan target "hanya" meloloskan tim dari jerat degradasi, Nagelsmann yang juga tercatat pernah membela tim muda 1860 München dan FC Augsburg ini mempersembahkan sesuatu yang lebih besar untuk Die Kraichgauer.

Total sejak pengangkatannya menjadi pelatih Hoffenheim pada Februari 2016 silam sampai sekarang, selain mengangkat Hoffenheim dari jerat degradasi pada musim 2015/2016, pelatih yang pada Juli 2017 nanti akan genap berusia 30 tahun tersebut sukses membuat Hoffenheim baru mencatatkan dua kali kekalahan pada musim 2016/2017. Pencapaian yang cukup hebat bagi pelatih yang juga mengagumi sosok Ralf Rangnick dan Thomsa Tuchel ini.


Baca Juga: Satu Tahun Nagelsmann Bersama Hoffenheim


Jelang akhir musim 2016/2017, masih banyak pencapaian-pencapaian lain yang bisa digapai oleh Nagelsmann dan Hoffenheim. Tampil di Liga Champions musim depan merupakan salah satu capaian yang bisa diraih oleh Nagelsmann bersama Die Kraichgauer, sekaligus juga akan menjadi sebuah sejarah bagi kesebelasan yang sama sekali belum pernah tampil di Liga Champions tersebut.

Hal itu bisa dilakukan, asal dengan satu syarat, jangan seperti Ralf Rangnick.

Rangnick dan Kegagalan Hoffenheim Melangkah ke Liga Champions

Pada musim 2008/2009, Hoffenheim sebenarnya tampil cukup ciamik. Sampai akhir paruh pertama, mereka berhasil duduk di papan atas klasemen Bundesliga. Strategi permainan atraktif, dengan transisi dari bertahan ke menyerang serta sebaliknya yang cepat yang mereka terapkan pada musim tersebut, berhasil membawa Hoffenheim menguasai Hinrunde Bundesliga musim 2008/2009.

Impian untuk tampil di Liga Champions di musim 2009/2010 pun menyeruak begitu tinggi pada musim tersebut. Kepercayaan diri bisa mengalahkan siapapun membuat para suporter percaya, Hoffenheim dapat tampil di panggung yang lebih tinggi di musim selanjutnya.

Namun ketika memasuki Rückrunde, penampilan Hoffenheim mengalami penurunan yang cukup drastis. Cederanya Vedad Ibisevic, serta mulai lelahnya para pemain menerapkan strategi permainan atraktif dengan transisi yang cepat tersebut membuat Hoffenheim harus puas duduk di peringkat tujuh klasemen akhir. Mereka pun pada akhirnya tidak melaju ke kompetisi Eropa, bahkan ke Liga Europa (saat itu bernama Piala UEFA) sekalipun.

Akhir yang cukup sedih bagi Hoffenheim, yang akhirnya membuat Rangnick memilih untuk mengundurkan diri pada akhir musim 2008/2009.

Kemungkinan Nagelsmann Tidak Seperti Demikian

Musim 2016/2017, TSG 1899 Hoffenheim di bawah kepemimpinan Nagelsmann mencatatkan hasil yang sama bagusnya pada musim 2008/2009. Walau tidak sampai menguasai Bundesliga, mereka stabil berada di papan atas Bundesliga. Per spieltag 25, Die Kraichgauer berada di peringkat keempat, dengan catatan impresif: hanya mencatatkan dua kekalahan dari 25 laga yang sudah mereka jalani.

Dengan sisa spieltag pada musim 2016/2017 ini, masih banyak segala kemungkinan yang bisa dicapai oleh Nagelsmann. Jika mereka tampil konsisten, bukan tidak mungkin mereka akan menyodok masuk ke peringkat kedua klasemen karena selisih mereka dengan RB Leipzig di peringkat kedua pun tidak kelewat jauh, hanya empat poin saja.

Namun, mampukah Nagelsmann bersama Hoffenheim melakukan hal tersebut? Akankah sejarah musim 2008/2009 kembali terulang?

Jika melihat apa yang diterapkan oleh pelatih kelahiran Landsberg am Lech tersebut pada musim ini, kemungkinan Hoffenheim untuk melebihi prestasi yang mereka capai pada musim 2008/2009 terbuka cukup lebar. Fleksibel secara taktik, serta mampu menyesuaikan timnya dengan berbagai kondisi, membuat Hoffenheim tampil cukup baik pada musim 2016/2017 ini. Nagelsmann pun mampu mengorbitkan beberapa pemain macam Niklas Süle maupun Sebastian Rudy pada musim ini.

Kemungkinan dan harapan agar Nagelsmann tidak mengulangi langkah Rangnick pada musim 2008/2009 masih ada. Konsistensi skuatnya yang sudah teruji sampai sejauh ini adalah bukti dari buah racikan Nagelsmann di skuat Hoffenheim.

Maka, jangan heran jika pada musim 2017-2018 nanti, Rhein-Neckar Arena tidak hanya akan menggelar partai-partai domestik macam laga Bundesliga ataupun DFB Pokal saja, tapi juga partai yang tingkatnya lebih tinggi, yaitu partai level Eropa macam Liga Champions, atau minimal Liga Europa, dengan lawan-lawan yang tingkatnya sudah tingkat level Eropa juga.

foto: @achtzehn99_en

Komentar