Apa yang Membuat Inter Kalah Dua Kali di Liga Europa?

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Apa yang Membuat Inter Kalah Dua Kali di Liga Europa?

Internazionale Milan kembali menelan hasil negatif di ajang Liga Europa 2016/2017. Pada matchday kedua, skuat berjuluk La Beneamata tersebut harus takluk di tangan kesebelasan asal Republik Ceko, Sparta Praha.

Pada laga yang digelar di Stadion Generali Arena markas Sparta Praha, Jumat (30/9/2016) dini hari WIB, Inter kalah dengan skor 3-1. Bahkan pada laga ini, Inter harus tampil dengan 10 pemain sejak menit ke-75 (situasi sudah 2-1) setelah Andrea Ranocchia mendapatkan kartu merah kedua.

Hasil tersebut jelas menjadi sorotan. Banyak yang menilai bahwa Inter sudah menemukan potensi terbaiknya bersama pelatih anyar mereka, Frank de Boer. Juventus pun berhasil mereka kalahkan pada giornata keempat.

Akan tetapi sebelum dikalahkan Sparta Praha, Inter juga ditahan imbang oleh Bologna. Maka dengan dua hasil kurang memuaskan tersebut Inter pun dianggap kurang konsisten.

Meskipun begitu, sebenarnya ada hal yang membuat Inter tampil tak konsisten; kedalaman skuat yang tak seimbang. Hal ini berkaitan dengan dua kekalahan yang Inter alami di Liga Europa. Dua kekalahan itu terjadi karena Inter merotasi pemainnya untuk tampil dengan skuat terbaik saat menghadapi big match Serie A di laga berikutnya.

Kekalahan dari Sparta Praha ini terjadi jelang Inter menghadapi lawan kuat di Serie A, AS Roma. Hal ini mengingatkan kekalahan Inter saat hadapi kesebelasan Israel, Hapoel Beer Sheva, karena laga tersebut terjadi sebelum Inter jumpa Juventus.

Pada dua laga Liga Europa tersebut De Boer tak menurunkan susunan pemain terbaik. Indikasi bisa dilihat dengan dicadangkannya sang kapten, Mauro Icardi, di mana penyerang asal Argentina ini selalu menjalani pertandingan pada babak kedua.

Menghadapi Beer Sheva dan Sparta Praha, Inter mengandalkan Rodrigo Palacio sebagai penyerang tengah. Untuk posisi lain, De Boer mencoba pemain yang tidak atau jarang bermain sejak menit pertama di laga-laga sebelumnya.

Saat menghadapi Sparta, selain tidak memasukkan Icardi dalam susunan pemain utama, Inter juga baru memasukkan Ivan Perisic pada babak kedua. Padahal winger asal Kroasia tersebut merupakan salah satu sosok penting di lini serang Inter pada musim ini. De Boer juga mengistirahatkan bek timnas Brasil, Joao Miranda, pada laga melawan Praha dan Beer Sheva, yang posisinya ditempati oleh Ranocchia.

Menghadap Sparta Praha, Ranocchi kembali mendapatkan kesempatan. Sementara untuk mengisi pos Joao Mario yang absen karena cedera, sang meneer mencoba gelandang muda, Assane Gnokouri. Bek Belgia berusia 19 tahun, Senna Miangue, pun terus diberikan kesempatan atas penampilan impresifnya di beberapa pertandingan terakhir.

Rotasi pemain seperti ini juga dilakukan saat Inter menghadapi Beer Sheva. Antonio Candreva, Ever Banega dan Mauro Icardi masuk sebagai pemain pengganti. Miranda tak dimainkan meski masuk dalam daftar pemain cadangan. De Boer lebih memilih Jonathan Biabiany, Marcelo Brozovic, Felipe Melo, hingga Yuto Nagatomo untuk mengisi susunan pemain saat itu.

Atas dua hal di atas, bisa diasumsikan jika De Boer mendapatkan beban lebih untuk tampil impresif di Serie A; prestasi terbaik di Serie A sebagai prioritas utama. Karenanya ia tampak melewatkan laga di Liga Europa agar bisa tampil dengan skuat terbaik di pertandingan Serie A, terlebih dua laga tersebut digelar sebelum Inter menghadapi lawan kuat di Serie A, Juventus dan AS Roma.

Namun selain soal kualitas kedalaman skuat, Inter juga memiliki masalah lain. Selain pemain cedera, beberapa pemain tak bisa didaftarkan ke Liga Europa terkait hukuman Financial Fair Play. Mereka yang tak didaftarkan adalah Stevan Jovetic, Joao Mario, Geoffrey Kondogbia dan Gabriel Barbosa. Perubahan daftar skuat Liga Europa baru bisa diganti (maksimal tiga pemain) pada Februari 2017, jika Inter lolos ke babak berikutnya.

Atas dua kekalahan ini, Inter kini menempati posisi juru kunci Grup K. Berikutnya, Inter akan menghadapi kesebelasan asal Inggris, Southampton, yang menjadi pemuncak klasemen Grup K. Dengan laga tersebut terjadi jelang laga melawan Atalanta, bisa jadi Inter tak akan terlalu melakukan rotasi ekstrem seperti kala menghadapi Beer Sheva dan Sparta Praha.

foto: twitter @inter

Komentar