Long: Tujuan Irlandia Bukan untuk Balas Dendam

Berita

by redaksi

Long: Tujuan Irlandia Bukan untuk Balas Dendam

Thierry Henry berlari menuju keriuhan penonton, sementara para pemain Republik Irlandia kompak memprotes wasit. Mereka yakin betul kalau sebelum Henry mengirimkan asis kepada William Gallas, ia dengan sengaja menahan bola dengan tangannya. Namun, wasit tak percaya dan tetap pada keputusannya dengan mengesahkan gol tersebut. Alhasil, saat wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir, para pemain Rep. Irlandia tertunduk. Kekalahan itu membuat mereka gagal melaju ke Piala Dunia 2010.

Minggu (26/6) mendatang, Rep. Irlandia akan kembali bertemu Prancis di babak 16 besar Piala Eropa 2016. Kali ini, kondisinya berbeda. Dendam atas kejadian enam tahun silam mungkin masih ada. Namun, apa yang ditunjukkan oleh suporter Rep. Irlandia selama bertandang ke Prancis sungguhlah berbeda. Mereka menjelma menjadi "suporter idola" atas semua hal unik yang mereka lakukan.

Pertandingan memang akan berat. Namun, Irlandia punya motivasi khusus terutama karena drama di Stade de France pada 2009 itu. "Tentu saja (ada motivasi ekstra), tapi kami telah mendapatkan semua motivasi di sini. Kami punya tim yang siap dan sejujurnya sangat ingin membela negaranya dan itu sangatlah penting. Itu adalah kekuatan penggerak," kata Manajer Irlandia, Martin O`Neill.

Sementara itu, mantan penyerang Irlandia, Shane Long, menyatakan bahwa misi Irlandia di Piala Eropa 2016 tidak ada hubungannya dengan Thierry Henry, meskipun tragedi tersebut membuat Irlandia tersingkir dari perjalanan menuju Piala Dunia 2010 yang dihelat di Afrika Selatan.

"Media mencoba membuat sesuatu yang besar dari ini dengan `pembalasan dendam` dan `Irlandia datang untuk membalas dendam`. Ini bukan untuk itu. Ini adalah babak 16 besar Piala Eropa. Ini adalah kesempatan besar buat kami sebagai negara kecil untuk membuktikan diri.

Ini adalah pertandingan yang sulit, tapi kami melakukan pendekatan yang sama seperti pertandingan lainnya. Kami melihat tim mereka, aplikasi tendangan bebas, kemampuan individu, dan menyiapkan rencana bersama-sama untuk mengalahkan mereka," ucap Shane Long.

Hal senada juga diungkapkan sang asisten pelatih yang lebih vokal, Roy Keane. Menurut mantan pemain Manchester United tersebut, Irlandia punya kualitas untuk membikin masalah buat Prancis. Apalagi mereka punya kenangan soal "Tragedi Henry" di masa lalu.

"Ini akan menjadi pertandingan besar menghadapi Prancis yang diunggulkan," kata Keane, "Aku pikir, setiap kita menguasai bola di kotak penalti mereka, itu akan membuat penggemar Prancis tegang."

Irlandia sendiri baru berangkat ke Lyon pada Jumat (24/6) sore. Kepergian mereka terbilang telat karena kepastian lolosnya Rep. Irlandia baru ketahuan di pertandingan terakhir setelah Robbier Brady mencetak gol kemenangan.

Di sisi lain, Prancis dianggap belum menunjukkan performa puncak di Piala Eropa. Namun, kalau dilihat lagi, Prancis cuma kebobolan satu gol dari tiga pertandingan, itupun lewat tendangan penalti. Performa Prancis memang tidak jelek-jelek amat, tapi ada kekhawatiran kalau lini pertahanan mereka belum teruji karena menghadapi lawan yang kualitasnya di bawah mereka.

Menghadapi Irlandia, Prancis kemungkinan akan menurunkan pemain yang sama seperti di pertandingan pembuka kala mereka mengalahkan Rumania 2-1. Olivier Giroud akan didukung Antoine Griezmann dan Dimitri Payet yang akan menjadi senjata rahasia mereka.

Menghadapi Prancis, Irlandia sempat dibuat tak puas karena hanya mendapat alokasi 4000 tiket dari total 58 ribu kursi Stade de Lyon. "Ini terlihat tidak adil buat para penggemar," kata Roy Keane, "Ini tidak adil melihat bagaimana mereka sampai ke sini dan apa yang mereka tunjukkan sepanjang turnamen. Aku pikir setidaknya kami punya 15 atau 20 ribu penggemar di stadion."

Nyanyian suporter Irlandia mungkin akan tenggelam dari riuhnya dukungan tuan rumah. Oleh karena itu, Keane ingin mengubahnya di atas lapangan dan membuat suporter tuan rumah terdiam. Namun, ia tak bisa melakukannya dengan mudah karena kualitas para pemain Prancis yang tak perlu diragukan.

"Tapi kami bisa mengambil keuntungan. Caranya adalah dengan mengambil alih permainan dengan membuat mereka di bawah tekanan. Anda bisa melakukannya dengna melancarkan tekel, mengirim bola ke kotak penalti, membuat para gelandang bekerja, dengan kekuatan fisik, dengan menggunakan energi yang bagus.

"Semuanya bisa bercampur dan itu adalah tantangan besar buat kami di mana kami bermain bagus saat mengahdapi Swedia, tapi kami tak bisa melakukannya saat menghadapi Belgia. Anaka-anak kembali saat menghadapi Italia. Kini, bisakah kami melakukan hal yang sama saat menghadapi Prancis? Itu adalah tantangan untu semua olahragawan, untuk menjaga kualitas yang sama."

(fva)

Komentar