Daripada Main Kasar, Pepe Lebih Memilih Guling-Guling

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Daripada Main Kasar, Pepe Lebih Memilih Guling-Guling

Dalam euforia kemenangan Real Madrid meraih trofi ke-11 Liga Champions mereka, nama Pepe tak lepas jadi buah bibir. Penampilannya pada laga ini memang menyita perhatian. Selain karena kokoh kala bertahan, Pepe pun mencuri perhatian dengan aksi-aksi teatrikalnya.

Dalam beberapa kesemepatan, pemain bernama lengkap Kevler Laveran Lima Ferreira ini berpura-pura kesakitan atas gangguan lawan yang ia terimanya. Meski tak terlalu berbahaya, bek asal Portugal ini menyikapi apa yang ia terima dengan cukup berlebihan.

Wasit yang memimpin pertandingan antara Real Madrid menghadapi Atletico Madrid, Mark Clattenburg, tampak tak terkecoh dengan upaya Pepe mengelebui wasit dan lawannya. Bahkan tertangkap kamera wasit Clattenburg tersebut menyikapi ulah Pepe, yang kesekian kalinya, dengan cara yang unik.

Strategi seperti ini memang lazim dilakukan di partai-partai penting seperti final ini. Apa yang dilakukan Pepe tentu saja dilakukan untuk mengulur-ulur waktu atau mengganggu konsentrasi dan mental dari pihak lawan.

Pepe memang seorang pemain yang bisa dibilang menghalalkan segala cara untuk bisa memenangi pertandingan. Pada 2014, saat ia menghadapi lawan yang paling ia segani, Diego Costa, Pepe mengaku bahwa ia adalah pemain yang tak mau kalah.

“Saya tidak ingin kalah, bahkan dalam situasi fifty-fifty. Hal ini seperti seorang penyerang yang tak mau melewatkan kesempatan mencetak golnya,” ujar Pepe ketika diwawancarai Sky Sports. “Diego Costa, tanpa diragukan lagi, menjadi lawan yang paling saya segani. Ia penyerang yang senang bertarung dan senang terlibat dalam pertarungan.”

Pepe, selain aksi teatrikal yang ia lakukan pada laga final Liga Champions musim ini, memang sering terlibat konfrontasi dengan pemain lawan. Bukan sekali dua kali karena ulahnya ia harus diusir karena mendapatkan kartu merah.

Berbuat onar memang menjadi ciri khas Pepe sejak kariernya memuncak bersama Real Madrid. Bahkan ia pernah berkelahi dengan rekannya di Real Madrid, Javier Balboa, karena tekel keras yang dilancarkan Pepe pada Balboa.

Pepe memang tak akan segan untuk mengasari lawan yang benar-benar membahayakan gawang timnya. Menurut footballdatabase, dari 538 pertandingan sepanjang kariernya, ia sudah mencatatkan 147 kartu kuning dan 13 kartu merah buah dari pelanggaran kerasnya.

Permainan kerasnya ini, Pepe mengaku bahwa ia terinspirasi dari legenda Real Madrid, Fernando Hierro. Meski ia juga menyukai Roberto Carlos, namun Pepe menjadikan Hierro sebagai panutan karena Hierro bermain sebagai bek tengah, sama seperti dirinya.

“Saya sangat menyukai Fernando Hierro. Roberto Carlos juga. Tapi sebagai bek tengah, saya selalu mengagumi Hierro,” ujar Pepe dalam wawancara yang sama.

Meski tidak melakukan aksi teatrikal, bek asal Spanyol tersebut memang terkenal dengan bek yang gemar melakukan tekel keras. Dari 789 penampilan sepanjang kariernya, ia menorehkan 189 kartu kuning dan 15 kartu merah. Hal seperti ini identik dengan Pepe.

Namun pada laga semalam, Pepe tak menunjukkan permainan kerasnya. Selama 120 menit bermain, ia hanya sekali melakukan tekel. Upaya tekelnya pada laga ini jauh lebih sedikit dibanding aksi guling-gulingnya sepanjang pertandingan. Tapi ia mencetak dua kali pelanggaran yang salah satunya menghasilkan tendangan penalti setelah ia melanggar Fernando Torres di dalam kotak penalti di awal babak kedua. Kemudian kita sama-sama tahu jika eksekusi penalti Antoine Griezmann membentur mistar gawang Keylor Navas.

Semenjak kehadiran Casemiro, tugas Pepe memang menjadi relatif lebih mudah di lini pertahanan. Pada laga final semalam saja, gelandang asal Brasil tersebut mencatatkan 10 kali tekel. Mungkin karena Casemiro semakin memperlihatkan keterampilannya dalam merebut bola, Pepe akhirnya memilih untuk ber-acting agar tetap bisa mencuri perhatian.

Meski caranya terbilang tidak terpuji, namun dengan apa yang ia lakukan semalam, sedikit banyak membuat lini serang Atleti frustrasi. Atleti pun pada akhirnya hanya mencetak satu gol, dan Real Madrid pada akhirnya berhasil keluar sebagai juara setelah menang lewat adu penalti.

Komentar