Mesir dan (Persiapan) Transformasi Sepakbola à la Tiongkok?

Berita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mesir dan (Persiapan) Transformasi Sepakbola à la Tiongkok?

Mesir pernah disebut sebagai salah satu negara dengan prestasi sepakbola istimewa di Afrika. Bagaimana tidak, di tahun 2010 bersamaan dengan keberhasilan menjuarai Piala Afrika ketiga, Mesir sukses menempati peringkat 9 FIFA. Selepas itu, prestasi mereka menurun drastis.

Dalam tiga edisi Piala Afrika terakhir, Mesir gagal menembus semi-final. Tak hanya di level timnas, di level klub, klub-klub Mesir bahkan juga tak berkutik ketika melawan ES Sétif dari Tunisia dan TP Mazembe dari Kongo di CAF Champions League.

Perbaikan pun dilakukan oleh timnas Mesir maupun klub-klub yang menginduk di bawahnya. Investasi seperti yang dilakukan oleh Tiongkok dan India dalam sepakbola, nampaknya mulai sedikit dilakukan meski belum begitu terlihat menggeliat. Salah satunya adalah perbaikan klubnya. Terbaru, Martin Jol yang pernah menukangi Tottenham Hotspur dilantik jadi pelatih Al-Ahly kemarin (24/2).

Meski belum terlihat, nyatanya klub Mesir juga mulai berani mengincar pemain-pemain Eropa. Walau bukan pemain kelas satu, tapi kedatangan beberapa eks klub Eropa seperti Emmanuel Mayuka dan Florent Malouda juga tak bisa dianggap remeh. Apalagi nama terakhir yang pindah ke klub yang mungkin namanya baru Anda dengar, Wadi Degla.

Wadi bukan klub tradisional di Mesir laiknya Zamalek atau Al-Ahly. Tapi menurut Kingfut, klub ini dapat dikatakan siap bersaing dengan klub-klub tersebut ke depannya. Faktor pertama adalah karena klub ini milik salah satu perusahaan terbesar di Mesir, Wadi Degla.

Yang kedua, karena klub ini berafiliasi dengan Arsenal secara langsung dalam hal pengembangan usia muda. Andreas Jonker, kepala akademi Arsenal, bahkan terlibat langsung dalam menyusun kurikulum bagi pemain usia muda. Yang terakhir, klub ini dilatih oleh sosok penting TP Mazembe ketika menjuarai CAF Champions League musim lalu, Patrice Carteron. Cukup menjanjikan untuk ukuran sepakbola Afrika, kan?

Dari segi pemain, memang tak ada yang istimewa jika dilihat dari situs transfermarkt. Namun, jika melihat beberapa pelatih besar yang pernah dan masih melatih di negara ini, mungkin banyak yang kaget. Di antaranya Jose Peseiro, Hector Raul Cuper, dan Alex McLeish

Jol terkenal kala ia menukangi Spurs, sementara McLeish dikenal saat ia menjadi juru taktik Glasgow Rangers dan Birmingham City. Alasan keduanya memilih kompetisi ini pun patut menjadi perhatian, yakni karena Mesir memiliki mimpi besar untuk menjadi penguasa sepakbola Afrika dalam beberapa tahun ke depan.

“Saya memilih klub ini (Al-Ahly) karena keinginan yang kuat dari (Mahmoud) Taher untuk mengembalikan kejayaan Al-Ahly di level Afrika dan dunia dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Jol kepada Ahram. 

Melihat transformasi Tiongkok khususnya dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan sepakbola Mesir kali ini dapat dikatakan cukup serius dan bisa saja menjadi revolusi sepakbola selanjutnya.

Komentar