Espanyol Merasa Dicurangi Suporternya Sendiri

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Espanyol Merasa Dicurangi Suporternya Sendiri

Presiden Espanyol, Joan Collet, mengakui kalau Espanyol merasa “dicurangi” oleh fansnya sendiri terkait spanduk yang dipasang dalam laga menghadapi Barcelona pada Rabu (13/1) kemarin. Sebelumnya, LFP melaporkan Espanyol ke Komisi Anti-Kekerasan karena spanduk yang terpasang dalam laga Copa del Rey tersebut.

Spanduk tersebut berisi tulisan anti-Barca dan anti-Pique. LFP sendiri telah komplain kepada pihak berwenang terkait spanduk tersebut. Selain itu, ada pula kepala babi yang menjadi viral di sosial media. Kabarnya, kepala babi tersebut berencana dilemparkan ke arah Pique.

Media Spanyol, AS, sementara itu menambahkan bahwa dewan klub akan mendiskusikan terkait spanduk tersebut. Spanduk tersebut merupakan buah dari tingginya tensi permainan dalam leg pertama.

“Kami meminta maaf kepada siapapun yang merasa tersinggung,” tulis pernyataan resmi klub, “Bagaimana pun, kami tidak berbagi sentimen yang diekspresikan oleh sejumlah penggemar kami. Saya merasa simpati dengan citra klub yang mestinya menjadi teladan untuk dicontoh.”

“Saya ingin menjelaskan bahwa klub sama sekali tidak tahu isi dari spanduk atau keberadaan spanduk-spanduk itu. Kami merasa kami telah dicurangi. Kami tidak bisa mengilangkan spanduk tersebut, karena tempatnya berganti-ganti, dan telah ada rekomendasi bahwa kami tidak boleh mengintervensi tribun selama pertandingan.”

Spanduk itu sendiri umumnya berisi hinaan kepada Barcelona. Salah satu isinya adalah mempertanyakan identitas Barcelona yang didirikan oleh Joan Gamper, seorang berkebangsaan Swiss. Suporter Espanyol merasa kalau mereka adalah tim Katalonia yang sesungguhnya.

Berdasarkan CNN, spanduk hinaan terbanyak ditujukan untuk bek Barca, Gerard Pique, yang pada leg pertama lalu mengejek suporter Espanyol. Mereka mengejek Pique dengan menggunakan nama kekasihnya, Shakira. Sementara itu, kepala babi yang telah disiapkan batal dilempar. Pasalnya, Pique tidak kunjung diturunkan.

Laporan LFP kepada Komisi Anti-Kekerasan merupakan untuk yang kesekian kalinya. Pada Kamis, 7 Januari lalu, LFP pun melaporkan Espanyol karena chant rasis yang ditujukan kepada Neymar. Dalam pertandingan yang berakhir 0-0, suporter Espanyol membuat chant menyerupai monyet yang ditujukan kepada Neymar.

Namun, hal ini ditolak oleh sang presiden yang menyatakan bahwa chant tersebut bukan suara monyet. Chants tersebut biasa digunakan dalam beberapa bulan terakhir oleh suporter lawan untuk mengejek bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, yang membuat perayaan berlebihan saat memenangi Ballon d’Or tahun lalu.

“Chants seperti ‘uh, uh, uh’ aku mendengarnya setiap Minggu. Itu ditujukan buat Ronaldo dan mereka tidak menginterpretasikannya untuk menyerupai monyet,” kata Collet dikutip dari The National.

Namun, Espanyol bukan satu-satunya yang bersalah. Pada saat yang sama, LFP pun tengah menginvestigasi Barcelona dan Real Madrid terkait nyanyian yang menyerang. Penggemar Barcelona dianggap melakukan chant anti-Espanyol. Sementara itu, penggemar Madrid dianggap membuat nyanyian yang menyerang Lionel Messi dan isu soal Catalonia. Dikutip dari Bleacher Report, Madrid telah melarang 17 penggemar yang terbukti melakukan nyanyian rasis untuk masuk stadion.

Persoalan nyanyian rasis di Spanyol memang tengah dibenahi. Desember lalu, sejumlah kesebelasan seperti Atletico Madrid, Espanyol, Zaragoza, Osasuna, dan Alcoron, telah bergabung dengan gerakan anti-kekerasan LFP dengan meminta penggemar masing-masing klub untuk menghormati penggemar klub lain.

Gerakan tersrebut merupakan inisiatif LFP, Federasi Sepakbola Spanyol, dan Asosiasi Pesepakbola Spanyol. Dalam skema tersebut, nantinya akan ada spanduk yang dikelilingkan sebelum pertandingan dengan slogan “Supporter+Respect=The True Spirit of Football”.

Nyanyian yang berlebihan dan terkesan sebagai sebuah ancaman, bisa saja membuat nilai kompetisi La Liga turun. Para penonton menjadi enggan ke stadion, karena pengaruh negatif di dalamnya. Bukan tidak mungkin pula, nyanyian tersebut akan memancing kekerasan di dalam stadion.

Apabila hal ini tidak segera ditindaklanjuti, tentu ini akan berdampak buruk buat citra Liga Spanyol sebagai salah satu kompetisi terbaik di Eropa.

foto: beinsports.com

Komentar